Ojek yang saya naiki tidak pakai partisi sebagai pembatas antara pengemudi dan penumpang seperti yang disyaratkan. Ketika saya tanya, katanya masih basah karena baru dicuci. Tapi ya sudahlah, yang penting saya dan dia sudah menerapkan sejumlah protokol kesehatan Covid-19: pakai masker, sarung tangan, ditambah saya yang pakai face shield, saya pun duduk agak berjarak.
Dan, sesampainya saya di tujuan, terlihat pengemudi menyemprotkan disinfektan ke helm yang sudah saya gunakan.Â
***
Saya pun sempat berbincang-bincang dengannya. Katanya, ia sangat gembira mengingat aplikasi go ride on sudah lama ditunggu-tunggu oleh para driver untuk dibuka. Karena selama aplikasi pengangkutan penumpang dibekukan, pendapatannya sangat menurun drastis.
Meski keadaan di Depok sudah mulai "ramai dan normal", namun jumlah penumpang yang ia bawa tetap saja tidak sebanyak sebelumnya. Padahal sudah memasuki hari kesepuluh sejak dibolehkan mengangkut penumpang. Dalam sehari ia hanya bisa mendapatkan 5 penumpang, kalau pun lebih tidak sampai 10 penumpang.Â
Jadi berapa ya uang yang ia dapatkan dalam sehari itu? Kalau satu penumpang katakanlah Rp20.000 (seperti tarif saya tadi), berarti uang yang ia peroleh dalam sehari Rp 100.000-Rp 200.000. Itu belum dipotong uang bensin, uang makan, dan yang lain.
Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi dia mengaku dalam sehari bisa mengangkut 10 sampai 15 penumpang. Penghasilannya bisa mencapai Rp250 ribu.Â
Meski begitu, ia mengaku tidak pernah mengeluh atas kondisi ini. Sebelum pandemi pun, ia tidak pernah mengeluhkan keadaan. Semua disyukurinya. Tapi bukan berarti ia pasrah begitu saja. Ia tetap harus mencari strategi agar tidak mengalami kesulitan keuangan. Meski tidak harus berlebihan, setidaknya mencukupi.Â
Siasat sederhana yang ia lakukan dengan berpindah "tempat operasi". Ia tidak lagi mengambil penumpang di Depok, tempat dia tinggal, tetapi di sekitaran Jakarta.
Katanya, di Jakarta, penumpang yang ia bawa lebih banyak dibandingkan di Depok. Jadi, kemungkinan uang yang terkumpul bisa lebih banyak. Dan, dia tidak sendiri. Banyak rekan sesama ojol yang lain juga begitu.Â
Ini adalah strategi bertahan hidup yang ia jalani dalam menghadapi dampak pandemi Covid- 19. Dan, kebetulan, isterinya bekerja di restoran di kawasan Sudirman. Jadi, ia sekalian mengantarkan istrinya ke tempatnya bekerja lalu dilanjutkan dengan ngojek.