Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mari Terapkan Lebaran Sehat

25 Mei 2020   15:13 Diperbarui: 25 Mei 2020   15:35 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 

Hari ini masih suasana lebaran. Ya, hari kedua idulfitri 1441 H. Perayaan Idulfitri memang identik dengan hidangan yang lezat dan gurih. Masih seputar opor ayam, sambal kentang hati, semur daging sapi, dan sayuran khas lebaran. Bisa jadi masih dengan ketupat atau lontong sisa kemarin.

Bisa dimaklumi karena perayaan kegembiraan ini datang setahun sekali. Jadi wajar dong jika masyarakat merayakannya dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang serba enak. Dan, sepertinya ini menjadi suatu kelaziman di perayaan hari raya idulfitri.

Eits... meski serba lezat, belum tentu menyehatkan juga. Banyak risiko kesehatan ada di balik hidangan lebaran  tersebut. Saya saja dapat kiriman paket kue lebaran dari relasi, yang dari penampakkannya sih terlihat enak. Apalagi coklat adalah kesukaan saya. Tapi saya hanya mencicipi sedikit saja. Tidak berani banyak-banyak.

Mengapa makanan yang serba lezat itu belum tentu menyehatkan buat tubuh kita? Karena secara umum karakter menu yang dihidangkan dalam perayaan lebaran adalah tinggi gula, tinggi lemak jenuh dan trans, tinggi sodium, rendah serat, tinggi energi dan rendah zat mizi mikro: vitamin dan mineral.

Tapi ini bukan saya yang bilang lho. Lha siapa saya? Bukan pakar kesehatan, bukan pakar gizi bisa-bisanya ngomong begitu?! Saya hanya mengulang saja sebagaimana disampaikan ahli gizi yang juga Ketua yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK. dalam diskusi online yang bertajuk Lebaran Sehat 1441 H,  Kamis (21/5/2020).

Diskusi yang dimoderatori oleh Ns. Syarifudin, M.Sc. ini diadakan Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Komunitas Literasi Gizi (KoaLizi), Literasi Sehat Indonesia (LiSan) dan Departemen Kesehatan  BPP Kerukunan Masyarakat Sulawesi Selatan (KKSS). 

Dan, kebetulan saya diundang dr. Zaenal, relasi saya ketika beliau aktif di Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum di organisasi dokter itu. Beliau juga menjabat anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) periode 2014-2019. Nah, dr. Wita (saya biasanya menyapa demikian) ini adalah isteri beliau. 

Karena temanya menarik, saya jadi tertarik pula untuk mengikutinya. Siapa tahu saya bisa menyampaikan lagi ke yang lain bagaimana menyikapi makanan lebaran yang lezat-lezat itu. Bukankah semua orang pernah merasakan sehat dan ingin selalu berasa dalam kondisi sehat walafiat?

Karena lebaran yang sehat itu adalah mampu mengendalikan hawa nafsu. Atau mampu mengatur pola makan dan menjaga silaturrahim. Termasuk, lebaran sehat adalah tidak tertular dan tidak menularkan Covid 19. 

"Saya pribadi cukup hawatir bila covid 19 terlanjur JATUH CINTA terhadap orang Indonesia. Tidak mau berpisah. Maunya sehidup semati. Semacam lagu anak muda dari band Naif: Bila ku mati kau juga mati," tutur dr. Zaenal kala membuka diskusi.

Mari kita lanjut ke pembahasan semula. Mengapa menu lebaran tinggi energi/kalori?
Sebab, setiap jenis menu melalui proses pengolahan yang lama dan rumit. Dan,
setiap jenis menu menggunakan banyak bahan. Bahan yang digunakan mengandung kalori yang tinggi untuk setiap itemnya.

Namun karena suasana lebaran, mau tidak mau atau terpaksa juga untuk menyantap hidangan lezat itu. Nih, ada tips yang diberikan dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, ini bagaimana harus merayakan lebaran dan tetap sehat:

1.    Makanlah dengan gembira
2.    Makan saat lapar datang, berhentilah bila lapar sudah tidak terasa
3.    Jika bosan, carilah kegiatan lain.
4.    Jangan letakkan toples kue di depan Anda. Simpan dilemari.
5.    Gunakan gula substitusi
6.    Ganti santan dengan substitusi atau ganti menu.
7.    Kunyah perlahan. Beri waktu kepada tubuh
8.    Minum air yang banyak
9.    Setiap piring hidangan lebaran, pastikan dikonsumsi bersama semangkuk sayuran rebus/acar/kimchi. Sayuran minimal 3 porsi perhari.
10.    Makan alpukat, extra virgin olive oil atau almon panggang. Jika tidak ada kontra indikasi, minum suplemen omega 3.
11.    Makan buah potong, maksimal 3 porsi
12.    Minum yogurt/kefir water/air cuka apel/makanan fermentasi lainnya.
13.    Tetap bergerak
14.    Maafkan dirimu jika melakukan kesalahan dalam mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan bertobatlah bahwa Anda berjanji hanya akan mengonsumsi makanan pada hari itu saja.

Bagaimana kita melakukan perbaikan? Proses pengolahan harus sederhana, tidak boleh lama. Dr. Tirta mencontohkan bahwa, misalnya memasak opor ayam, dengan mengganti santan dengan susu cair, yogurt atau produk lain. 

Tak perlu menumis bumbu. Kurangi garam, atau gunakan garam diet. Buang kulit ayam. Jika masih menggunakan santan, pisahkan santan. Beri 1 atau 2 sendok makan ke dalam piring sebelum makan. 

Dr. Tirta berpesan bahwa, lebaran hanya satu hari yaitu hanya 1 Syawal saja, sehingga memasak menu lebaran secukupnya agar habis dalam satu hari. Jangan berlebihan. 

Dan jangan memanasi makan berulang-ulang. Untuk kue lebaran, dr. Tirta menyarankan disimpan di lemari, keluarkan dalam toples kecil. Ambil secukupnya. Maksimal 3 jenis kukis dan 1 buah perhari. 

Tapi apa yang disampaikan dr. Wita ini menurut saya, tidak hanya berlaku di moment hari lebaran saja. Tapi berlaku untuk kehidupan kita sehari-hari. Kan kita butuh asupan makanan setiap hari. Tentunya biar kita tetap sehat sepanjang masa. Bukan di hari lebaran saja. Bukan begitu? Begitu bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun