Mohon tunggu...
Neneng Maulyanti
Neneng Maulyanti Mohon Tunggu... Dosen - perempuan

pensiunan PNS dan dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SOSIOLOGI: MOBILITAS

13 Desember 2021   12:55 Diperbarui: 13 Desember 2021   13:08 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mobilitas sosial yang didorong oleh motif keagamaan tampak pada peristiwa orang berhaji. Orang yang melakukan ibadah haji, lazimnya disebut naik haji. Istilah "naik" jelas menunjuk adanya peristiwa mobilitas sosial, bahwa status orang tersebut akan menjadi berbeda antara sebelum dan sesudah menjalankan ibadah haji.

Faktor kependudukan/demografi

Bertambahnya jumlah dan kepadatan penduduk berimplikasi pada sempitnya permukiman, kualitas lingkungan yang buruk, kesempatan kerja yang menyempit, kemiskinan, dan sebagainya, dapat mendorong orang untuk melakukan migrasi ke tempat lain untuk meningkatkan status sosialnya.

Keinginan melihat daerah lain

Keinginan melihat daerah lain, dapat diartikan melakukan wisata, atau dapat juga diartikan membuka usaha baru di daerah baru. Misalnya ada desa yang sedang dikembangkan dengan membangun infrastruktur. Kabar dibangunnya desa, terdengar oleh seorang pedagang makanan, yang kemudian menuju desa tersebut untuk mengembangkan usahanya. Bila usahanya berhasil, maka dia akan mengembangkan terus usaha tersebut, sebaliknya bila usahanya gagal, maka dia akan kembali ke tempat asal.

Saluran-saluran Mobilitas Sosial

Angkatan bersenjata (tentara). Angkatan bersenjata memiliki struktur hierarki yang kuat. Dengan demikian, terbuka kemungkinan bagi setiap anggota angkatan bersenjata untuk mengadakan mobilitas vertikal ke atas melalui prosedur kenaikan pangkat. Di dalam angkatan bersenjata, kenaikan pangkat tidak hanya yang bersifat regular saja, namun juga didapat dari penghargaan masyarakat, misalnya, seorang prajurit mendapat penghargaan dari masyarakat atas keberhasilannya dalam  menyelamatkan negara dari pemberontakan.

Lembaga keagamaan. Di dalam ranah keagamaan, seseorang dapat menduduki status tertentu yang diberikan oleh masyarakat, apabila turut andil dalam upaya mengembangkan agama. Misalnya Seorang ulama yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI), turut andil dalam menentukan fatwa-fatwa dalam kehidupan beragama umat muslim, akan mendapat pengharggaan dari masyarakat.

Lembaga pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang berhasil diraih seseorang semakin terbuka peluang untuk menempati kedudukan tinggi dalam struktur sosial masyarakatnya. Lembaga pendidikan yang dimaksud meliputi pendidikan informal, formal maupun nonformal.

Lembaga pendidikan informal adalah pendidikan di dalam keluarga, dan keluarga bisa dianggap saluran mobilitas. Misalnya: seorang anak dari keluarga biasa (bukan bangsawan atau pejabat), memiliki perilaku yang baik dan disukai oleh masyarakat sekitar, sehingga orang-orang menghormati orang tuanya.

Lembaga pendidikan formal adalah saluran yang paling konkret untuk mobilitas sosial, sehingga disebut sosial elevator yang utama. Di dalam lingkungan pendidikan formal, individu belajar dan berlatih seperangkat ilmu pengetahuan ilmiah secara bertahap, agar dapat bertahan di dalam masyarakat. Dengan kedalaman pengetahuan dan keterampilan yang terasah, individu dapat terus mempertinggi status sosialnya.

  • Lembaga pendidikan nonformal adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan untuk kepentingan warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan, serta menjadi pelengkap pendidikan formal, misalnya, tempat kursus, kelompok belajar, pusat latihan, pusat kegiatan belajar, dan sebagainya. Dengan meningkatnya keterampilan yang dimiliki individu melalui pendidikan norformal, maka terbuka peluang baginya untuk dapat mempertinggi status sosialnya di masyarakat. Contoh: Seorang anak yang putus sekolah, mengikuti kursus menjahit. Setelah memiliki keterampilan menjahit, dia membuka usaha menjahit pakaian, dan kemudian meningkat menjadi konveksi. Dengan kesuksesannya, dia mendapat status sosial yang terus meningkat.
  • Organisasi politik. Sebagai saluran mobilitas sosial, organisasi politik mampu mewadahi tiap orang untuk meningkatkan status sosialnya. Status sosial bisa meningkat bila seseorang tersebut berdedikasi dan memberi manfaat bagi organisasi maupun bagi masyarakat. Misalnya: Seseorang yang telah mengabdi dan berkontribusi banyak dalam satu partai politik, berpeluang diangkat menjadi ketua partai atau pembina partai.
  • Organisasi ekonomi. Organisasi ekonomi, seperti Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), memberi peluang bagi siapa saja untuk mempertinggi statusnya, selama memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mempertinggi status sosialnya. 
  • Organisasi keahlian (profesi). Orang yang bergabung di dalam organisasi keahlian, dipermudah dalam mendapatkan kepercayaan masyarakat atas profesinya, sehingga lebih mudah pula untuk meningkatkan kariernya. Seperti seorang dokter yang tercantum namanya di IDI (Ikatan Dokter Indonesia) akan membuat masyarakat makin mengakui keahlian yang dimiliki oleh orang tersebut.
  • Perkawinan. Melalui perkawinan seorang rakyat biasa dapat menjadi bangsawan atau menjadi orang yang dihormati oleh masyarakat. Contohnya: Diana Spencer yang meskipun berdarah bangsawan, dia tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Inggris. Setelah Diana menikah dengan pangeran Charles, selain dia menjadi terkenal dengan sebutan Lady Di, juga kehidupannya berubah secara drastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun