Ini hari ketiga anak-anak saya belajar secara daring. Pagi-pagi saya sudah menjadi "dewan pengawas" mengawasi dan memastikan anak-anak saya belajar. Entah, apakah saya sudah mirip guru?Â
Belajar secara daring berarti anak-anak harus disediakan fasilitas: telepon pintar dan jaringan internet, plus saluran TVRI. Untuk fasilitas ini, Alhamdulillah, sudah bisa dipenuhi jauh sebelum pandemi Covid-19 mewabah di negeri ini dan dunia.
Untuk jaringan internet saya mengandalkan jaringan Wi-Fi unlimited dari provider First Media. Sudah 5 tahun ini saya berlangganan (tapi yang bayar bulanan suami, saya sih ogah bayar bukan bagian saya hahaha...).
Saya pakai jaringan Wi-Fi karena jaringan paket data dari operator Telkomsel dan Indosat entah kenapa di kompleks rumah, khususnya di rumah saya, jelek. Terutama Indosat. Jangankan buat paket data, buat telepon saja naik turun. Kadang tidak ada jaringan. Saya sampai harus ke luar rumah untuk mendapatkan sinyal. Saya serasa di daerah terpencil saja. Padahal saya tinggal di kota lho.
Saya sudah berulangkali mengeluhkan kondisi ini ke Gerai Indosat, tapi tidak ada perubahan. Apakah keluhan saya ditindaklanjuti? Entahlah. Sebagai pelanggan Indosat sejak operator itu beroperasi pertama kali (berarti lebih dari 28 tahun) jelas membuat saya emosi jiwa. Sudah tagihan mahal eh jaringannya mendem. Bete kan?
Bagaimana dengan Telkomsel? Kebetulan saya juga pelanggan operator itu. Meski jaringannya masih lebih baik daripada Indosat, tetap saja masih ada noise, error, macet, lambat yang bisa menguras kuota.
Jadilah akhirnya diputuskan pakai jaringan Wi-Fi saja. Karena setelah dihitung-hitung biaya langganan Wi-Fi masih lebih murah dibanding membeli paket data untuk 5 orang (saya, suami, dan anak-anak)
Apakah jaringan Wi-Fi tanpa cela? Ya tidak juga. Buktinya, pagi tadi anak-anak saya uring-uringan karena jaringan internet lemot. "Di bunda lemot juga nggak?" tanya anak kedua saya, Annajmutsaqib yang biasa saya sapa "Kakak Najmu". "Sama," kata saya. Saya dalam mengerjakan tugas-tugas memang lebih suka menggunakan hp dibanding laptop. Bisa santai.
"Belum bayar kali," timpal anak pertama saya, Putik Cinta Khairunnisa, yang biasa saya panggil "kakak Putik". Tapi kata suami, jaringan internet memang lagi error. Anak-anak pun pasrah. Entah ketika saya berangkat kerja pada pukul 10.15 apakah jaringannya sudah normal?
***
Saya membayangkan kondisi para siswa yang di wilayahnya tidak ada jaringan internet. Kalaupun ada, apakah mereka memiliki hp, komputer, atau laptop? Kalaupun mereka memiliki hp apakah mereka punya cukup dana untuk membeli kuota? Lantas bagaimana para siswa bisa belajar dari rumah? Bagaimana pula dengan ketersediaan pasokan listrik?