Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Itik Kecil Calon Menantuku

18 April 2024   10:16 Diperbarui: 20 April 2024   21:01 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: themuttonclub.com via style.tribunnews.com

ITIK KECIL CALON MENANTUKU

Seorang anak adalah kebanggan bagi orang tuanya, lepas dari segala tabiat yang ada, begitu pula denganku, bagaimana tidak. Seorang anak laki-laki yang kudidik dengan penuh kasih sayang, memberikan seluruh curahan cinta. Kini sudah menjadi dewasa dan saatnya menetukan pilihan untuk pendamping hidup.

Sebagai seorang singgle parent. Sendiri aku membesarkan anak dan mendidiknya hingga sukses tentu memiliki kebanggan tersendiri untukku, aku selalu menginginkan yang terbaik untuk putra semata wayangku, begitu pun untuk urusan pendamping hidup.

"Bu... aku ingin mengenalkan seseorang kepada Ibu," ucap Mahesa ketika itu.

Aku tidak menjawab, hanya tatapan menyelidik yang kuberikan di saat Mahesa mengutarakan keinginannya, seraya menerka-nerka seperti apa kira-kira wanita yang telah membuat putraku jatuh cinta.

"Dia wanita biasa. Bukan anak seorang pengusaha maupun keluarga terpandang," sekilas Mahesa memperkenalkan wanita itu, seakan tahu apa yang ada dalam benakku.

"Nak... bebet, bibit, dan bobot, itu sangat penting untuk menentukan calon pendamping hidup," ucapku.

"Dari segi sosial, Naila memang bukan gadis yang beruntung, Bu... tapi sebagai seorang wanita dia adalah wanita yang luar biasa di mataku. Banyak prestasi yang ia dapatkan baik di sekolahnya dulu maupun di tempatnya bekerja saat ini, begitu pula dalam menyikapi hidup" papar Mahesa. Dan aku belum memberikan jawaban apapun untuk permintaannya.

Aku melihat kegelisahan, Mahesa, dari tatapan mata dan gerak tubuh yang tidak setenang biasanya.

"Bawalah dahulu dia ke hadapan Ibu, meski Ibu tidak bisa berjanji apa pun, untuk hubungan kalian," ucapku seraya berdiri dan berjalan ke arah jendela. Untuk mengalihkan pandanganku.

sumber Fhoto Bing Image Kreator Digital Ai
sumber Fhoto Bing Image Kreator Digital Ai

Mahesa berdiri dari duduknya lalu menghampiriku. "Terimakasih, Bu... Insya Allah akhir pekan ini, aku akan ajak Naila ke rumah."

Obrolanku dengan Mahesa beberapa hari lalu, berhasil membuatku gelisah. Masih ada waktu beberapa hari untukku mencari tahu, siapa wanita yang sedang dekat dengan, Mahesa.

Tanpa sepengetahuan, Mahesa. Aku mulai mencari tau lewat teman-temannya yang kerap main kerumah, informasi kudapatkan tentang siapa gadis itu, ya.... gadis biasa tidak ada keistimewaan apa pun.

*****

Dari jendela kamar dapat kulihat jelas kedatangan Mahesa bersama teman wanitanya. Bagaimana Mahesa memperlakukannya dengan lembut, dari mulai membukakan pintu mobil, hingga menggeggam jemari gadis itu. Berjalan menuju pintu rumah.

Aku masih menunggu Mahesa memanggilku kekamar, enggan sekali rasanya untuk menemui mereka.

Tidak berapa lama ketukkan pintu kamar terdengar. "Bu.... Apakah Ibu ada di dalam?" suara Mahesa dari balik pintu, tanpa menyahut aku lantas berjalan membukakan pintu kamar.

"Bu... Naila sudah ada di ruang tamu," ucap Mahesa, aku hanya mengagguk dan berjalan menuju ruang tamu. Di ikuti Mahesa.

Tiba di ruang tamu, gadis itu lantas berdiri dan menyambutku dengan mencium punggung tanganku dengan santun.

"Kenalkan, Bu... ini Naila Anandita," ujar Mahesa memperkenalkan gadis tersebut, aku menimpali dengan senyum dan sedikit bertanya tentang pribadinya.

Meskipun Mahesa memaparkan sekian prestasi Naila, dalam menjalani dan menyikapi hidup, Hal itu tidak membuat rasa kecewaku berkurang.

Bagiku, wanita ini tidak cocok untuk laki-laki sesempurna Mahesa.

"Itulah, Naila, Bu, mengapa? Mengecewakan?" tanya Mahesa sedikit kesal, ketika kami ada kesempatan bicara berdua.

"Apa hubungan kalian sudah benar-benar serius? Sudah mantap untuk menjadikannya istri?" tanyaku gusar.

Mahesa menatapku lama. "Ibu, belum benar-benar mengenalnya, yakinlah jika Naila yang terbaik, dia begitu mengerti aku, aku menyayanginya dan bangga mencintai dia."

Aku terdiam, menatap balik Mahesa denga perasaan heran, dengan ucapan yang keluar dari mulutnya. "Kamu bangga mencintai itik kecil itu?"

Kini giliran Mahesa yang terbelalak. "Itik kecil? Ibu...," Mahesa tidak meneruskan kata-katanya, dia menatapku dengan mata membulat lalu pergi meninggalkanku.

Ya Tuhan... Mahesa, apa yang kamu lakukan, ibu tidak minta materi yang berlimpah, ibu hanya minta kebahagianmu untuk mecari pendamping hidup yang sepadan dan yang tepat untukmu.... Salahkah?

Aku melangkahkan kaki ke dapur untuk membuat minuman, karena sejak kedatangan Mahesa dan teman wanitanya, aku langsung di sibukkan dengan perdebatan.

Tak kusangka itik kecil itu berani mendatangiku, dan saat inilah di mana hanya ada aku dan itik kecil ini di dapur, aku bisa mulai mendepaknya dari kehidupan Mahesa.

sumber gambar Bing Image Kreator Digital Ai
sumber gambar Bing Image Kreator Digital Ai
"Sebenarnya kamu sudah berapa lama sih, kenal sama Mahesa?" tanyaku membuka percakapan.

"Baru satu tahun, bu," jawab Naila kalem dengan senyumnya.

Aku mengangguk. "Satu tahun? Wah! Itu belum cukup untuk saling mengenal, apa lagi sepakat untuk menjadi suami istri. Soal mencari pasangan hidup ada banyak sekali yang harus di pertimbangkan... ya... seperti, bebet, bibit, bobot, jadi jangan samapai salah pilih, iya, kan?" tuturku mantap, sambil berpura-pura sibuk dengan menata piring-piring.

"Memang betul, Bu... kata orang-orang, jangan seperti membeli kucing dalam karung," jawab Naila ringan.

Aku terkejut, mendengar nada suara itu. Rasanya terlalu ringan untuk seorang gadis yang sedang menghadapi benteng calon mertua.

"Kamu siap menjadi istri Mahesa?"

"Saya sayang dengan, Mahesa," Hmmm... aku rasa itu bukan jawaban.

"Tentu saja, siapa yang yang tidak sayang dengan laki-laki seperti Mahesa, baik, pintar, ganteng dan mapan lagi," ujarku sedikit gemes.

"Ya... Ibu juga tentunya, menginginkan calon istri Mahesa, seistimewa Mahesa, kan?"

Aku hampir terlonjak. Gadis cerdas! Dia membuka jalanku untuk bicara ke inti permasalahan.

"Tentu saja, Naila... susah payah Ibu membesarkannya sampai menjadi orang yang berhasil dan Ibu tidak ingin semua yang Ibu lakukan menjadi sia-sia."

"Sia-sia?" tanyanya heran.

"Kalau Mahesa tidak mendapatkan jodoh yang tepat, yang tidak dapat membahagiakan, apa itu tidak sia-sia namanya?"

Naila mangung-mangguk. "Iya, Bu, tentu saja.'

"Nah, menurutmu, apakah kamu pantas menjadi istri Mahesa?" ujarku sambil tersenyum puas.

Naila pasti akan berjuang, mati-matian untuk mendapatkan Mahesa dan simpatikku.

Tapi.... Apa yang kudengar? Jawabannya membuat aku ternganga.

"Saya rasa, saya kurang tepat untuk Mahesa," jawab Naila dengan nada seringan kapas.

"Oya? Mengapa?" tanyaku tak dapat kusembunyiakan rasa kaget, diam-diam aku mengelus dada.

Naila tertawa perlahan. "Seperti kata Ibu, Mahesa sangat hebat, sedangkan saya? Saya merasa kalau saya buka siapa-siapa dan gak ada apa-apanya, jadi sayang sekali kalau, Mahesa memiliki istri seperti saya."

Kuhentikan kegiatanku, kuperhatikan gadis di hadapanku baik-baik, aku berharap menemukan wajah kalah perang.

Ternyata tidak, gadis sederhana ini, tetap tenang dengan senyumnya yang tak pernah menghilang.

"Loh... lalu untuk apa kamu datang kesisni, kalau bukan berharap menjadi istrinya Mahesa?"

Naila tersenyum, diraihnya jemariku dengan lembut. "Karena saya ingin mengenal orang tua sehebat Ibu, Mahesa sangat mengagumi Ibu, dia banyak cerita tentang ibu. jadi saya pikir alangkah bahagianya jika saya boleh belajar banyak dari Ibu, saya ingin menjadi wanita seperti Ibu, itu pun jika Ibu tidak keberatan."

Aku tertegun, kuperhatikan wajah itik kecil di hadapanku dengan seksama.

"Dan itu bukan berarti saya harus menjadi Istri Mahesa, saya memang sayang dengan Mahesa, justru karena saya sayang, saya tidak ingin Mahesa susah gara-gara saya, dan karena saya juga ikut mengagumi Ibu, saya tidak ingin Ibu kecewa dan menyesal bermenantukan saya," ucap Naila tanpa beban.

"Sama sepeti Ibu, saya pun menginginkan yang terbaik untuk Mahesa, saya pun menginginkan Mahesa dan keluarga bahagia, saya akan menjadi istri Mahesa hanya jika keluarga menerima dan menginginkan, saya," lanjut ucapannya dengan lembut.

Naila tetap tenang dengan senyum di bibirnya, ia nampak tidak menginginkan Mahesa.

Tiba-tiba saja entah sadar atau tidak, yang ada di hadapanku saat ini bukan lagi itik keci, tapi angsa putih.

"Ibu, baik-baik saja?" tanya Naila karena aku terlalu lama membisu, kembali kupandang wajah itu, wajah yang biasa-biasa saja, namun semakin lama semakin menarik.

sumber gambar bing image kreator digital Ai
sumber gambar bing image kreator digital Ai

Aku rasa gadis ini menyimpan banyak keistimewaan, mungkin aku akan menemukan kecantikan yang lain jika aku mengenalnya lebih dekat.

Ajaib memang seketika aku mulai menyukainya, ada perasaan halus yang mendekatkan aku dengannya.

Aku tersenyum, kupeluk erat dirinya, tak kuhiraukan tatapan aneh dari Naila yang melihat perubahan sikapku secara tiba-tiba.

"Ibu, baik-baik saja, Naila."

"Oya.... Dari mana kamu belajar masak?"

"Mahesa senang makan loh."

Aku terus bicara dan bicara, tidak kusangka, aku dapat ngobrol banyak dengannya.... Ah.... Suasana dapur pun menjadi hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun