Waktu begitu cepat berlalu. Hingga tak sempat di catat mendung atau di padatkan senja menjadi kata-kata. Entah seberapa lama aku merasakan bahagia, rasanya tidak terlalu lama.
Satu buah mobil berwarna hitam memasuki pekarangan rumah. Mungkin sahabat atau kerabat Bunda, mengingat lusa adalah genap seratus hari kepergiannya. Memang sejak kemarin banyak karangan bunga dan juga tamu yang datang langsung kerumahku.
Mereka turun dari mobil dan aku tidak mengenalnya. Di ambang pintu aku menyambut kedatangan mereka.
Karena sibuk mengenali wajah asing kedua orang tua, hingga aku terkejut dengan seseorang yang berada di belakangnya.
"Laras?" sapanya.
"Arga?" ucapku tak kalah terkejut.
"Rupanya kalian sudah saling kenal," ucap seorang wanita dengan penampilan yang elegan. Suara itu aku pun mengenalnya.
"Ini Tante Ami, Laras.... Kamu sekarang sudah dewasa ya," lanjutnya. Seraya memelukku. Kuamati wajahnya, ya... wanita ini mirip sekali dengan bunda.
"Tante Ami, adik bunda? lalu kenapa ada Arga?" tanyaku bingung.
"Sini kita bicara sambil duduk," Tante Ami menarik tanganku menuju sofa.
Diam begitu menjeruji, mulutku seakan terkunci. Tatapanku sesekali tertuju pada arga yang duduk di sofa tidak jauh dariku. Kepalanya tertunduk seolah memikirkan sesuatu.