"Pasti ada sesuatu yang disembunyikan, Pak Kiayai," batinnya.
Butiran embun kian menjamah. Kesejukan berbalut dingin bersama malam yang kian bergelayut. Jenuh kian menguap mata Salsa pun mulai terserang kantuk. Namun ada satu pemandangan yang membuatnya mengerjapkan mata.
Sang kiayai tengah berjalan sendirian. Salsa membenarkan posisi duduknya serta Berusaha memperhatikan orang tua itu.
Salsa memicingkan kedua mata, berusaha memfokuskan penglihatannya. Sungguh aneh melihat orang tua berjalan sendirian di tengah malam, berkeliling area pondok. Nampak kedua bibirnya bergerak seperti orang yang sedang melafalkan doa-doa.
"Oh... mungkin ini yang membuat para santri betah di tempat ini. pak kiayi menggunakan jampi-jampi," otak Salsa menyimpulkan sekenanya.
Merasa telah menemukan jawaban dari semu pertanyaan. Salsa pun beranjak meninggalkan pemandangan aneh yang di lakukan orang tua itu. Ia dapat tertidur dengan nyenyak.
***
"Ada apa, Sa? Sepagi ini kamu sudah senyum-senyum sumringah, baru dapet transferan uang jajan ya?" tanya Nafisa sedikit heran.
"Aku sudah dapat jawaban dari semua pertanyaanku," jawab Salsa sambil mendekati Nafisa.
"Pertanyaan yang sering kamu lontarkan kepada kakak-kakak santri senior?" Salsa menjawab dengan anggukan.
"Lalu apa jawabannya?" kembali Nafisa bertanya seraya memperhatikan raut wajah Salsa yang masih tersenyum.