Profesor itu juga keluar ruangan, menyusul Farhan lantas menyejajari langkahnya yang gontai "Kau tahu, ada satu pilihan yang tak pernah hilang digerus waktu bahkan balasan dari pilihan ini pasti akan menguntungkanmu di kehidupan abadi kelak."
Farhan mengangkat wajahnya, balas menatap Profesor yang sudah melepaskan maskernya itu. Mata Farhan melotot, tubuhnya mundur ke belakang. Wajah itu persis sama seperti yang ia lihat setiap pagi di depan kaca.
"Siapa kau?!" Pekik Farhan ketakutan. "Itu tidak penting, kau mau tahu pilihan apa itu?" Farhan mengangguk takut-takut.
"Pilihan untuk mengikuti perintah-Nya" Lelaki itu mengangkat jari telunjuknya ke langit, Farhan refleks mendongkak. Alarm arloji Farhan dan lelaki itu bunyi bersamaan. 09.00. Mereka saling melempar pandang. Profesor itu berjalan meninggalkan Farhan lantas hilang di kelokan.
Farhan memutar langkah ke musola, melaksanakan salat duha. Salat duha paling khusyu dan paling ikhlas yang pernah ia rasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H