Saya bergabung di Kompasiana baru dua bulan ini. Sebagai pemula, tulisan saya belum banyak. Kalau dibandingkan dengan para senior jelas saya tidak ada apa-apanya. Justeru karena masih pemula saya masih hot-hotnya menulis, masih "semangat-semangatnya".
Saya tidak memikirkan apakah tulisan saya bakal jadi artikel utama atau pilihan. Tulisan saya dibaca dengan jumlah sedikit pun ya tak masalah buat saya. Yang terpenting kepuasan saya menulis tersalurkan. Kalau akhirnya ada yang membaca tulisan saya dan menyukainya, ya anggap saja itu "bonus" bagi saya.
Karena masih "hangat-hangat"nya, saya jadi merasa terganggu dengan tampilan iklan yang wara wiri di layar Kompasiana. Mau membaca tulisan para Kompasianer eh harus terpotong dengan iklan. Mau bikin tulisan eh nongol iklan segede gaban. Kan bikin saya jadi bete. Selera saya untuk membaca atau menulis jadi berantakan. Ah pokoknya tidak asyik banget deh.
Saya pun akhirnya membeli paket Premium User setelah menimbang berkali-kali. Terlebih saya sudah menikmatinya secara gratis selama sepekan. Tidak apa-apalah harus bayar. Tarif Rp25 ribu sebandinglah dengan kepuasan dan kenyaman saya. Selama sebulan lagi. Yang penting saya leluasa tanpa ada gangguan. Proses membelinya juga mudah, saya tinggal membayar pakai gopay.
Kini saatnya saya "beraksi"...
***
Sejatinya saya hobi menulis. Tapi lebih sering untuk urusan pekerjaan sih. Sebagai pekerja lapangan saya melaporkan hasil yang saya temui dalam bentuk tulisan. Tentu saja bahasa yang digunakan bahasa Indonesia yang baku yang harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
Sejak saya masih SD saya suka menulis. Puisi, diari, cerita pendek. Namun tidak pernah saya "publish". Pembacanya ya saya sendiri. Eh pernah juga sih saya bacakan puisi saya di depan guru dan teman-teman sekelas dalam pelajaran bahasa Indonesia. Tapi itu juga semua murid ikut mendapat giliran, bukan saya seorang.
Saya pernah juga bikin puisi yang saya persembahkan untuk ibu saya sebagai kado peringatan Hari Ibu. Saya tidak tahu apakah ibu saya menilai puisi saya bagus atau tidak. Apalagi saya masih SD. "Tidak ada apa-apanya". Yang jelas mata ibu saya berkaca-kaca. Terharu mungkin.
Sewaktu SMP hobi saya menulis masih berlanjut. Beberapa kali tulisan saya mejeng di majalah dinding. Beberapa kali ikut lomba membaca puisi meski tak menang. Beberapa kali bikin cerpen tapi buat saya nikmati sendiri. Karena saya pindahan dari Sukabumi, saya kerap menulis surat buat teman-teman lama saya. Bisa berlembar-lembar. Entahlah, saya suka saja menulis.
Ketika SMA, hobi saya menulis tidak hilang. Pernah juara 1 lomba penulisan cerpen dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang diadakan OSIS. Beberapa puisi saya dan cerpen juga mejeng di majalah dinding.