Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mendengarkan Kisah Suka Duka Relawan Medis Covid-19

17 Juni 2020   10:21 Diperbarui: 17 Juni 2020   16:02 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia juga menerima sampai 200 panggilan telepon perhari dari keluarga, teman dan kerabat. Yang paling terkesan adalah jiwa mengabdi, jiwa kemanusiaan untuk memanusiakan manusia dan tidak ingin melihat orang kesusahan.

Meski "berat" untuk dilalui, dr. Tati ingin kembali menjadi relawan covid-19. Tidak ada pilihan baginya menolak untuk kembali karena jiwa pengabdian yang dimiliki dan mengikuti tugas profesi sebagai dokter. Ia tidak pernah membayangkan ada tidaknya jaminan insentif. "Semua murni dilakukan demi kemanusiaan," tegasnya.

img-20200617-100839-5ee98d7ed541df0ae97ffbb2.jpg
img-20200617-100839-5ee98d7ed541df0ae97ffbb2.jpg
Hal yang sama juga diceritakan oleh dr. Muh. Fachrurrozy Basalamah yang menjadi relawan medis RSCD Wisma Atlet. Lelaki yang akrab disapa dr. Ozy, ini mengaku memberanikan diri terjun sebagai relawan medis Covid-19 karena ia sering menjadi relawan banjir, tsunami, gempa bumi dan bencana-bencana lainnya.

"Bedanya kali ini melawan bencana tak terlihat bahkan akhir dari bencana ini, kita pun tidak ada yang tahu, sehingga membuat para relawan Covid 19 harus bekerja ekstra termasuk saya. Namun, bencana Covid-19 ini menjadi hal yang berharga bagi saya karena saya bisa membantu masyarakat. Ini sudah menjadi pilihan saya dan dengan tekad yang kuat," katanya.

Semula, orangtuanya keberatan tapi ia berusaha menyakinkan orangtuanya jika itu menjadi tugasnya. Dan, Alhamdulillah seiring berjalannya waktu kedua orangtuanya sudah bisa menerima karena ini tanggung jawabnya sebagai dokter yang telah disumpah sebagai dokter.

Awal-awalnya, ia juga diliputi ketakutan saat menghadapi pasien positif Covid-19 mengingat "musuh" yang dihadapi tidak terlihat mata. Motivasi yang kuat yang membuatnya masih bertahan sampai sekarang. Semangat dari dalam diri untuk membantu mereka sampai sembuh dari covid-19.  

Untuk menghilangkan rasa bosan, setiap jaga ia meluangkan waktunya dengan berdialog, bercerita, dan menyemangati setiap pasien dengan jarak 4-5 meter. "Saya semakin bersemangat dan sangat senang ketika melihat pasien sembuh dan keluar dari RSDC Wisma Atlet ini," tuturnya.

Selama menjadi relawan, ya, ia pernah merasakan down karena memang kondisinya menurun drastis. Mungkin karena kurang istirahat, tapi Alhamdulillah hal tersebut tidak membuatnya mundur sedikit pun. Ia tetap bersemangat berjuang melawan badai ini.

Sementara dr. Abdul Azis, Sp.U, mengaku tidak ada duka dalam menjadi relawan, semua dilaluinya dengan rasa suka. "Karena kita bergerak dalam bingkai keikhlasan dan karena ada perniagaan untuk akhirat yang dikejar," tutur drAziz yang kerap juga menjadi relawan bencana di wilayahnya, di Sulawesi Selatan sana. Namun, ia juga menyadari banyak hal yang membuat kendala bagi relawan. Di antaranya adalah edukasi yang kurang massif dan kebijakan dari pemerintah yang simpang siur.

Mendengar penuturan para relawan ini saya hanya bisa bilang salut dan angkat jempol dua jari saya. Semoga Allah yang Mahabaik membalas kebaikan para relawan ini dengan kebaikan yang berkali-kali lipat, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga juga Allah senantiasi melindungi para relawan dari marabahaya, selalu dalam keadaan sehat wa'alfiat sehingga bisa merawat mereka-mereka yang terpapar serangan Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun