Mohon tunggu...
Nenden Rikma Dewi
Nenden Rikma Dewi Mohon Tunggu... Freelancer - What you seek is seeking you. (Rumi)

Content writer, proofreader and academic consultant.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Panduan Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa Baru

13 Juli 2021   04:58 Diperbarui: 21 Juli 2021   07:42 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis karya ilmiah bagi pemula | Sumber: pexels.com/Startup Stock Photos

"Kak, kapan biasanya penelitian dimulai?"

"Ya nanti kalau mau bikin skripsi. Kamu masih maba ngga usah mikirin penelitian, enjoy aja dulu."

Pernah saya mendengar percakapan dua mahasiswa beda angkatan tentang kapan waktu yang tepat untuk menulis karya ilmiah. Apakah benar harus menunggu jelang skripsi atau tugas akhir?

Apa iya kalau mahasiswa baru kemudian tidak perlu memikirkan penelitian? Terus apakah selama semester awal cukup having fun aja ngga usah mumet mikirin penelitian?

Pada dasarnya, masa-masa di kampus memang harus dinikmati, tapi tentunya tanpa kehilangan tujuan utama untuk belajar. 

Bentuk dari belajar itu sendiri tidak melulu berada di dalam kelas, sebab kita bisa melakukannya di mana dan dari siapa pun.

Tetapi kalau terkait pada pendidikan formal yang menuntut kita untuk menulis, karya ilmiah bisa ditulis selama kita menjadi seorang pelajar atau mahasiswa. Jangan salah, pengajar pun dituntut untuk menulis karya ilmiah terpublikasi malah.

Bagi mahasiswa baru, tertarik pada penelitian itu sangat luar biasa. Tetapi untuk menguatkan landasan pemikirannya, mengikuti setiap kelas perkuliahan sangat dianjurkan sehingga bisa memperluas wawasan dan menawarkan perspektif yang berbeda.

Saya yakin setiap kelas di perkuliahan akan meminta para mahasiswanya menulis esai. Dan, bukankah esai adalah karya tulis ilmiah dan seorang maba tidak perlu menunggu tugas akhir atau skripsi.

Tapi, kalau kamu seorang maba dan ingin menulis penelitian, ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan.

Selalu hadir di kelas
Mahasiswa baru terkenal dengan semangat juangnya di awal semester dan selalu hadir dalam setiap perkuliahan. Tetapi hadir yang saya maksud di sini bukan hadir secara fisik saja melainkan juga secara mental. Artinya, kita harus memiliki kesiapan mental untuk belajar.

Belajar mencatat bagian-bagian penting dari pemaparan materi, sebab dosen pengampu biasanya akan memberikan materi ajarnya. Bagaimana kalau dosen tidak memberikan? Kita fokus pada pembelajaran di kelas.

Caranya adalah dengan merekam perkuliahan dari ponsel kita sehingga ketika ada bagian yang terlewat dari catatan, kita bisa mendengarnya kembali.

Memperbaiki catatan perkuliahan

Ilustrasi membuat catatat | Sumber: Thought Catalog via Unsplash.com)
Ilustrasi membuat catatat | Sumber: Thought Catalog via Unsplash.com)

Menulis selama dosen menjelaskan adalah tantangan juga ketika kita kuliah. Terkadang ada dosen yang sekadar membacakan isi salindia di layar proyektor, ada yang irit menulis di salindia tapi kaya dalam pemaparan, ada yang suaranya terlalu pelan dan lainnya.

Alhasil, seringkali catatan selama perkuliahan lebih mirip mural atau doodle. Dengan merapikan dan memperbaiki catatan perkuliahan, kita tanpa sadar sedang mengulas kembali materi di kelas dan mengingat mengapa kita menulis apa yang ditulis.

Mencari topik penelitian
Jangankan seorang maba, seringkali mahasiswa lama pun mengalami kesulitan dalam menentukan topik penelitian. Tetapi bukan berarti para maba kemudian menyudahi keinginan atau tuntutan menulis penelitian. 

Dalam setiap perkuliahan dengan bobot 2 -3 SKS, biasanya materi yang diberikan sangat padat dan begitu banyak topik yang dapat diangkat. 

Kalau dosen pengampu mata kuliah memberikan topik tertentu, kita tinggal mengikutinya dan mendalami topik itu.

Ketika dosen pengampu meminta kita berpikir kritis dengan mengkritisi hasil bacaan, ini yang bisa menjadi tantangan tersendiri. 

Jadi, baca ulang catatan selama perkuliahan dan liat pada materi ajar yang diberikan dosen.

Pada waktu membaca catatan, seringkali kita tanpa sadar terdorong untuk fokus pada topik tertentu. Tulis saja topiknya dan mencari bahan rujukan kemudian.

Baca penelitian sebelumnya
Jangan pernah merasa kalau kita adalah orang pertama yang membahas suatu isu ya. Cari penelitian-penelitian sebelumnya dari mesin pencari seperti Google Scholar dan Academia.

Masukan topik yang sedang kita cari dan alhasil banyak sekali penelitian yang bisa kita rujuk. Atau, kita bisa juga cari penelitian dari angkatan sebelumnya di perpustakaan kampus.

Punya kenalan kakak angkatan atau lintas program studi juga sangat menguntungkan karena kita bisa mendapat penelitian yang mungkin tidak dipublikasi.

Mencari sumber referensi
Sumber referensi di era digital ini sangat mudah, selama kita punya perangkatnya. Referensi yang dapat digunakan dalam penelitian atau karya ilmiah tentunya adalah referensi dari sumber yang kredibel alias dapat dipercaya.

Bentuknya bisa beragam, kita bisa menggunakan mulai dari artikel ilmiah, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, buku dan artikel di media massa. Beberapa penelitian bisa menggunakan bentuk audio video serta hasil wawancara.

Semuanya bergantung dengan kebutuhan dari penelitiannya. 

Membuat kelompok belajar atau diskusi
Bertemu teman baru di kampus pasti sangat menyenangkan, dan lebih menyenangkan lagi ketika kita dapat belajar bersama. 

Proses belajar di perkuliahan berbeda dengan SMA karena kita dituntut untuk lebih banyak belajar mandiri.

Materi di kelas biasanya hanya pemicu, pengantar atau penjelasan dari suatu topik. Pendalamannya justru harus kita lakukan sendiri. Cara termudah adalah dengan berdiskusi atau membentuk kelompok belajar.

Banyak penelitian yang menyebutkan kelompok belajar cukup membantu dalam mendalami suatu topik. Tentunya karena dalam kelompok belajar, kita akan sering bertukar pikiran dan mengkritisi satu sama lain.

Apakah dalam kelompok belajar perlu mengundang seseorang yang lebih paham terkait topik yang dibahas? 

Biasanya jawaban dari ini adalah tergantung pada kenyamanan kita dan teman kelompok saja.

Saya sih menyarankan ada waktunya kelompok belajar ini mengundang seseorang untuk mengoreksi atau membantu dalam mengarahkan. 

Mulai menulis meski tipis-tipis
Setelah mengetahui topik yang akan diangkat, referensi juga cukup, pemahaman tentang topik juga memadai, mulailah menulis.

Tidak perlu sekaligus menuliskan 1000 kata, tapi mulailah dari gagasan utama. Berikutnya kita dapat menuliskan gagasan-gagasan pendukung.

Ketika kita hanya mampu menulis 200 - 300 kata pun sebenarnya itu adalah hal yang luar biasa. Teruslah menulis dan menyuntingnya kemudian.

Menulis penelitian bisa diasah sejak awal semester, asalkan kita terus menambah wawasan dan tidak takut mengemukakan pendatap secara lisan atau tulis. 

Jadi, kapan menulis penelitian? Mulai saja sekarang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun