Sejak 6 September 2022, Inggris resmi memiliki Perdana Menteri baru, yakni Mary Elizabeth Truss atau yang akrab dikenal  dunia dengan sebutan Liz Truss. Sayangnya, sejak tiga minggu menjabat, sejumlah pihak sudah menuntut Truss untuk menunjukkan kredibilitasnya di depan para investor. Tuntutan ini merupakan dampak dari beberapa kebijakan yang Inggris terapkan hingga saat ini.
1. Kebijakan Pemotongan Pajak
Sejak tahun 1972, Inggris duah memberlakukan kebijakan pemotongan pajak yang cukup besar. Alhasil nilai mata uang poundsterling terkoreksi hingga 4,37% , yakni 10.382 dollar AS per pounds dan menuai kritik tajam masyarakat. Angka ini terhitung sejak September 2022 dan merupakan niolai terendah sejak tahun 1985.
2. Penerbitan Utang
Permasalahan selanjutnya datang dari Kwasi Kwarteng. Menteri Keuangan Inggris ini diketahui berencana menambah hutang baru sebesar 72 miliar pounds atau setara dengan 117 triliun rupiah guna mendukung bisnis rumah tangga dari mahalnya biaya energy. Menteri Keuangan ini juga dinilai mendukung pemulihan ekonomi yang direncanakan Truss melalyi kompensasi proposal pemotongan pajak dari dana pinjaman. . Langkah ini bertolak belakang dengan Bank Sentral Inggris, yakni BOE.
3. Suku Bunga Naik
Kebijakan yang diambil Truss dinilai salah dan membuat pasar Inggris jatuh. Akibatnya, BOE terpaksa menaikkan menaikkan suku bunga dalam langkah pencegahan. BOE juga membeli sejumlah emas tua dan barang berharga lainnya guna memulihkan ekonomi pasar. Kebijakan ini menimbulkan dua resiko, yakni ketakutan dari investor karena suku bunga naik secara agresif dalam hitungan minggu serta mosi tidak percaya terhadap kebijakan pemerintah Inggris di masa mendatang.
Efek Krisis Inggris
1. Kenaikan Harga Pangan
Saat ini Inggris mengalami krisis biaya hidup yang diakibatkan oleh kenaikan harga energy dan bahan pangan yang berakibat pada inflasi Inggris yang melesat. Pada bulan Juli 2022, angka inflasi ini mencapai lebih dari 10% dan merupakan level tertinggi sejak tahun 1980. Tidak hanya biaya komoditas, naiknya biaya listrik mengakibatkan semakin mahal biaya sewa property.
2. Tagihan Energi
Menurut laporan guardian, sekitar 10,7 juta orang melihat  tagihan energy mereka naik lebih dari 100 poundsterling. Lebih dari 10 juta orang menunggak satu atau lebih dari tiga tagihan rumah tangga. Angka ini naik sebesar 3 juta sejak bulan Maret 2022. Tunawisma Inggris pun naik menjadi 74.230 tuna wisma. Angka ini naik sebesar 5,4% dari tahun 2021.
3. Transportasi Mati Suri
Sektor transportasi di Inggris terancam mati suri. Lebih dari 2.000 pengemudi bus di London berniat untuk melakukan aksi mogok kerja hingga tuntutan gaji bisa diselesaikan.
Upaya Inggris Atasi Krisis
1. BOE Belanja Obligasi
Saat ini BOE tengah melakukan intervensi di pasar obligasi guna mencegah anjloknya mata uang dan surat pasar berharga dengan menjanjikan pembelian obligasi jangka panjang tanpa batas senilai 1 miliar poundsterling atau setara 1,07 miliar dengan jatuh tempo 20 tahun atau lebih. Bank Sentral sudah mempersiapkan 5 miliar untuk skema  ini. Hal ini berlaku hingga tanggal 14 Oktober 2022. Bank Sentral bisa mengumpulkan dana talangan hingga 61 miliar poundsterling. Syarat dari investasi skema ini investasi telah diinvestasikan ke dalam  obligasi pemerintah dan korporasi. Namun, skema ini dianggap memicu kebangkrutan karena mendorong harga agunan yang rendah akibat tingginya permintaan.
2. Re-Evaluasi Kebijakan
IMF meminta Inggris melakukan re-evaluasi kebijakan pemotongan pajak yang bisa mengancam peringkat kredit negara Inggris.
Harapannya adalah para penanggung jawab kebijakan dapat mengambil langkah yang tepat mengingat dunia sedang dihadapkan pada isu resesi global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H