Mohon tunggu...
NENG APRIANTI
NENG APRIANTI Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110012 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaaan Pajak - Prof. Dr. Apollo Daito, S.e., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram: Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

26 Desember 2024   18:14 Diperbarui: 26 Desember 2024   18:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Sabutuh ('Sebuthunya') -- Memenuhi Kebutuhan Hidup Secukupnya

Dalam dunia audit pajak, ada tekanan untuk selalu lebih dan lebih dalam memenuhi target atau harapan. Namun, prinsip sabutuh mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam keinginan yang berlebihan, baik itu dalam hal keuntungan finansial maupun dalam pencapaian karir. Seorang auditor atau pemimpin dalam dunia pajak perlu mengelola kebutuhan dan harapan mereka secara realistis, sehingga tidak terperangkap dalam siklus keinginan yang tiada habisnya yang bisa mengarah pada stres atau ketidakseimbangan.

Prinsip ini mengingatkan untuk menetapkan standar yang masuk akal, baik dalam pencapaian profesional maupun dalam kehidupan pribadi. Hal ini juga menghindarkan kita dari godaan untuk melakukan penipuan atau manipulasi dalam proses audit demi mendapatkan keuntungan lebih.

 2. Saperlun ('Seperlunya') -- Bertindak Berdasarkan Tingkat Kepentingan

Dalam dunia audit pajak, terdapat banyak informasi dan data yang harus diproses, namun tidak semuanya memiliki urgensi yang sama. Prinsip saperlun mengajarkan kita untuk memprioritaskan apa yang benar-benar penting dan mendesak. Hal ini penting untuk memastikan efisiensi dalam bekerja, tanpa terburu-buru dalam mengejar hasil atau terbebani oleh tugas-tugas yang tidak penting.

Dengan menerapkan prinsip ini, auditor atau pemimpin akan lebih mampu fokus pada apa yang relevan dan mendasar, sehingga proses audit dapat berjalan dengan lancar, objektif, dan menghasilkan keputusan yang tepat sesuai dengan kepentingan yang sesungguhnya.

 3. Sacukup ('Secukupnya') -- Menghargai Apa yang Dimiliki Tanpa Merasa Kurang atau Berlebih

Dalam transformasi audit pajak, sering kali terjadi perasaan kurang atau tidak cukup terhadap sumber daya atau hasil yang dicapai. Prinsip sacukup mengajarkan untuk menghargai dan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan bijaksana tanpa merasa terbebani oleh keinginan yang tidak realistis. Hal ini sangat penting untuk menghindari sikap konsumtif atau berlebihan dalam menghadapi tantangan profesi.

Dalam konteks memimpin diri sendiri, sacukup mengingatkan kita untuk menerima kondisi diri apa adanya, baik itu dalam kekurangan atau kelebihan, sehingga kita dapat terus bergerak maju dengan penuh rasa syukur dan keseimbangan batin. Ini membantu menjaga kestabilan mental dalam menghadapi tantangan sehari-hari.

4. Sabener ('Sebenernya') -- Hidup dengan Kejujuran

Prinsip sabener atau hidup dengan kejujuran adalah pilar utama dalam profesi audit pajak. Integritas seorang auditor sangat bergantung pada seberapa jujur dan objektif mereka dalam menjalankan tugas. Dalam menghadapi tekanan atau godaan untuk melakukan manipulasi data, prinsip ini mengingatkan untuk selalu bertindak dengan kejujuran tanpa kepalsuan, dan selalu berpegang pada prinsip moral yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun