Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Toleransi ke Manokwari, Papua Barat

16 Agustus 2020   12:29 Diperbarui: 16 Agustus 2020   12:31 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di seberang Mansinan Restoran, adalah Pulau Mansinan yang dikenal dengan Kota Injil. Yang putih itu adalah patung Yesus (Dokpri)

Pandangan bahwa tanah Papua "terbelakang", nyatanya saya salah besar. Di sini, warga saling duduk berdampingan meski dengan keyakinan berbeda -- Katolik, Kristen, Islam, Hindu, bahkan animisme atau dinamisme. Mereka sudah terbiasa hidup berdampingan rukun damai tanpa ada masalah-masalah yang berarti.

Mereka punya filosofi hidup yang selalu dipegang hingga kini yaitu: Satu Tungku, Tiga Batu. Tungku adalah simbol dari kehidupan, sedangkan tiga batu adalah simbol dari "kau, saya, dan dia". Yang berarti meski ada perbedaan baik agama, suku, status sosial tetapi tetap dalam satu wadah persaudaraan.

Negara kita memang dianugerahi keberagaman yang justeru karena keberagaman inilah yang menyatukan kita dalam satu bangsa: Indonesia. Dan, ini menjadi sumber kekuatan bangsa.

Tugas kita sekarang bagaimana menjaga dan merawat keberagaman ini dari ancaman pihak-pihak yang tidak menghendaki Indonesia menjadi negara kesatuan yang besar dan kuat. Hari Kemerdekaan yang ke-75 harus kita jadikan momentum menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Usai beraudensi dengan Wakil Bupati, kami pun diajak makan siang di Mansinan Restoran. Di seberang Pantai Pasir Putih, tempat saya makan siang, adalah Pulau Mansinam. Pulau yang menjadi titik awal penyebaran agama Kristen di daratan Papua. 

Sayang, kami tidak sempat menyeberang ke pulau Mansinam. Padahal hanya butuh waktu sekitar 20 menit menyeberang dan speead boad juga sudah stand by di dekat restoran. Tapi karena terdesak jadwal, tidak jadi deh. Ya kecewa sih. Suatu ketika saya akan ke sini lagi. Tunggu saya ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun