Yang saya herankan, apakah orang-orang yang terlibat penyalahgunaan narkoba tidak menjadikannya pelajaran saat "sesama" pengguna ada yang tertangkap lalu di penjara, ada yang mati karena over dosis, ada yang hidupnya jadi berantakan? Apakah tidak menjadi bahan perenungan?
Bahaya narkoba ini tidak hanya menyasar pria dewasa, tetapi juga perempuan. Entah dia berprofesi aparat kepolisian, pejabat negara, anggota dewan, politisi, guru, guru agama, artis, hampir semua profesi tidak lepas dari jeratan ini. Bahaya banget kan?
Parahnya, juga menyasar kalangan anak-anak yang tidak tahu apa-apa. Berdasarkan data KPAI tahun 2018, dari total 87 juta anak yang berusia maksimal 18 tahun tercatat 5,9 juta yang terpapar sebagai pecandu narkoba, 27 persen di antaranya adalah anak-anak yakni 1,6 juta anak sebagai pengedar.
Dari data itu jelas sangat mengkhawatirkan mengingat anak anak adalah generasi penerus bangsa. Ini menandakan, pembangunan untuk karakter dan pengawasan pada anak di Indonesia belum maksimal.
Narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi tubuh, tapi juga bisa mempengaruhi kualitas hidup. Jadi, susah berkonsentrasi saat bekerja, mengalami masalah keuangan, hingga harus berurusan dengan pihak kepolisian jika terbukti melanggar hukum.
Bahaya narkoba hingga menjadi kecanduan memang bisa disembuhkan, tapi itu juga butuh dana yang tidak sedikit. Karenanya, Â akan lebih baik jika berhenti menggunakannya sesegera mungkin atau tidak memakai sama sekali.Â
Jangan sekali-kali mencoba deh. Jangan mudah terbujuk rayuan. Tanyakan hati, fungsikan otak agar tidak mudah terjerumus.
Mari kita sama-sama memerangi narkoba. Ingat, narkoba musuh kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H