Kasus serupa juga dialami bakal calon wakil Wali Kota Depok, Afifah Alia, yang berpasangan dengan Pradi Supriatna dalam Pilkada Depok 2020. Ia mengaku telah dilecehkan secara verbal oleh lawan politiknya sesama calon wakil wali kota, yaitu Imam Budi Hartono.Â
Insiden tersebut terjadi ketika kedua kandidat menjalani tes kesehatan di RS Hasan Sadikin, Bandung, Selasa (8/9/2020).
"Kamar kandidat Pilkada Depok bersebelahan. Saat petugas rumah sakit menginformasikan kamar saya, tiba-tiba Pak Imam Budi melontarkan ujaran, 'Sekamar sama saya saja, Bu Afifah'," ungkap Afifah melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (10/9/2020) siang.
"Di situ ada Pak Idris (pasangan Imam, calon wali kota Depok) yang mendengar, lalu tertawa terbahak-bahak sambil jarinya menunjuk Pak Imam," lanjut kader PDI-P tersebut. Imam adalah calon wakil wali kota yang berpasangan dengan inkumben Mohammad Idris.Â
Ia juga kini tengah mempertimbangkan apakah akan dibawa ke jalur hukum atau tidak. Ia masih  menunggu permohonan maaf dari rivalnya itu. Kalau begini, panjang lagi urusannya.
Menurut saya, meski konteksnya bercanda, jelas candaan yang tidak berkelas yang dilontarkan oleh seorang calon pemimpin. Ini sama saja dengan melecehkan seorang perempuan, terlepas siapapun itu. Sangat tidak sensitif gender. Jelas amat memprihatinkan.
Kalau dia akhirnya terpilih, apa ada jaminan dia tidak akan melakukan hal serupa kepada perempuan lain? Kasus ini, menurut saya, menjadi gambaran betapa pelecehan seksual terhadap perempuan menjadi fenomena biasa yang tidak perlu terlalu dirisaukan.
Ya, lidah memang tidak bertulang. Karenanya, kita, terlebih jika kita adalah seorang calon pemimpin, harus berhati-hati dalam berlisan.Â
Ibarat pepatah "mulutmu, harimaumu". Â Yang artinya, kita harus waspada terhadap mulut sendiri. Bila kita tidak hati-hati, kata yang keluar justru akan mencelakai kita sendiri. Bak harimau yang tiba-tiba berbalik menerkam pawangnya.
Seperti halnya yang terjadi pada Ketua DPR RI Puan Maharani. Kalimat "Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila" menuai protes yang berimbas pada ditariknya dukungan terhadap Mulyadi dan Ali Mukhni yang diusung PDI-P.Â
Pasangan Mulyadi-Ali Mukhni juga batal mengikutsertakan PDIP sebagai partai pengusung untuk pemilihan gubernur di Sumatera Barat. Hal itu tak lepas dari kekecewaan tokoh masyarakat setempat dengan pernyataan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP itu. PDIP dipastikan akan semakin sulit meraih hati masyarakat Sumbar pasca pernyataan Puan itu.