Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramadhan Terakhir Ibu

13 Maret 2024   09:58 Diperbarui: 13 Maret 2024   10:02 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Fhoto bing image kreator/Ai

Ramadhan Terakhir Ibu

 

Rasa rindu akan aroma masakan ibu. rindu dengan senyumnya yang hangat, saat mata terbuka melawan kantuk di malam sahur awal ramadhan.

Demi semua itu. Aku rela mengajukan cuti kerja dan berdesakan di dalam kereta gerbong ekonomi menuju kampung halaman.

Senyum lebar ibu menyambut kedatanganku. Putri bungsu yang selalu ia rindu. Pelukan hangat penuh cinta, hadiah terindah yang tidak akan pernah kulupa.

Meja makan terisi penuh dengan hidangan-hidangan mengugah selera. Riuh canda dan tawa menjelang berbuka, menjadi warna suasana ramadhan. Hingga rebutan sajadah yang akan kami bawa ke masjid untuk sholat tarawih bersama kedua kakak lelakiku.

"Kania, ini sajadahmu sudah ada sama Ibu," ucap ibu kala itu.

Ah!... semua masih melekat dalam kenangan. Nasehat-nasehat ayah setiap kali selesai sholat subuh pun tidak pernah lagi kudengar. Karena saat ini ayah selalu menunaikan sholat lima waktu di masjid yang jaraknya tidak jauh dari rumahku.

****

Puasa di hari pertama momen yang sangat di rindukan. Semua bekumpul. Makan sahur dan berbuka dengan lauk dan sayur favorit masakan ibu. membuat rindu akan kenangan masa lalu. Rindu yang selalu muncul dan menguat di bulan penuh rahmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun