Sudah seminggu aku dirawat di Rumah Sakit karena pendarahan sehingga janin dalam kandunganku harus dikeluarkan . Kebosanan sudah mulai merasukku dan aku rindu sama tawa riang anak-anakku , cerita Nanda pulang sekolah dan ceriwisnya Arka anakku yang kecil. Aku merasa sudah sehat dan tadi lihat dokter berbincang dengan suamiku. selanjutnya dokter menghampiriku.
"Besok saja pulangnya bu , saya harus meresepkan beberapa obat untuk ibu dan obatnya baru tersedia besok pagi.Saya sudah bilang sama Bapak dan Bapak udah setuju" Aku terpaksa mengangguk tanda setuju
"Iya besok saja kamu pulang ma, sudah sore juga, timpal suamiku"
Walau agak merasa kesal , aku terpaksa mengikuti keinginana dokter dan suamiku.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Jam sudah menunjukkan hampir pukul satu pagi. Sayup-sayup terdengar suara binatang malam bersahutan dari luar jendela kamarnya diiringi sesekali terdengart hembusan angin yang bertiup di sela-sela cabang pepohonan disamping jendela kamarku
Aku memandang ke arah jendela di sampingnya yang terbuka setengah. Angin malam berhembus masuk ke dalam kamarnya yang juga dicat putih. Aku masih tersa panas dan berkeringat. Kipas angin di atas kepalanya sudah tidak terasa lagi. Akupun menuju jendela dan kemudian membukanya dan kemudian aku menangkap sesosok bayangan putih berkelebat di atas pohon tepat di depan kamarku.
Rasa penasaranku membuat aku langsung berdiri
Sosok itu kini terlihat jelas. Ia adalah sesosok wanita muda sedang duduk-duduk dibawah pohon tersebut. Rambutnya yang lurus seperti ikut dimainkan oleh angin malam. Parasnya sangat cantik.
Sekonyong-konyong wanita itu menatap lurus ke arah ku yang masih duduk terpaku menatap ke arahnya . Tatapannya tajam dan menusuk. Suasana bertambah hening mencekam. Aku merasakan merasakan seolah darahku berhenti mengalir.
Tiba-tiba wanita itu melayang menuju kearahku. Secara spontan aku menutup jendela kamar dan lari menuju tempat tidur. Tapi bayangan menyeringai itu telah berada dalam ruangan tempat aku menginap.Aku hanya bisa memejamkan mata sambil terus membaca doa-doa yang bisa menenangkan hatiku. Sampai kemudian aku mendengar langkah-langkah kaki mendekatiku. aku malah makin memejamkan mataku. Samapi aku merasaan ada tangan menyentuh tanganku.
"Ibu kenapa?" terdengar seseorang bertanya padaku. Kubuka mataku dan kulihat seorang suster berdiri disamping tempat tidurku.
"Eh suster, ngak apa-apa kok suster, ngak bisa tidur saja, suster kenapa belum tidur?" tanyaku balik.
"Saya kan harus jaga dan mengunjungi pasien kalau malam hari bu,Kalau begitu biar saya temani ibu sampai ibu tertidur"
Aku langsung bersyukur dan menarik nafas lega sekalian mengucapkan terima kasih. Selanjutnya suster itu bertanya sama aku, "Ibu pendarahan karena apa? terlalu capek bekerja ya bu? sayang aja janin yang didalam perut ibu harus dikeluarkan" . Belum sempat aku menjawab suster itu sudah menyambung pembicaraannya
"Saya dulu juga hamil bu. Tapi saya hamil karena hubungan saya dengan pacar saya yang telah terlalu jauh.Sebenarnya saya senang dengan kehamilan itu, karena saya memang sangat mencintai pacar saya tersebut.Pacar saya juga senang dengan kehamilan saya.Kami sudah mempunyai angan-angan akan membesarkan anak bersama-sama.Tapi......."
Aku kemudian melihat suster itu melamun dan menerawang jauh.Selanjutnya aku melihat wajah pucatnya yang seperti kapas dan aku melihat kakinya melayang. Selanjutnya aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.
Ketika aku bangun kembali, aku melihat disekelilingku ada suster dan suami aku.
"Ma, kamu udah sadar ya? aku takut sekali waktu suster telpon kamu pingsan sangat lama sekali, kami takut nanti kamu pendarahan lagi. Apa yang terjadi ma. sampai kamu pingsan begitu lama? tanya suamiku.
Aku kemudian menceritakan apa yang aku alami semalam. Dan kemudian suster yang ada didekat aku menceritakan bahwa suster yang menemui aku tadi malam memang suster yang pernah bekerja di rumah Sakit . Tapi karena dia hamil di luar nikah keluarganya memaksa dia mengugurkan kandungannya dan putus dari pacarnya. Karena tidak tahan dengan desakan keluarganya suster itu terus bunuh diri.Bunuh diri di kamar yang kini aku tempati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H