Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ramuan Herbal dan Pengobatan Medis Kolab "Menyembuhkan" Saya

9 Juli 2020   12:55 Diperbarui: 9 Juli 2020   14:17 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Saya sebenarnya bukan tipe orang yang "sakit sedikit minum obat". Saya paling anti minum obat. Saya lebih mengandalkan daya tahan tubuh. Biasanya saya minum teh manis panas dan rebahan sejenak untuk menghilangkan sakit. Tak lupa memperbanyak minum air putih. Dan, Alhamdulillah selalu membaik.

Kebiasaan ini saya terapkan kepada anak-anak saya jika sakit. Ketika anak-anak batuk atau pilek atau demam, saya sangat jarang memberikannya obat. Saya "mengajarkan" tubuh anak-anak saya untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Kecuali setelah tiga hari tidak membaik, baru saya bawa ke dokter. Alhamdulillah, sejauh ini ketika anak saya sakit tak sampai harus dirawat di rumah sakit. 

Saya lebih mengandalkan ramuan tradisional yang ada di wadah bumbu dapur. Untuk masuk angin, saya biasanya "mengerok" punggung anak saya dengan bawang merah yang diolesi minyak tawon. Kalau mual-mual saya meminta anak saya untuk menghirup aroma minyak kayu putih. Kalau batuk, saya bikin minuman jahe yang dapat melegakan pernapasan.

***

Ketika saya terkena kanker payudara stadium 3 pada 2018, orangtua saya, terutama ibu saya, sering menyuguhi saya dengan aneka ramuan tradisional. Ibu saya memang yang paling rajin membawakan tanaman kering mahkota dewa, yang katanya dapat membunuh sel-sel kanker. 

Irisan mahkota dewa ini saya rebus, lalu rebusannya saya minum. Rasanya seperti minum teh. Bisa juga dicampur dengan sedikit madu. Kalau tidak mau repot, remdam saja mahkota dewa dengan air panas, tunggu 5 menit, minum deh. 

Tak hanya itu. Ibu saya juga pernah membawa setumpuk aneka bahan ramuan jamu. Ramuan ini, katanya, mampu mengobati penyakit kanker, termasuk kanker payudara. Ramuan yang katanya berkhasiat ini viral dari mulut ke mulut, dari WhatsApp ke WhatsApp, dari group ke group. 

Begini bunyi postingan yang tersebar dari hp ke hp:

TOLONG BANTU BROADCAST...!!!      
Ada obat Herbal Kanker dari 3 orang penderita yg sdh berhasil sembuh (2 orang Kanker Payudara yg sdh menyebar, Kanker Tulang sdh stadium 4 & tdk bisa bangun, skrng sdh bisa jalan)... Jika ada anggota keluarga atau kenalan yg kena kanker & sdh buntu jalan penyembuhan, tdk punya dana, sebaiknya pakai resep ini.. Ibu Carla yg sdh mulai diSembuhkan yg menyebarkan resep ini & dia berkata, sering saya lihat orang Sakit Kanker meninggal dunia bukan krn kankernya, tapi krn effek samping kemo yg sangat keras membuat kondisi pasien menjadi tambah lemah setiap kali sehabis kemo..  Sering yg sdh sembuh tulangnya menjadi Osteoporosis atau rapuh (termasuk gigi) krn kerasnya radiasi/penyinaran juga obat2an kemo...

Bahan2:
1. 150 gr Kunyit Putih
2. 150 gr Kunyit Biasa
3. 250 gr Biang Kunyit
4. 25 gr Jahe Merah
5. 100gr Jahe
6. 125gr Temu Ireng
7. 125gr Temu Putih
8. 2-3bh Pinang Muda (hijau)
9. 15-21lbr Daun Sirih (jumlah tergantung besar kecil daun sirih)
10. 30 gr Asem Jawa
11.Gula Batu (sesuai selera)

Cara buat obatnya:
1) Bersihkan, sikat, cuci, lalu dikeprek bahan2 segarnya
2) Rebus dgn 3.5L air dalam panci khusus utk masak jamu/obat Cina/enamel
3) Sampai tinggal 2L air
4) Diminum pagi - siang - malam seperti jamu/air biasa, 2L jatah minum utk 2 hari
simpan d kulkas
5) Kalau pancinya kecil boleh direbus dgn 2 L air sampai 1 L utk 2 x rebus

Slamat Mencoba, tolong di sebar bagi para penderita..Semoga banyak orang bisa disembuhkan...

Berbekal informasi itu, ibu saya membawa bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan ini didapatkan dari tante saya, adiknya bapak saya, yang  jauh-jauh datang dari Bandung, ke rumah ibu saya. Informasi ramuan itu ternyata sampai juga di hp tante saya. 

Saya sih ya iya iya saja. Masa perhatian dari ibu saya abaikan begitu saja. Bisa-bisa saya yang kualat. Ibu saya sangat ingin saya sembuh. Soal kematian itu memang takdir, tapi siapa tahu takdir kematian saya saat saya nenek-nenek kelak.

Setelah mengikut arahan cara merebus, jadilah rebusan jamu yang kalau saya cium baunya bikin saya eneg. Saya butuh waktu untuk mencoba meminum ramuan itu. Baru keesokan harinya saya mencoba. Dan, ternyata... rasanya sama seperti jamu-jamu yang biasa dijual mbok jamu. ah saya sudah parno duluan.

Besoknya, saya coba campur dengan madu, biar tubuh saya tetap berstamina. Maklum, sejak saya dikemoterapi, tubuh saya bawaannya lemas mulu, tidak bergairah, tidak bersemangat, malas, dan banyak lagi hal-hal yang bukan tipe saya banget.

Ada yang mau mencoba ramuan ini? Orang sehat juga boleh kok. Karena sejatinya ramuan ini warisan nenek moyang kita, warisan nusantara yang terbukti khasiatnya. So, perlulah dilestarikan. Ya salah satu caranya ya dengan kita meminum jamu setiap hari, sebagaimana program pemerintah 'Budayakan Minum Jamu'.

***

Terlepas apakah ramuan tradisional itu berkhasiat atau tidak, dua tahun berlalu, Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk tetap beraktifitas seperti biasanya tanpa ada keluhan yang berarti. Kata dokter yang memeriksa saya sih tidak ada istilah "sembuh" untuk kanker, tapi terkontrol. 

Jadi, saya pun rutin kontrol ke RS Hermina Depok (tempat saya 2 kali dioperasi dan 15 kali kemoterapi tulang) dan RSCM (tempat saya 25 kali diradiasi). Ada gejala atau tidak ada gejala, ada keluhan atau tidak ada keluhan, saya diingatkan dokter untuk selalu rutin kontrol. Jangan sampai diabaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun