Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekalahan Sang Raja

19 Maret 2024   16:40 Diperbarui: 19 Maret 2024   21:07 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Photo: bing image kreatot digital AI

KEKALAHAN SANG RAJA

Udara sejuk menaungi king dom. Dua cangkir teh menghangatkan suasana kebersamaanku bersama ratu cantik, yang selalu mendapingiku.

Ratu Anne wanita yang tidak hanya berparas cantik, tapi kepintarannya mengatur strategi perang membuat ia sangat layak menjadi pendampingku.

Suasana berganti tegang tatkala tiba-tiba perdana mentri datang dengan nafas yang memburu. "Paduka Raja yang mulia Howard Staunton, ijinkan hamba melaporkan," ucapnya seraya membungkuk takzim.

Aku berdiri tegak di kursi megah tahtaku. "Ada apa?" tanyaku.

"Mata-mata melaporkan. King Alexeander Alekhine, dari negeri Barat sudah bergerak berserta pasukannya mereka akan melakukan penyerangan." Aku bejalan mondar mandir. Satu kebiasaan jika aku sedang di landa kepanikan.

"Beraninya dia mau bermain-main denganku!" seruku geram.

"Tenanglah Howard, kita pasti bisa mengatasinya," ucapnya yakin... kutatap Ratu Anne. Penasehat sekaligus permaisuriku. Wanita paling cantik dan paling pintar seantero.

Tidak ada yang keberatan ketika aku menikahi dan menjadikannya ratu. Hanya Alexander Alekhine-lah yang selalu mengusik ketenangan kami. Karena dia pun menyukai Ratu Anne.

Kedamaian yang tercipta ratusan tahun setelah pembagian wilayah kekuasaan. Kini dengan pemicu pernikahan aku dan Ratu Anne, kami kembali bersitegang.

"Panggilkan kedua jendral kehadapanku," ucap ratu Anne. Tajam dan tegas.

Strategi pun di atur. Ratu Anne memerintahkan kedua jendral untuk menangani dua penjuru negeri. Mengawasi pergerakkan pasukan Alexander.

menyiapkan pasukan panah di atas benteng serta pasukan berkuda. Semua menempatkan di posisi strategi yang sudah terbagi.

"Imbangi setiap langkah dan pergerakan mereka, jangan biarkan menembus batas," ujar Ratu Anne dingin.

"Apa sebenarnya yang di mau Alexander dalam peperangan ini!" geramku.

"Dia hanya ingin kamu keluar dari king dom. Jika kamu tidak keluar maka dia akan mengabarkan ke semua penjuru, bahwa kamu adalah seorang raja yang pengecut," Ratu Anne selalu bisa membaca situasi.

Wanita yang memiliki kecerdasan tingkat tinggi, ia pantas mendapatkan pendamping yang tidak hanya memiliki kekuasaan sebagian wilayah.

"Sekarang, siapkan infantri garis Barat. Siapkan altireri di barisan kedua, dan tambahkan pasukan panah berkuda, tempatkan mereka di atas-atas bukit dari timur hingga barat," papar Ratu Anne seraya memandangku.

"Perlukah kita menyusupkan intelejen untuk memantau situasi lawan?" tanyaku seraya memandang Ratu Anne dan kedua jendral perang.

"Sangat perlu! Siapkan kesatria terbaik, yang dapat bergerak cepat dengan kuda. Lakukan setelah prajurit garda terdepan di pasang, agar perhatian mereka teralihkan."

"Jendral, terus perkuat pertahanan wilayah timur dan barat, mereka pasti mengambil jalur perlawanan. Tetap pantau wilayah utara."

"Baik yang mulia."

Tiba saatnya hari pertempuran. Kami banyak kehilangan prajurit, meski sebagian pasukan berhasil mendesak pasukan lawan. Namun king Alexander tak mau kalah, ia berhasil menyusupkan beberapa kesatria ke dalam benteng.

Kedua jendral perang memimpin pasukan dengan menunggangi gajah. Prajurit yang belum terlatih pun terpaksa di turunkan untuk melindungi istana.

Ratu Anne memang petarung yang handal dengan lincah ia memainkan pedang saat melawan pasukan yang berhasil masuk kedalam istana.

Satu persatu petarung tangguh pasukan King Alexsander di tebas tanpa ampun.

Ratu Anne sempat merasa panik dan cemas sebelum ia bergerak memimpin pasukan menuju gerbang istana.

"Howard kamu jangan menjauh dari Tahta, aku curiga Alexander hanya ingin menguasai king Dom!" teriaknya di tengah pertarungan.

Tidak kulihat lagi sosok Ratu Anne. Aku pun ikut bertaung hingga menjauh dari tahta. Bersamaan dengan itu seorang kesatria berjubah, masuk dengan badan penuh luka.

"Yang mulia... ada pesan dari yang mulia Ratu Anne," ucapnya sambil berusaha membantuku menghalau serangan musuh.

"Katakan!" teriaku seraya memutar pedang.

"Alexander sudah tiba di gerbang, dan yang mulia Ratu Anne akan menghadapinya satu lawan satu."

Aku percaya Ratu Anne adalah petarung tangguh dan cerdas, tapi Alexsander manusia licik. Sudah berapa banyak pedang di tangannya menelan korban.

"Lalu, ada pesan lagi?"

"Tidak yang mulia.... Yang Mulia Ratu Anne hanya berpesan agar saya melindungi yang mulia di wilayah tahta," ujarnya dan langsung membantuku menghalau lawan.

Sabetan-sabetan pedang mulai melukai tubuhku. Darah tak dapat di hentikan, tapi adrenalineku tak membuatku merasa sakit.

Focusku hanya kepada tahta dan Ratu Anne yang memenuhi isi kepalaku.

Tiba-tiba satu busur panah menacap di tepat di bahu kananku. Aku menatap nanar kepada seorang kesatria yang masuk kedalam istana dengan menunggang kuda.

"Aaarrrggghhh!!" geramku sambil menahan sekuat tenaga agar pedang tetap berada dalam genggamanku.

Aku hendak melompat menerjang kearahnya. Tiba-tiba benturan tameng logam menghantam kepalaku dan aku kembali terkulai di lantai istana.

Seorang berbadan besar, dengan topeng hitam menghampiriku seraya menghunuskan pedang.

"Menyerahlah Howard!" serunya lantang.

"Menyerah? Jangan mimpi kamu Alexander, aku dan Ratu Anne---"

"Hahahaha... Ratumu sudah mati! dia sendiri yang memilih itu!" ucap Alexander, suara tawanya menggema ke seluruh ruangan istana.

"Sekarang bisa apa kamu tanpa Ratu? Hah!"

Dadaku berdebar. Jantungku terasa lepas, ya... Alexander benar, bisa apa aku tanpa ratu?

Aku tidak akan menyerah. Dengan sisa tenaga yang ada, aku berguling hendak menyerang dari bawah.

Sial! Panglima perang lawan membaca pergerakanku. Kakinya berhasil menendangku hingga terpental dan membentur dinding.

Darah mengucur dari pelipis, pandanganku kabur. Aku pejamkan mata.

Sumber Photo: bing image kreatot digital AI
Sumber Photo: bing image kreatot digital AI

Suara riuh seakan bergema, tawa tepuk tangan.... Kami sedang bermain catur, dan Alex hendak membunuh bidak ratuku, semua pion-pion sudah tidak terlihat.

"Ratumu akan segera mati, dan permaninan berakhir."

"Tapi ... aku masih punya Raja."

"Tidak ada gunanya bertahan, apa yang bisa di lakukan Raja tanpa Ratu?"

Aku menyerah kalah, ketika suara menggema di telingaku.

"SKAKMAT!!!"

Catatan:

Ratu Anne: seorang Ratu memimpin strategi perang, prancis dan India pada th 1702-1713 di Amerika Utara.

Alexander Alekhine (Rusia), Haword Staunton (Inggris) adalah nama master catur yang terkenal di akhir abad 19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun