Mohon tunggu...
Neneng Maulyanti
Neneng Maulyanti Mohon Tunggu... Dosen - perempuan

pensiunan PNS dan dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pewarisan Nilai Budaya Jepang (Bagian Pertama)

21 Desember 2021   11:17 Diperbarui: 21 Desember 2021   11:27 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akan tetapi yang bersangkutan menolak. Sebelum bersantap, dia menjelaskan bahwa kartu makan hanya diperuntukkan bagi semua trainee, dan karyawan center tidak diperkenankan menggunakan kartu tersebut. Kejadian ini menunjukkan bahwa kejujuran, loyalitas, dan harga diri yang tinggi nampaknya memang sudah mengakar di dalam karakter kebanyakan orang Jepang.

Apakah nilai-nilai moral yang terkadung di dalam karakter bangsa Jepang merupakan warisan leluhur mereka? Untuk menjawabnya, kita harus menelusuri perjalanan budaya Jepang.

Sebelum budaya Cina dikenal oleh bangsa Jepang, Sistem nilai budaya Jepang sangat dipengaruhi oleh aliran Shinto. Dalam ajaran Shinto terdapat penguasa yang disebut 'Kami'. 

Kami ini tidak hanya satu, akan tetapi terdapat banyak Kami yang bila di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat disamakan dengan Dewa-Dewi. Ada kepercayaan yang kuat pada leluhur bangsa Jepang bahwa kaisar-kaisar Jepang merupakan keturunan dari Amaterasu (dewi matahari), sebagaimana dijelaskan oleh Busch (1972: 17).

According to Japanese mythology, Izanagi produced the Sun Goddess, Amaterasu, from his left eye and the Moon God, Tsukiyomi, from his right one. In due course, the grandson of the former, Ninigi by name, Jimmu Tenno, became emperor of Japan and his descendants have reigned there ever since.

Sebenarnya Shinto merupakan kepercayaan animistik yang mempertuhankan segala sesuatu yang dianggap luar biasa. Di samping Tuhan-Tuhan (Kami) yang berasal dari alam mitologi purba, terdapat juga tuhan-tuhan yang muncul pada zaman-zaman berikutnya, bahkan mungkin akan terus bertambah di masa-masa mendatang. Bila ada panglima yang gagah perkasa atau seorang sarjana luar biasa, maka setelah mereka meninggal dunia, mereka masuk ke dalam kumpulan 'Kami'.

Pada akhir abad ke-4 menjelang abad ke-5 kebudayaan Cina, khususnya ajaran Budha masuk ke Jepang. Masyarakat Jepang yang pada saat itu sudah memeluk faham Shinto, memiliki keyakinan bahwa para 'Kami' akan marah apabila ajaran Budha diterima. 

Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat Jepang menolak ajaran Budha, khususnya di kalangan istana. Akan tetapi di akhir abad ke-5 agama Budha mulai diterima oleh kalangan istana. Pangeran Shotoku yang berkuasa pada masa itu merupakan seorang penganut agama Budha, dan menjadi penyebar pemikiran Cina.

Beasley (2003: 52) dalam bukunya The Japanese Experience. A Short History of Japan menjelaskan bahwa pada zaman Heian, tepatnya pada tahun 741 dibangun otera (kuil agama Budha) atas perintah raja. Ini menandakan bahwa pada abad ke-7 agama Budha telah diterima baik oleh masyarakat Jepang, dan terjadi harmonisasi aliran Budha dan Shinto.

Pada masa Heian ini pula, muncul golongan-golongan samurai () yang kerap disebut sebagai bushi () yang diterjemahakan sebagai 'prajurit'. Dari ajaran Budhisme, samurai menemukan ajaran tentang adanya reinkarnasi, sehingga seorang samurai tidak takut mati. 

Sementara itu aliran meditasi Zen, samurai memperoleh pemahaman bahwa manusia harus memahami diri sendiri dan tidak membatasinya, sehingga samurai menggunakan ajaran ini sebagai alat untuk mengusir rasa takut. 

Shintoisme mengajarkan hal yang menyangkut kesetiaan dan patriotisme. Sementara itu Konfusianisme mengajarkan hubungan antar manusia, serta antara manusia dengan lingkungan dan kerabatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun