Di bawah langit betaburan bintang sementara rembulan mulai bersembunyi di balik awan Di antara daun yang begesekan di terpa angin menjelang subuh sesekali gadis tersebut mengusap keringat yang menetes dari keningnya. Hingga satu persatu belulang bermunculan dari dalam tanah. Nafasnya memburu, debar jantung dalam dada semakin berdetak dengan kencang dan tidak beraturan.
Wajah pucat seorang gadis kecil bergaun putih terus membayang sepanjang penggalian tanah yang Tania lakukan.
Rasa lelah mulai mendera, Tania membanting secup di tangannya. Dengan kasar Tania menghapus air mata yang mengalir di pipi yang sudah kotor keran percikan tanah. Ia bersandar pada dinding sumur tua yang berlumut.
Ia berlari ke dalam rumah meninggalkan galian yang sejak tadi ia kerjakan, setelah mencuci tangan duduk di sofa tanpa menyalahkan lampu. Hingga ia tertidur dalam lelahnya malam yang ia lalui.
"Tania!... kenapa tidur disini? Kamu kenapa, Nak? Kenapa badanmu kotor begini?" ucap bunda Tania yang baru saja tiba di rumah.
Tania terbangun. "Bund... kita harus pindah dari rumah ini," ucap Tania tiba-tiba.
"Tadi malam kau bertemu dengan sosok yang berada dalam lukisan itu bund!" seru Tania.
"Tania? Kamu tidak sedang demam, kan?" tanya bundanya dengan kebingungan.
Tanpa banyak Bicara Tania langsung menarik tangan sang bunda menuju halaman belakang. "Astaga! Tania apa ini?" seru bunda Tania terkejut.
"Ini belulang anak yang ada dalam lukisan itu Bund!" Tania yang langsung menceritakan kejadain yang ia alamai tadi malam. bunda hanya menggelengkan kepala, ada rasa tidak percaya dengan semua kejadian saat ini.
Bunda Tania pun menghubungui ketua Rt setempat, dengan di bantu warga belulang itu di pindahkan ke pemakaman umum. Sesepuh kampung menceritakan jika rumah tersebut peninggalan Nyai yang merupakan istri dari orang belanda.