Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aritmatika Cinta

14 Juni 2024   10:17 Diperbarui: 14 Juni 2024   10:54 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Gambar Bing Image Kreator Ai

Waktu begitu cepat berlalu. Hingga tak sempat di catat mendung atau di padatkan senja menjadi kata-kata. Entah seberapa lama aku merasakan bahagia, rasanya tidak terlalu lama.

Satu buah mobil berwarna hitam memasuki pekarangan rumah. Mungkin sahabat atau kerabat Bunda, mengingat lusa adalah genap seratus hari kepergiannya. Memang sejak kemarin banyak karangan bunga dan juga tamu yang datang langsung kerumahku.

Mereka turun dari mobil dan aku tidak mengenalnya. Di ambang pintu aku menyambut kedatangan mereka.

Karena sibuk mengenali wajah asing kedua orang tua, hingga aku terkejut dengan seseorang yang berada di belakangnya.

"Laras?" sapanya.

"Arga?" ucapku tak kalah terkejut.

"Rupanya kalian sudah saling kenal," ucap seorang wanita dengan penampilan yang elegan. Suara itu aku pun mengenalnya.

"Ini Tante Ami, Laras.... Kamu sekarang sudah dewasa ya," lanjutnya. Seraya memelukku. Kuamati wajahnya, ya... wanita ini mirip sekali dengan bunda.

"Tante Ami, adik bunda? lalu kenapa ada Arga?" tanyaku bingung.

"Sini kita bicara sambil duduk," Tante Ami menarik tanganku menuju sofa.

Diam begitu menjeruji, mulutku seakan terkunci. Tatapanku sesekali tertuju pada arga yang duduk di sofa tidak jauh dariku. Kepalanya tertunduk seolah memikirkan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun