Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Untung Rugi" Anak Belajar dari Rumah

15 Juli 2020   19:56 Diperbarui: 15 Juli 2020   20:50 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini hari ketiga anak-anak saya belajar secara daring. Pagi-pagi saya sudah menjadi "dewan pengawas" mengawasi dan memastikan anak-anak saya belajar. Entah, apakah saya sudah mirip guru? 

Belajar secara daring berarti anak-anak harus disediakan fasilitas: telepon pintar dan jaringan internet, plus saluran TVRI. Untuk fasilitas ini, Alhamdulillah, sudah bisa dipenuhi jauh sebelum pandemi Covid-19 mewabah di negeri ini dan dunia.

Untuk jaringan internet saya mengandalkan jaringan Wi-Fi unlimited dari provider First Media. Sudah 5 tahun ini saya berlangganan (tapi yang bayar bulanan suami, saya sih ogah bayar bukan bagian saya hahaha...).

Saya pakai jaringan Wi-Fi karena jaringan paket data dari operator Telkomsel dan Indosat entah kenapa di kompleks rumah, khususnya di rumah saya, jelek. Terutama Indosat. Jangankan buat paket data, buat telepon saja naik turun. Kadang tidak ada jaringan. Saya sampai harus ke luar rumah untuk mendapatkan sinyal. Saya serasa di daerah terpencil saja. Padahal saya tinggal di kota lho.

Saya sudah berulangkali mengeluhkan kondisi ini ke Gerai Indosat, tapi tidak ada perubahan. Apakah keluhan saya ditindaklanjuti? Entahlah. Sebagai pelanggan Indosat sejak operator itu beroperasi pertama kali (berarti lebih dari 28 tahun) jelas membuat saya emosi jiwa. Sudah tagihan mahal eh jaringannya mendem. Bete kan?

Bagaimana dengan Telkomsel? Kebetulan saya juga pelanggan operator itu. Meski jaringannya masih lebih baik daripada Indosat, tetap saja masih ada noise, error, macet, lambat yang bisa menguras kuota.

Jadilah akhirnya diputuskan pakai jaringan Wi-Fi saja. Karena setelah dihitung-hitung biaya langganan Wi-Fi masih lebih murah dibanding membeli paket data untuk 5 orang (saya, suami, dan anak-anak)

Apakah jaringan Wi-Fi tanpa cela? Ya tidak juga. Buktinya, pagi tadi anak-anak saya uring-uringan karena jaringan internet lemot. "Di bunda lemot juga nggak?" tanya anak kedua saya, Annajmutsaqib yang biasa saya sapa "Kakak Najmu". "Sama," kata saya. Saya dalam mengerjakan tugas-tugas memang lebih suka menggunakan hp dibanding laptop. Bisa santai.

"Belum bayar kali," timpal anak pertama saya, Putik Cinta Khairunnisa, yang biasa saya panggil "kakak Putik". Tapi kata suami, jaringan internet memang lagi error. Anak-anak pun pasrah. Entah ketika saya berangkat kerja pada pukul 10.15 apakah jaringannya sudah normal?

***

Saya membayangkan kondisi para siswa yang di wilayahnya tidak ada jaringan internet. Kalaupun ada, apakah mereka memiliki hp, komputer, atau laptop? Kalaupun mereka memiliki hp apakah mereka punya cukup dana untuk membeli kuota? Lantas bagaimana para siswa bisa belajar dari rumah? Bagaimana pula dengan ketersediaan pasokan listrik?

Kalau di wilayah saya (Kota Depok, Jawa Barat) sebelum tahun ajaran baru dimulai, pihak sekolah melakukan pemetaan. Orangtua diminta untuk mengisi kuesioner. Seingat saya ada tiga pertanyaan yang intinya ada pemetaan. Pertama, siswa yang memiliki jaringan internet/hp/laptop/komputer/zoom, belajar secara daring.

Kedua, siswa yang tidak punya fasilitas untuk pembelajaran secara daring, guru akan berkunjung ke rumah. Pemetaan juga dipersempit dengan berdasarkan domisili. Jadi siswa yang berdomisili sama akan belajar dalam satu tempat yang sama dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Khusus siswa kategori kedua, bagi saya, sebenarnya di mana saja bisa dilakukan yang penting aman. Bisa di sekolah, bisa juga di rumah. Selama semua protokol kesehatan Covid-19 yang benar diterapkan -- memakai masker, tidak berkerumum, menjaga jarak, sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, juga berperilaku hidup bersih dan sehat, insya Allah proses belajar aman-aman saja.

Jadi, tidak ada masalah kan dengan siswa yang tidak memiliki fasilitas belajar secara daring karena guru akan memberikan pembelajaran dengan bertatap muka di rumah atau di tempat yang sudah disepakati.

***

Sebenarnya belajar di rumah, tidak asyik juga. Anak-anak tidak bisa bertemu dengan teman-temannya, saling tertawa, saling bercanda. Bagaimana pun suasana rumah dan sekolah jelas berbeda. Anak-anak juga tidak bisa bertemu gurunya untuk sekedar bertanya langsung. 

Apalagi sebagian tugas guru untuk mengajar anak-anak sedikit "beralih" kepada orangtua. Tapi tetap saja cara mengajar guru yang benar-benar guru berbeda dengan orangtua. Dan, bagi anak-anak ya tetap lebih mengasyikkan diajar oleh guru.

Namun berhubung di wilayah saya Covid-19 belum bisa dikendalikan (ada beberapa wilayah yang zona merah) ya apa boleh buat. Saya dan para orangtua murid lainnya malah setuju jika proses belajar mengajar dilakukan secara daring. Tidak perlu ada protes.

Di sisi lain, belajar di rumah secara finansial ya "menguntungkan" saya juga. Saya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk jemputan si bungsu sebesar Rp250000 sebulan, ongkos ojek online sebesar Rp350.000 untuk dua anak saya yang kebetulan satu sekolah, dan uang "bekal" Rp1.200.000 untuk tiga anak. Keadaan ini sudah berlangsung selama 4 bulan. Jadi lumayan kan?

Yang terpenting lagi, belajar dari rumah lebih aman buat anak-anak saya. Saya tidak perlu khawatir anak-anak saya akan terpapar Covid-19. Tinggal bagaimana saya sebagai ibu yang merangkap "guru" menciptakan suasana belajar yang nyaman, menarik, dan menyenangkan bagi anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun