Mohon tunggu...
Arunika Rintani
Arunika Rintani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sosok yang lahir di Ujung Utara Pulau Dewata. Dengan Sejuta Mimpi Dengan Sejuta Cerita Lewat literasi dengan nama pena "Arunika Rintani" Berkarya dan Berekspresi Serta Berkreativitas ☺️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat di Bawah Langit Redup

13 Januari 2025   15:18 Diperbarui: 13 Januari 2025   15:18 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pengakuan yang Menyakitkan

Dalam malam yang penuh ketegangan itu, Nyai akhirnya menceritakan semuanya. Ia mengakui dosa yang telah ia sembunyikan. Ia menceritakan bagaimana ia mencintai Dirga, bagaimana rasa cemburu menguasai dirinya, dan bagaimana ia kehilangan kendali hingga belati itu menembus tubuh Dirga.

Lelaki itu mendengarkan dengan tenang, tetapi di dalam dirinya ada perasaan yang berkecamuk. Ia tumbuh tanpa ayah, hanya dengan cerita bahwa ayahnya meninggal secara tragis. Kini, kebenaran itu membuat hatinya dipenuhi rasa sakit yang tak terelakkan.

"Aku tidak akan membalas dendam," katanya akhirnya. "Tapi kau harus mengakui semuanya. Desa ini berhak tahu siapa dirimu sebenarnya."

Penebusan yang Berat

Pagi itu, Nyai Sofyan berdiri di tengah masjid desa, di hadapan semua penduduk yang bingung dengan pengumuman mendadaknya. Dengan suara bergetar, ia mulai berbicara, mengakui dosa yang telah ia sembunyikan selama bertahun-tahun. Ia menceritakan malam itu dengan jujur, tanpa menyembunyikan satu pun detail.

Orang-orang terkejut, beberapa menangis, dan yang lainnya marah. Mereka tidak percaya bahwa perempuan yang selama ini mereka hormati adalah seorang pembunuh. Tetapi Nyai menerima semua itu dengan hati yang lapang, karena ia tahu bahwa kebenaran adalah satu-satunya jalan menuju kedamaian.

Cahaya di Bawah Pohon Kamboja

Setelah pengakuannya, Nyai Sofyan tidak lagi menjadi ustadzah yang dihormati. Ia hidup dalam pengasingan di rumahnya, menjalani hari-hari dengan doa dan penyesalan. Tetapi ia tidak lagi dihantui oleh mimpi buruk, karena ia telah mengakui dosanya kepada Tuhan dan kepada mereka yang ia sakiti.

Lelaki itu, anak Dirga, pergi meninggalkan desa setelah semuanya berakhir. Namun, sebelum pergi, ia berdiri di bawah pohon kamboja, memandang langit yang mulai cerah. Pohon itu, yang dulunya menjadi saksi dosa, kini menjadi simbol dari penebusan.

Di bawah pohon itu, Nyai Sofyan sering berdoa, memohon pengampunan kepada Tuhan. Ia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang, tetapi ia percaya bahwa setiap langkah yang ia ambil adalah bagian dari jalan menuju kedamaian sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun