Zainab menjadi saksi mata dari kesengsaraan ayah, ibu, dan saudaranya. Ia tumbuh dalam lingkungan pemerintahan yang menindas yang menjadikan keluarganya sebagai sasaran kekejaman secara terus menerus.
Pada saat itu, masyarakat Arab sangat patriarki. Peran perempuan dalam politik sangatlah minim. Dalam catatan sejarah ketika ibunya pergi ke pengadilan untuk menuntut haknya, banyak para perempuan yang tidak memperjuangkan haknya.
Peran Zainab Pasca Tragedi Karbala
Jika ditelusuri lebih jauh, peran para perempuan pasca tragedi Asyura (tragedi dimana Al Husain berjuang untuk menegakkan agama kakeknya, Muhammad saw di Karbala) sangatlah banyak. Sayidah Zainab berperan sebagai panglima kafilah yang tersisa pada saat itu. Dia memiliki semua skill dari ayahnya, dimana semua skill tersebut dia gunakan di Karbala.Â
Momen yang paling hebat adalah ketika dia berorasi di istana Yazid bin Muawiyah (penguasa kejam pada waktu itu). Orasinya itu membuat para pejabat ketakutan dan mengubah arah pikiran masyarakat tentang hoax tragedi Karbala yang selama ini menganggap keluarga Nabi Muhammad saw sebagai pihak yang bersalah. Meskipun secara fisik keluarga Nabi Muhammad saw banyak terbantai oleh pemerintahan Yazid dan terlihat kalah, tetapi secara hakikat keluarga Nabi saw yang direpresentasikan oleh Al Husain dan keluarganya adalah pemenang sebenarnya. Hal ini sangat terlihat dalam pidatonya yang sangat tegas dan lantang menyuarakan kebenaran, sehingga membuat Yazid gemetar dan merasa berdosa.
Akhlak Zainab
Sayyidah Zainab mencerminkan akhlak seorang perempuan Islam pemberani. Saat putra Al Husain, Ali Zainal Abidin sedang sakit  berat, dan Yazid berusaha membunuhnya, Sayyidah Zainab menghalanginya dan bersuara dengan lantang "Masih belum cukupkah darah keturunan Muhammad saw kamu tumpahkan? Sungguh celaka kamu ini hai Yazid! Kalo kamu mau bunuh dia, bunuhlah aku terlebih dahulu!". Satu persatu anggota keluarganya dibantai tentara Yazid, termasuk bayi kecil 6 bulan yang dipanah lehernya.Â
Keberanian, kebijaksanaan, dan kesucian hati Sayyidah Zainab berhasil melawan pemerintahan Yazid yang sangat tirani dan korup. Sejak saat itu para perempuan Karbala mendapat posisi tinggi dan terhormat di hadapan masyarakat. Perjuangan para perempuan Karbala yang dipimpin Sayyidah Zainab ini dengan nyata berhasil menghidupkan peristiwa Asyura di hati semua manusia di berbagai belahan dunia hingga saat ini.Â
Para perempuan Karbala berkesempatan untuk mengkampanyekan kebenaran kepada semua orang di setiap tempat yang kafilahnya lewati. Jika tidak ada peran perempuan yang terus berjuang disana, akankah kebenaran dan kebatilan terlihat? Jika tidak ada perjuangan tulus dari para perempuan, akankah si penindas dan yang tertindas dapat dibedakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H