Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Study Tour Pertama Putriku

17 Mei 2024   15:02 Diperbarui: 17 Mei 2024   15:02 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada kata terucap dari mulutku, kedua mataku lantas berembun. Tubuhku gemetar mendengar berita itu. tanpa menghiraukan tetanggaku yang masih terpaku di depan pintu, aku langsung berlari menuju sekolah Rianti yang berjarak sekitar 2 kilo meter dari rumahku.

Dengan linangan air mata aku terus berlari tak kupedulikan suara yang berteriak memanggil namaku, aku terus berlari.

Tubuhku terpental satu unit sepeda motor menabrak tubuhku yang mulai lelah. Entah siapa yang salah yang pasti aku tidak merasakan sakit sedikit pun.

Aku lantas berdiri dan kembali berlari hingga tiba di sekolah putriku. Suasana di sana sudah cukup ramai. Semua mempertanyakan keadaan putra dan puterinya. Cukup lama aku berada di sekolah, kucari nama Rianti diantara daftar nama yang mejadi korban. Kenapa tidak ada nama Rianti? Di mana anakku?

Sampai salah seorang guru memebritahukan jika sebagian siswa dan siswi telah di kembalikan kerumahnya masing-masing. Karena hari sudah menjelang larut malam.

Aku kembali berjalan dan berlari, menerobos gelapnya malam. Tidak lagi aku rasakan lelah. Seperti ada kekuatan gaib yang membantuku untuk terus berlari sampai di depan gang rumahku.

Sumber Gambar Bing Kreator Digital Ai
Sumber Gambar Bing Kreator Digital Ai

"Bendera kuning? Rianti? Air mataku tumpah tak tertahankan seraya beralari menerobos kerumunan orang di depan rumahku.

Tiba di ruang dalam rumah. Aku melihat Rianti sedangg menagis, tubuhnya berguncang memeluk jasad yang terbujur kaku yang tertutup kain batik.

Ya... Allah putriku selamat, hanya kepala yang terbalut perban dan satu kakinya terpasang gyipsum. Aku menghampirinya. "Rianti, kamu selamat, Nak?" ucapku. Rianti seakan tidak melihat keberadaanku. Ia terus menangis dan berteriak memanggilku.

"Ibu.... Ibu.... jangan tinggalin Rianti Bu..." suara Rianti begitu pilu menyayat kalbu. Aku terdiam, terpaku. Jasadku telah terbujur kaku dalam pelukan putri kesayanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun