Lubuk hatinya memvalidasi pertanyaan Alice, gadis bijak ini layak mendapat pelukan gemasnya. Semburat malu menghiasi pipi chubby Alice, kemudian tanpa basa-basi Zio membekukan orang-orang sejenak, menggantikan playlist sad dengan playlist ceria, Zio melupakan ingatan orang-orang tentang kesedihan. Tidak menyangka dengan hasil kerjanya, orang-orang di sekitar kembali beraktivitas dengan senyuman sumringah, menikmati alunan musik jatuh cinta meski imajinasi.Â
"Terima kasih Zio."
"Untuk?"
"Semuanya. Kamu sangat baik."
Zio menerbitkan lekukan bibirnya sempurna.Â
****
Kali ini mood awan buruk, bukan karena kelebihan uap air, tetapi mendengar Kejora terisak kemarin malam. Merasa geram, warga angkasa yang selalu melihat kesaksian Kejora dan Zio berusaha menyerang Alice.Â
"Wahh, hujan Zio! Ayo hujan-hujan. Sudah lama aku tidak main hujan!" Alice berlarian di tengah gemercik hujan.Â
"Jangan Alice! Jaga kesehatan kamu. Awan sedang marah! karbon dioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, dan hidrogen sulfur dimana-mana."
Alice kesal pada kalimat Zio, ia menggertak, "Kamu ngomong apasih Zio? Mending ayo bermain hujan sama aku!" Zio terpaksa membuntuti Alice.Â
Namun setengah jam bermain hujan, tiba-tiba tubuh Alice kaku, muncul karatan cokelat, dada Zio bergemuruh hebat, napasnya terengah-engah  Zio berusaha memunculkan kekuatannya, tetapi kekuatan di Istana Musik yang terakhir. Kekuatan Zio sedikit karena ia tidak pernah membantu orang selain Pak Tani selama setahun ini, tetapi kekuatan itu diserap oleh Kejora karena nyatanya Kejora sakit hati padanya. Benda angkasa ikut muak karena Puteri mereka patah hati.Â