"Iya betul," jawab kakek.
"Mulai sekarang, semua hasil dari lahanmu akan menjadi milik Belanda dan anda harus mencukupi apa yang kami minta setiap hari tanpa dibayar," jawab tentara itu.
"Bukankah kesepakatan kita 70% untuk Belanda dan 30% unutk keluarga saya?"tanya kakek.
"Sekarang kesepakatan itu tidak berlaku lagi,"jawab tentara itu sambil meninggalkan rumah.
"Ta.. ta.. tapi bagaimana saya mencukupi kebutuhan keluarga saya?" tanya kakek. Namun, tentara tersebut sudah pergi.
Kakek menutup pintu dan masuk ke dalam rumah dengan raut muka yang cemas.
"Ayahhh, aku belum kenyang," terdengar suara yang sangat familiar dari belakangku. Aku menoleh dan melihat ayahku yang masih kecil. Ia sedang mengangkat piringnya yang sudah kosong.
"Bersyukur selagi kamu bisa makan nak. Mulai hari ini, tentara Belanda akan mengambil semua hasil dari lahan ayah dan berarti porsi makan kita semua akan semakin berkurang bahkan mungkin akan ada hari-hari dimana kita tidak bisa makan lagi," jawab kakek dengan lemas.
Walaupun kakek memiliki pertanian yang sangat luas tetapi untuk memberi makan keluarganya pun sangat terbatas. Sekarang aku mengerti kenapa ayah selalu menyuruhku untuk menghabiskan makanan dan besyukur bahkan untuk sepiring nasi yang tidak seberapa banyaknya.
Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Aku langsung keluar dan menuju ke meja makan. Masih ada ayah yang sedang duduk sambil memegang handphonenya.
"Ayah, dimana makanan Reiko tadi?"