Sayup terdengar isak tangis, entah dari arah mana. Tania bangun dari tempat tidurnya, mencoba mempertajam pendengaran.
Ia kembali melangkah keluar kamar mencoba mencari asal suara, langkah pelan kaki jenjang menuju taman kecil samping rumah. Temaram lampu taman menyulitkan ia melihat sekelilingnya. Dua lampu taman yang mati dan belum sempat Bunda ganti menambah gelap suasana.
Rasa takut itu tiba-tiba lenyap berganti dengan energi kuat yang membawa langkah gadis itu menuju bangku besi bercat putih. Ia melihat sosok yang sedang duduk sendiri di bawah bayangan rembulan yang bersinar.
"Hai.... Kamu siapa? Kenapa malam-malam ada di sini?" tanya Tania menghampiri gadis kecil dengan gaun berwarna putih kusam kecokelatan.
Tidak ada jawaban, desiran angin malam membelai rambut keduanya. Tania duduk di sisi gadis yang masih menundukan kepalanya. Rambut panjang tergerai menutupi wajah.
"Dik... siapa nama kamu?" Tanya tania pelan.
"Clara," jawabnya sangat pelan nyaris berbisik.
"Clara. Di mana rumah kamu?"
Gadis kecil itu hanya menggelengkan kepala. Tania tidak faham dengan jawaban itu. Tania terus memperhatikan sosok mungil di sampingnya.
"Di mana tempat tinggal kamu?"
"Di sini," jawabnya singkat.