Mohon tunggu...
nendenhendarsih
nendenhendarsih Mohon Tunggu... Guru - .Ibu rumah tangga ,telah menulis 11 buku bersama.

Buku karyanya berjudul Menyakini dan Menghargai di launching langsung oleh Mentri Agama tahun 2020

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dendam Putih

28 Januari 2025   14:20 Diperbarui: 28 Januari 2025   16:34 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersaruk Armani berjalan menapaki trotoar. Tangannya menggenggam erat tangan wanita berwajah chindo yang telah ditaksirnya sejak 10 tahun lalu. Kini mereka duduk di pelataran sebuah toko, setelah sejam tadi mereka turun dari bus antar kota. "Mas, de bayi sepertinya kelelahan, tubuhnya sedikit demam kita harus nginep dulu deh sebelum lanjut menempuh perjalanan ke Solo". Merekapun memasuki sebuah penginapan kumuh di tepi jalanan. Sepanjang malam itu, dede bayi menangis , badannya panas. Lastri dan Armani sangat kaget dan khawatir.

 Tidak mungkin mereka membawa anaknya ke rumah sakit. Uang mereka hanya cukup untuk ongkos menuju Solo. Hingga subuh menjelang, rengekan tangisan Aira tak berhenti, meski sudah disusukan, ditimang timang dan dinyanyikan. Lastri duduk berselonjor pasrah. "Mas, kita harus ke rumah sakit, demamm aira makin tinggi", ucapnya sambil terisak pedih. "Aku gak mau kehilangan lagi", gumamnya. Armani duduk kaku di tepi kasur, ingatannya kembali ke masa tiga bulan pertama kedatangannya ke kampung. Lastri sedang hamil muda saat itu. Ibunya , menyuruh lastri untuk menemaninya bekerja di sawah seharian menanam padi. Keesokan harinya, Lastri mengalami pendarahan dan saat dibawa ke puskesmas, dia dinyatakan mengalami keguguran. Ibunya malah berkata "jaga bayi sendiri saja gak becus, gimana mau jaga orang lain", dengan wajah datar tanpa rasa sesal dan bersalah karena telah memaksa menantunya bekerja seharian di sawah yang tak pernah dia lakukan.

            Tak ada tanggapan dari suaminya. Lastri mencolek bahu pria tampan di sampingnya yang tampak sedang termenung. "Aku sakit hati banget sama ibu dan ayah, aku pingin balas dendam sama mereka karena telah menyakiti kamu, aku juga akan balas dendam sama paman dan bibimu yang tak pernah mau menjadi walimu saat kita menikah",

Laastri menarik nafas pelan. Dia hanya mampu mengusap pundak Armani. Diapun merasakan luka yang sama. "Hayu mas kita harus balaskan sakit hati ini dengan rasa sakit yang sama",

Semangat membara tiba tiba memantik di dada Armani dan Lastri. Mereka gegas berdiri dan membawa Aira dalam gendongan. Mereka menuju fasilitas kesehatan terdekat. Mereka telah terbakar dendam, tak lagi peduli pada apapun. Dendam ini harus dituntaskan. Mereka menggedor pintu klinik yang tertutup, berharap sang dokter akan terbangun.

#####

"Mas, sudahkah dendammuuntuk Aira dan bayi kita yang tak pernah lahir, tertunaikan ?", tanya Lastri yang sedang sibuk membereskan gamis hitam yang baru saja dibelinya.

"Sudah, dan aku puas sekali", Armani berdiri dari kasur hotel dan mendekati istrinya.

"Kedua orangtua kita telah menerima balasannya karena sudah membuat kita kehilangan, sakit hati ,  dan Aira tak memiliki kenangan tentang nenek dan kakeknya",

Lastri dan Armani kini berdiri di depan jendela besar di kamar hotelnya. Kedua mata mereka menatap Langkah ringkih dua pasang kakek nenek yang berjalan di sebuah pelataran masjidil harom yang sangat luas. Lastri mengenali paman dan bibinya yang memakai pakaian yang dia beli saat di Turki. Armani juga mengenali orangtuanya yang memakai syal yang dia beli dari Dubai.

Hari hari dirinya hanya tidur 2 jam bahkan tidak tidur kerena  mengelola tempat les matematika  telah terbayar. Malam malam yang dia habiskan dengan riset dan menulis artikel di jurnal demi mendapat gelar juga telah terbayar. Kini dirinya telah menjadi ilmuwan matematika dengan deretan karya tulis ilmiah tingkat internasional. Gelar magister dan doctor juga telah diraihnya hanya dalam waktu 4 tahun saja. Puluhan guru telah dipekerjakannya di 4 tempat bimbel yang dimilikinya di Solo dan Yogyakarta. Diapun telah berhasil membagikan beasiswa kuliah hingga s3 pada 3 asistennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun