Mohon tunggu...
Arunika Rintani
Arunika Rintani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sosok yang lahir di Ujung Utara Pulau Dewata. Dengan Sejuta Mimpi Dengan Sejuta Cerita Lewat literasi dengan nama pena "Arunika Rintani" Berkarya dan Berekspresi Serta Berkreativitas ☺️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat di Bawah Langit Redup

13 Januari 2025   15:18 Diperbarui: 13 Januari 2025   15:18 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki itu berhenti di depan pohon kamboja. Pohon itu telah menjadi simbol desa, tetapi bagi lelaki itu, pohon itu adalah tempat ayahnya meregang nyawa. Ia membuka kotak kayu di tangannya, mengeluarkan sebilah belati kecil yang berukir nama Dirga.

"Dirga," bisiknya lirih. "Aku datang untuk menuntut kebenaran."

Luka yang Menganga

Nyai Sofyan tidak bisa lagi menghindar dari kenyataan. Lelaki itu mengetuk pintu rumahnya pada malam hari, membawa aura yang penuh dengan dendam dan rasa kehilangan. Ketukan pintu itu memecah keheningan seperti pukulan palu yang menghantam hatinya.

Nyai membuka pintu, dan di hadapannya berdiri lelaki asing dengan sorot mata yang tajam. Tanpa berkata banyak, lelaki itu menyerahkan kotak kayu kecil kepadanya.

"Ini untukmu," katanya dengan nada dingin.

Nyai membuka kotak itu, dan napasnya tercekat. Di dalamnya ada bunga mawar merah yang telah layu dan belati kecil dengan ukiran yang sama seperti miliknya. Belati itu adalah milik Dirga, kenangan dari malam yang ia coba lupakan.

"Siapa kau?" tanyanya, suaranya bergetar.

"Aku adalah anak Dirga," jawab lelaki itu.

Hati Nyai seperti runtuh. Anak dari Dirga dan Sela, lelaki yang tak pernah ia duga akan kembali, kini berdiri di hadapannya, membawa dendam dan kebenaran yang tak bisa ia tolak.

"Aku hanya ingin tahu kenapa," ujar lelaki itu. "Kenapa kau membunuh ayahku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun