[caption id="attachment_198625" align="aligncenter" width="300" caption="kiri-kanan: dullah, dae, putri, evi"][/caption]
[caption id="attachment_198631" align="aligncenter" width="300" caption="hampir masuk got. hehehee"][/caption]
Ada anak-anak yang langsung “nempel” dengan saya. Kemana-mana antar saya, ke tolo (sawah) dan mau kalau saya suruh ke warung. Hihihi… Tapi ada juga anak-anak yang tidak mau dekat-dekat saya. Mereka biasanya hanya duduk di bambu yang berfungsi sebagai pagar, yang dipakai untuk memisahkan area rumah dan sawah agar tidak ada hewan liar yang nyelonong masuk area rumah. Biasanya anak-anak itu “ngegosipin” saya dan yang lain dari jauh. Gayanya sih seperti meminta perhatian. Ketika saya dekati, wahhh sulit sekali mengajak mereka ngobrol. Saya bolak balik ditertawakan, karena saya pakai bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah. Tapi lama-kelamaan mereka jawab juga ketika ditanya siapa namanya, kelas berapa… pertanyaan saya sih hanya seputar “cou ngaran nggomi?” (siapa nama kamu?), “kelas pila?” (kelas berapa?). Akhirnya, pelan, pelan, pelan, akhirnya, mereka mau juga saya foto. Hahahaha. Susah juga mengarahkan mereka untuk diam dan nggak saling tendang-tendangan. Hehehe ada ada aja…
[caption id="attachment_198632" align="aligncenter" width="300" caption="sulitnya mengarahkan mereka. hahaha"][/caption]
Anak-anak disini jarang pakai alas kaki dan pakaian. Orang tua mereka pun biasa-biasa saja dengan itu. SUdah biasa mungkin, tapi saya nggak tega karena mereka main di tanah yang dilewati juga oleh hewan hewan seperti kambing, kucing, dll. Mereka juga terkadang mandi di kali. Kalau itu, saya hanya bisa menonton dari pinggir. Seru banget!. Tapi tetap, saya was was, lhaa sungainya juga dipakai untuk cuci baju dan buang air *eng ing eng…*. Hilang sudah hasrat saya untuk ikut mandi di kali. Sungguh tidak lucu kalau ketika saya mandi lalu ada sesuatu yang mengambang lewat di sebelah saya. Hahahaha.
[caption id="attachment_198637" align="alignleft" width="200" caption="rrrr... segarnya habis mandi!"][/caption]
Satu minggu sudah saya disana. Ketika saya pulang, semua anak-anak itu kumpul dirumah nenek saya. Ketika saya tanya “wati lao sekola?” (nggak pergi sekolah?), mereka jawab “wati… mada bolos…” (tidak, saya bolos). Hahahahha…. Teman-teman kecil saya ini tidak ada yang sekolah, mereka malah kekeuh ikut ke bandara. Katanya mau lihat pesawat. Tapi untungnya tidak jadi ikut. Mereka semuanya mabuk darat. Apalagi mobil Mitsubishi milik sekolah Muhammadiyah yang mengantar kami selama kami disana sudah penuh dengan keluarga saya, barang-barang, nenek saya dan juga nenek-nenek lain. Penuhhh… hehehehe. Dan ternyata, mereka menyusul kami dengan naik motor bersama orang tuanya. Total 10 motor. Wahh, satu motor bisa ditumpangi ber 4, tanpa helm, dengan kecepatan yang nggak kira kita di jalanan berbukit dan diapit tebing. Waduhhh…
****
Dan… saya kangen kampung halaman ayah saya. Saya kangen desa. Saya kangen ketika handphone saya tidak ada sinyal selama saya disana. Saya kangen ketika orang lain excited dengan apa yang saya lakukan. Saya kangen melihat binar bahagia di mata orang lain ketika saya mengambil gambarnya. Saya kangen bocah-bocah yang terkadang menjengkelkan tapi selalu menemani satu minggu saya disana. Saya kangen… kangen… kangen…
[caption id="attachment_198664" align="aligncenter" width="199" caption="ini saya dan teman saya yang paling akrab, Amar namanya. Kalau sudah nangis dan ngamuk, wuaduh suaranya kencang sambil guling2an di tanah! :D"][/caption]