Mohon tunggu...
Arunika Rintani
Arunika Rintani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sosok yang lahir di Ujung Utara Pulau Dewata. Dengan Sejuta Mimpi Dengan Sejuta Cerita Lewat literasi dengan nama pena "Arunika Rintani" Berkarya dan Berekspresi Serta Berkreativitas ☺️

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cahaya Yang Membimbing Jiwa

12 Januari 2025   09:26 Diperbarui: 12 Januari 2025   09:26 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam rentang waktu kehidupan, manusia sering kali dihadapkan pada pertanyaan mendalam tentang makna keberadaan. Dalam kebingungan dan pencarian akan tujuan sejati, agama hadir sebagai sebuah jalan terang yang memandu langkah. Ia adalah cahaya yang menembus kabut ketidaktahuan, membawa kita pada kesadaran akan eksistensi Sang Pencipta dan makna kehidupan yang sesungguhnya.

Agama bukan sekadar rangkaian ritual atau aturan kaku, tetapi sebuah pengalaman batin yang menyentuh hingga ke kedalaman jiwa. Ia mengajarkan nilai-nilai luhur yang menjadikan manusia lebih manusiawi, sekaligus menjadi sarana komunikasi dengan Sang Maha Pencipta.

Kekayaan Leksikal Agama.
Agama, dalam esensinya, tidak hanya mengajarkan kebenaran tetapi juga keindahan. Bahasa yang digunakan dalam wahyu sering kali sarat dengan makna puitis yang menggetarkan hati. Misalnya, dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

"Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku, tambahkanlah aku ilmu.'" (QS. Thaha: 114)

Ayat ini tidak hanya menyampaikan permintaan untuk bertambahnya ilmu, tetapi juga menghadirkan estetika spiritual dalam komunikasi manusia dengan Tuhannya. Dalam setiap untaian kata, agama menanamkan kerendahan hati, pengakuan akan keterbatasan, dan harapan untuk terus berkembang.

Bayangkan jika setiap manusia memulai harinya dengan doa ini, maka dunia akan dipenuhi dengan orang-orang yang tidak hanya cerdas tetapi juga berhati nurani. Bahasa agama adalah manifestasi dari cinta dan kasih sayang, membawa manusia menuju harmoni yang lebih tinggi.

Tujuan Sejati Kehidupan
Dalam perenungan filosofis, manusia sering kali mempertanyakan apa tujuan akhir dari keberadaannya. Islam memberikan jawaban yang tegas: hidup adalah ibadah. Namun, ibadah tidak terbatas pada shalat, puasa, atau haji semata, melainkan seluruh aspek kehidupan yang dilakukan dengan niat mencari ridha Allah.

Sebagaimana firman-Nya:

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. Al-An'am: 162)

Ayat ini menjadi pondasi bahwa segala tindakan, sekecil apa pun, memiliki dimensi spiritual. Bahkan senyuman kepada sesama adalah ibadah. Kehidupan yang penuh makna adalah kehidupan yang didedikasikan untuk kebaikan dan kebermanfaatan.

Kekayaan Budaya dan Adaptasi Agama
Agama Islam memiliki karakter yang sangat unik: ia adalah agama yang mampu beradaptasi dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensi syariatnya. Islam tidak pernah memaksa manusia untuk meninggalkan budayanya, selama budaya itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama.

Sebagai contoh, dalam tradisi masyarakat Nusantara, Islam berakulturasi dengan seni, adat, dan kearifan lokal. Dalam lantunan shalawat, tarian zikir, dan seni kaligrafi, kita melihat bagaimana agama mampu merangkul budaya tanpa kehilangan kesuciannya. Sebagaimana Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian."

Kekayaan budaya yang berlandaskan nilai-nilai agama menciptakan peradaban yang luhur, yang menjadi teladan bagi generasi berikutnya.

Cahaya untuk Melawan Ketimpangan

Agama juga berfungsi sebagai obor yang menerangi ketimpangan sosial dan mengajak manusia untuk bertindak adil. Dalam Islam, keadilan adalah salah satu pilar utama yang harus ditegakkan, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Allah berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kalian penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah." (QS. An-Nisa: 135)

Dalam ayat ini, Allah menyeru umat-Nya untuk berani menjadi saksi kebenaran dan menegakkan keadilan, meski terhadap diri sendiri atau keluarga terdekat. Pesan ini adalah panggilan universal untuk melawan kedzaliman dalam segala bentuknya.

Nabi sebagai Teladan Kehidupan
Dalam narasi agama, para nabi adalah teladan kehidupan yang sempurna. Nabi Muhammad , misalnya, adalah sosok yang memiliki karakter berlapis: seorang pemimpin, ayah, suami, dan hamba Allah. Dalam salah satu hadis, beliau bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."

Pesan ini menggambarkan bahwa keberhasilan seseorang diukur bukan dari apa yang ia miliki, tetapi dari manfaat yang ia berikan kepada sesama.

Narasi Berstruktur Hikayat: Kisah sebagai Media Pendidikan

Salah satu metode Al-Qur'an dalam menyampaikan pesan adalah melalui kisah. Misalnya, kisah Nabi Musa yang menghadapi Fir'aun adalah pelajaran tentang keberanian, keteguhan iman, dan keadilan. Allah berfirman:

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia sadar atau takut." (QS. Thaha: 43-44)

Kisah ini memberikan pelajaran bahwa bahkan terhadap musuh yang paling kejam sekalipun, pendekatan lembut tetap menjadi pilihan utama dalam dakwah.

Agama sebagai Harmoni Keberagaman
Agama adalah perahu yang mengarungi samudera keberagaman, mengajarkan bahwa perbedaan adalah tanda kebesaran Sang Pencipta. Allah berfirman:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi, serta berlain-lainan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar-Rum: 22)

Dengan agama, manusia diajak untuk merayakan perbedaan, menghormati keunikan, dan hidup dalam harmoni. Semoga kita semua senantiasa berada di bawah naungan cahaya agama yang membimbing jiwa menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun