Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Masih Sepi Penumpang, Begini "Siasat" Pengemudi Ojol

23 Juli 2020   13:22 Diperbarui: 24 Juli 2020   01:28 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sepuluh hari ojek online (ojol) di wilayah saya, Depok, Jawa Barat, dibolehkan mengangkut penumpang. Itu setelah ratusan pengemudi ojol di Kota Depok mendatangi kantor Balaikota Depok di Jalan Margonda. Mereka meminta agar adanya kelonggaran bisa membawa penumpang.

Bak gayung bersambut, permintaan mereka pun dipenuhi. Tentu saja dengan sejumlah catatan. Mereka hanya diperbolehkan di wilayah yang berzona kuning dan hijau. Wilayah yang berzona merah dilarang keras membawa penumpang. Aplikasi akan menginfokan apakah order yang masuk berada di zona merah, zona kuning, atau zona hijau.

Pemerintah Kota Depok menyebutkan ada lima RW yang masih zona merah, yaitu RW 008 di Mekarjaya, Sukmajaya; RW 001 di Pasir Gunung Selatan, Cimanggis; RW 005 di Bedahan, Sawangan; RW 002 di Cilangkap, Tapos; RW 012 di Mampang, Pancoran Mas. 

Kelima RW itu terlarang bagi ojek online untuk mengangkut penumpang. Dikatakan zona merah karena pasien positifnya masih ada dan mereka menjalani isolasi mandiri di rumah. 

Saya sendiri tinggal di RW 007 Pondok Jaya, Cipayung. Berarti area kompleks rumah saya termasuk yang "aman" meski pada bulan-bulan sebelumnya ada beberapa warga yang positif Covid-19, Orang dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien dalam Pengawasan (PDP).

Karena zona "aman" saya pun order ojek online dengan tujuan SMPN 1 Depok. Kemarin pagi, Rabu (21/7/2020), ada undangan pertemuan orangtua murid dengan wali kelas, yang hari itu khusus untuk kelas 9, yang tiap-tiap kelas sudah ditentukan waktunya. Ini kali kedua saya order ojek online setelah sepekan lalu.

Tarifnya memang agak lebih mahal dibanding sebelum pandemi Covid-19 mewabah. Bisa jadi karena tarifnya sudah naik. Setelah saya mencari informasi memang Tarif Batas Bawah (TBB) ojek online naik Rp250 per kilometer (km) dari sebelumnya Rp2.000 per km menjadi Rp2.250.

Sementara itu, Tarif Batas Atas (TBA) naik Rp150 per km atau ke level Rp2.650. Jadi rentang tarif ojek online di Jabodetabek adalah Rp2.250-2.650 per km. 

Tapi tidak apalah, saya sudah terdesak waktu. Terlebih saya tidak bisa mengendarai motor. Saya tidak pede bawa ke jalan raya meski saya mengantongi SIM. Mau naik angkutan umum jelas makan waktu lebih lama. Minta diantar suami, tapi masih tidur. "Dilema" kan?

"Mohon ditunggu ya ka," begitu chat pengemudi saat saya sudah mendapatkan ojol, yang saya jawab "ok". Lima menit berlalu ojol belum datang juga. Rasanya saya mulai agak kesal. "Masih lama nggak?" tanya saya yang dijawab "Sebentar lagi ka". 

Di menit ke-10, abang ojol pun tiba. Tapi rasa kesal saya seketika luluh melihat motor yang dibawanya "keren" setidaknya menurut selera saya. Mulus, bersih, dan macho. Helm yang saya kenakan juga dalam kondisi mulus dan glowing. Sebelumnya, pengemudi minta maaf agak lama sampai karena helm buat penumpang tertinggal di rumah, jadi dia harus balik lagi. 

Ojek yang saya naiki tidak pakai partisi sebagai pembatas antara pengemudi dan penumpang seperti yang disyaratkan. Ketika saya tanya, katanya masih basah karena baru dicuci. Tapi ya sudahlah, yang penting saya dan dia sudah menerapkan sejumlah protokol kesehatan Covid-19: pakai masker, sarung tangan, ditambah saya yang pakai face shield, saya pun duduk agak berjarak.

Dan, sesampainya saya di tujuan, terlihat pengemudi menyemprotkan disinfektan ke helm yang sudah saya gunakan. 

***

Saya pun sempat berbincang-bincang dengannya. Katanya, ia sangat gembira mengingat aplikasi go ride on sudah lama ditunggu-tunggu oleh para driver untuk dibuka. Karena selama aplikasi pengangkutan penumpang dibekukan, pendapatannya sangat menurun drastis.

Meski keadaan di Depok sudah mulai "ramai dan normal", namun jumlah penumpang yang ia bawa tetap saja tidak sebanyak sebelumnya. Padahal sudah memasuki hari kesepuluh sejak dibolehkan mengangkut penumpang. Dalam sehari ia hanya bisa mendapatkan 5 penumpang, kalau pun lebih tidak sampai 10 penumpang. 

Jadi berapa ya uang yang ia dapatkan dalam sehari itu? Kalau satu penumpang katakanlah Rp20.000 (seperti tarif saya tadi), berarti uang yang ia peroleh dalam sehari Rp 100.000-Rp 200.000. Itu belum dipotong uang bensin, uang makan, dan yang lain.

Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi dia mengaku dalam sehari bisa mengangkut 10 sampai 15 penumpang. Penghasilannya bisa mencapai Rp250 ribu. 

Meski begitu, ia mengaku tidak pernah mengeluh atas kondisi ini. Sebelum pandemi pun, ia tidak pernah mengeluhkan keadaan. Semua disyukurinya. Tapi bukan berarti ia pasrah begitu saja. Ia tetap harus mencari strategi agar tidak mengalami kesulitan keuangan. Meski tidak harus berlebihan, setidaknya mencukupi. 

Siasat sederhana yang ia lakukan dengan berpindah "tempat operasi". Ia tidak lagi mengambil penumpang di Depok, tempat dia tinggal, tetapi di sekitaran Jakarta.

Katanya, di Jakarta, penumpang yang ia bawa lebih banyak dibandingkan di Depok. Jadi, kemungkinan uang yang terkumpul bisa lebih banyak. Dan, dia tidak sendiri. Banyak rekan sesama ojol yang lain juga begitu. 

Ini adalah strategi bertahan hidup yang ia jalani dalam menghadapi dampak pandemi Covid- 19. Dan, kebetulan, isterinya bekerja di restoran di kawasan Sudirman. Jadi, ia sekalian mengantarkan istrinya ke tempatnya bekerja lalu dilanjutkan dengan ngojek.

Mengapa ia terima order saya karena kebetulan istrinya masuk shif siang. Jadi sambil menunggu istri yang mendampingi anaknya yang tengah belajar dari rumah, ia pun menerima order saya. Dan kebetulan juga pas dia mengaktifkan hp, order masuk, dan langsung ia terima. Setelah mengantar saya,  ia pulang ke rumah untuk menjemput istrinya lalu mengantarkannya bekerja.

Ya begitulah. Pandemi Covid-19 memang belum bisa dipastikan kapan berakhir. Dan, tentu saja kondisi ini menuntut kita untuk mencari celah bagaimana bisa untuk bertahan hidup. Semoga saja badai ini segera berlalu dan situasi benar-benar kembali normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun