Mohon tunggu...
Penulis Katapang
Penulis Katapang Mohon Tunggu... -

Alirka darah dengan syariatNya, hentikan nafas karena jannahNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menakar Tanggung Jawab Pemerintah terhadap Gempa Lombok

9 September 2018   19:48 Diperbarui: 9 September 2018   19:51 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum usai Gempa NTB di Bulan Juli yang lalu, Gempa susulan dengan skala 7,0 SR kembali menimpa bumi NTB, tepatnya kawasan Lombok dan sekitarnya, hingga terasa di Pulau Bali.

Kita harus kembali terhenyak saat mengetahui jumlah korban hingga rabu delapan Agustus, sudah 347 jiwa melayang sia-sia dan 1.477 jiwa luka berat. Sementara tercatat yang hidup di pengungsian 156.003 jiwa serta 42.239 unit rumah rusak dan 458 bangunan sekolah rusak (cnnindonesia.com)

"Diperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh," kata Sutopo melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu,11/08/2018 (Antaranews Sumbar) -Selain korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh, Sutopo mengatakan kemungkinan juga masih ada korban meninggal yang belum didata dan dilaporkan.

Penanganan korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dinilai lamban, khususnya dalam pemberian bantuan makanan yang tidak merata serta pembersihan puing-puing bangunan sisa bangunan.

Layanan kesehatan di wilayah Lombok Utara pun boleh dikata lumpuh sejak hantaman gempa berkekuatan 7 Skala Richter, pada Minggu (05/08), padahal warga yang terdampak gempa justru sangat membutuhkan obat-obatan dan tenaga medis.

Penanganan kesehatan untuk masalah darurat pun akhirnya dilakukan dengan alat dan tenaga medis seadanya, karena berbagai rumah sakit yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Barat mengalami kerusakan berat.

Hendra Sanjaya mengungkapkan sebagian besar bangunan puskemas luluh lantak rata dengan tanah, mengakibatkan pelayanan kesehatan korban gempa di Lombok Utara, wilayah yang terdampak paling parah, terpaksa dilakukan secara darurat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memapar, di Lombok Utara sebagaian besar rumah sakit hancur.

"Sehingga pelayanan kepada masyarakat yang luka-luka dan sakit di sana, belum bisa selayaknya, karena keterbatasan tenaga medis, obat-obatan dan kerusakan," kata Sutopo.

Itu sebabnya, kata Sekretaris Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Saptadi Akbar, pihaknya dan berbagai lembaga terkait akan mempriotitaskan pengiriman tenaga medis dan obat-obatan ke pelosok wilayah Lombok Utara yang paling terdampak gempa.

"Kami minim obat-obatan, kemudian juga perawat tambahan," kata Saptadi.

Selain itu 6 jembatan rusak, 3 rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak.

Sebelumnya,Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa dukacita mendalam kepada para korban yang terkena dampak bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8/2018).

Presiden Joko Widodo terlihat sangat berduka atas kejadian gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 5 Agustus 2018. Presiden menyampaikan rasa duka yang amat mendalam bagi para korban bencana gempa yang kembali terjadi di salah satu destinasi pariwisata itu.

Segera setelah laporan terkait kejadian gempa tersebut sampai kepada dirinya, Presiden menginstruksikan jajaran terkait untuk melakukan penanganan pascagempa dengan sebaik-baiknya.

Kepala Negara juga meminta jajarannya memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan yang sedang berada di Lombok saat kejadian.

"Saya pesan kepada Menko Polhukam agar penanganan turis ini juga dilakukan sebaik-baiknya. Jangan sampai ada pelayanan yang kurang terutama dalam rangka pengaturan jadwal penerbangan," kata Presiden Jokowi.

Dalam pernyataannya, Presiden memastikan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan bagi para korban terdampak gempa seperti yang mengalami kerusakan tempat tinggal maupun yang lainnya.

Namun, pemerintah akan terlebih dahulu meninjau langsung di lapangan untuk memberikan kepastian mengenai jumlah bantuan yang akan diterima para korban terdampak.

"Kita akan melihat dulu keadaan di lapangan, baru kita putuskan. Tetapi bahwa akan diberikan bantuan iya, jumlahnya yang belum diputuskan," tandasnya.

Ketika suatu musibah melanda, kita sebagai makhluk yang memilik akal tentu akan berusaha mencari penyebab terjadinya musibah tersebut atau hukum kausalitas.

Misal musibah banjir kita mengetahui bahwa bencana banjir terlepas dari ketetapan Allah tapi juga ada penyebabnya yang disebabkan perbuatan manusia seperti membuka lahan serampangan, kesalahan dalam tata ruang, penggundulan hutan tanpa pertanggung jawaban, kebiasaan membuang sampah ke sungai, pembukaan perumahan tak ramah alam dan lain sebagainya. Semua itu bisa terjadi karena dibiarkan atau lebih buruk karena dibingkai oleh kebijakan.

Dalam peristiwa gempa yang menyesakan dada kita ini, kita lihat saat ini mereka sibuk mencari dan meneliti faktor ilmiah atau kauni kenapa terjadi bencana, dan banyak manusia ketika terjadi bencana hanya terfokus untuk meniliti faktor penyebab bencana dari sisi ilmu pengetahuan, namun mereka lupa faktor penyebab bencana dari sisi syar'i, sehingga dengan bencana itu mereka tidak semakin taqarrub namun malah semakin jauh dari Syariat Allah Ta'ala.

Oleh karena itu,sudah sepatutnya setiap hamba merenungkan hal ini.

Tugas kita selanjutnya adalah menjalankan kewajiban yaitu menerapkan hukum Allah dalam kehidupan bernegara secara menyeluruh dengan begitu kita menolak atau mengembalikan kezaliman, mengurangi persengketaan dan ketika hukum islam diterapkan secara menyeluruh kita akan dipermudah dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.Tentu hal itu hanya dapat dilakukan oleh penguasa yang menerapkan syariat Islam.

Negaralah yang bertanggung jawab mengurusi rakyatnya,termasuk ketika rakyat mengalami musibah seperti gempa dan yang lainnya.

Karena ketika hukum islam diterapkan secara menyeluruh itu adalah bentuk ketaatan totalitas dari seorang hamba kepada sang Khalik yang telah menciptakan dan sang Maha Pengatur.

Inilah tugas kita semua saat ini agar bencana tidak terus menimpa negeri kita karena kemaksiatan yang kita lakukan "Telah nampak kerusakan di darat dan di bumi karena olah tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiaan dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (TQS. Ar-Ruum :41)

Saatnya kita kembali ke pangkuan Allah, dengan penyerahan diri secara total. Totalitas dalam melaksanakan seluruh perintah Allah dan larangan-Nya dengan menerapkan seluruh hukum Allah dalam kehidupan.

Karena Allah telah berjanji kepada kita "....Dan dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa...."(TQS. An-Nur:1).

Wallahu 'Alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun