Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Rumah, Sudah Sarapan Belum?

6 Oktober 2020   08:49 Diperbarui: 6 Oktober 2020   09:00 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bun... bunda... kakak pengen sarapan nasi goreng buatan bunda," kata anak pertama saya, Putik Cinta Khairunnisa, usai saya membangunkannya untuk shalat Shubuh. "Aku juga bun," timpal anak kedua saya, Annajmutsaqib.

Hmmm..., nasi goreng lagi? Saya tidak habis mengerti mengapa anak-anak saya senang makan nasi goreng buatan saya. Anak-anak tidak mau dibuatkan oleh si mbak. Maksud saya, nanti yang bikin si mbak saja pas datang. Tapi anak-anak saya maunya buatan saya.

Apa tidak bosan? Apa enaknya sih makan nasi goreng? Bisa 3 kali dalam sepekan saya menyajikan sarapan nasi goreng meski isinya selalu berbeda dengan bumbu yang juga berbeda. Tergantung dari ketersediaan bahannya saja.  

Ya sudahlah. Sudah saya anjurkan sarapan yang lain, anak saya tetap maunya nasi goreng. Saya lihat di kulkas ada telur dan sosis sapi. Saya lihat di meja makan ada dua potong ikan kembung goreng dan sepotong daging ayam sisa semalam. "Hmmm, pakai bahan ini sajalah," gumam saya.

Lalu ikan dan daging ayam saya suwir-suwir pakai tangan. Lanjut bikin sambal terasi ulek. Kemudian sambal saya goreng pakai margarin sekitar 1 menit, lalu lauk yang sudah disuwir saya masukkan, aduk-aduk deh sekitar 2 menit.

Saya matikan kompor, lalu masukkan nasi, saya aduk-aduk hingga merata. Saya taburi sedikit garam dan penyedap rasa, aduk-aduk, lalu masukkan kecap. Setelah merata, saya nyalakan kompor. Nasi goreng saya aduk-aduk hingga nasi terasa panas. Jadi deh. Tinggal saya tuang ke piring.

"Kaaaa, ini nasi gorengnya," kata saya. Anak-anak pun turun dari kamar atas. "Enak nggak? Kurang garam nggak?" tanya saya ketika anak-anak sudah siap di meja makan. Setelah dicicipinya, katanya sih enak. Saya pun menemani anak-anak sarapan.

Meski belajar dari rumah, sarapan tetap penting agar tidak menurunkan konsentrasi saat belajar. Ya lebih dari 60 juta murid di Indonesia untuk sementara waktu tidak masuk sekolah karena Covid-19. Murid-murid pun harus belajar dari rumah. Tapi bukan berarti tidak perlu sarapan.

Sejak anak-anak mengikuti pembelajaran jarak jauh, saya tidak perlu terburu-buru waktu untuk membuatkan sarapan seperti sebelum PJJ mengingat anak-anak semuanya masuk pagi. 

Apalagi anak-anak kalau sarapan, menunya suka berbeda satu sama lain. Yang satu minta nasi goreng, yang satu minta sereal, yang satu minta roti panggang. Jadi saya harus berkejaran dengan waktu. Kalau sekarang-sekarang sih waktunya agak lebih santai.

Bagi saya, sebisa mungkin anak-anak tetap sarapan. Kalau tidak mau, misalnya, tetap saya paksakan. Terlebih di tengah pandemi Covid-19 stamina tubuh harus bagus untuk menangkal virus itu menyerang tubuh. Dengan sarapan dapat menambah daya tahan tubuh.

Menunya terkadang bervariasi setiap hari tergantung permintaan anak-anak. Kadang minta nasi goreng, roti sandwich, roti panggang, sereal, omelet, telur mata sapi, sosis kentang, bubur, atau mie goreng.  Pokoknya yang tidak pakai ribet. Tidak lupa segelas susu.

Bagi saya, sarapan itu penting bagi anak. Waktu paling siang untuk mengonsumsi sarapan saya batasi sampai jam 09.00 pagi atau sebelum disibukkan dengan berbagai aktivitas. Biasanya saya suka cerewet kalau anak-anak belum juga sarapan.

Karena sarapan, sebagaimana kata pakar gizi dan ahli kesehatan dari seminar-seminar yang pernah saya ikuti, berfungsi untuk menyuplai energi yang optimal dan menyehatkan agar organ tubuh dapat bekerja dengan baik dan prima sehingga dapat berkonsentrasi saat beraktivitas.

Zat gizi yang baik untuk sarapan yaitu yang mengandung karbohidrat sebagai sumber kalori/energi agar anak tetap dapat beraktifitas. Protein sebagai zat pembangun atau pertumbuhan. Kalsium diperlukan oleh syaraf dan otot agar anak dapat tumbuh dan bergerak.

Zat besi diperlukan oleh sel darah merah untuk mengikat oksigen sehingga otak dapat berkonsentrasi. Zat besi sangat dibutuhkan untuk kesehatan tapi tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Karenanya, makan makanan mengandung zat besi secara rutin adalah satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ini.

Melewatkan waktu sarapan akan berimbas pada tubuh yang lemas, susah berpikir, dan bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti masalah asam lambung. Bisa jadi karena setelah tidur malam perut yang kosong, jika tidak segera diisi akan meningkatkan cairan asam lambung.

Karenanya, tubuh memerlukan "bahan bakar" untuk mengembalikan energi sehingga kuat untuk beraktivitas seharian. Saya saja suka kelaparan saat subuh. Perut sudah teriak-teriak minta diisi. Jadi, saya sarapan lebih awal daripada yang lain.

Bagaimana yang lain, tidak melewatkan waktu sarapan kan? Jangan lupa sarapan ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun