Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Realitas Virtual, Korona, dan Krisis Sebenarnya

2 Agustus 2020   20:36 Diperbarui: 2 Agustus 2020   21:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesekali kunjungi BPS dan lihat data orang yang mati kelaparan dan kurang gizi di indonesia sebelum membuang sisa makanan mahal dan mewah yang kita bangga karena sanggup membelinya.

Kita masuk ke bahasan global / dunia,

Indonesia itu penghasil sampah makanan terbanyak kedua di dunia di bawah Saudi Arabia yang katanya negara Islam. Sementara tetangga Saudi yaitu yaman sedang mengalami krisis pangan yang luar biasa, coba pikirkan sekali lagi mana yang lebih fatal dari pada agama maksud saya virus corona, sampah makanan kita di dunia itu 1,3 miliar ton per tahun dan itu menurut FAO bisa memberi makan 800 juta orang di dunia dan berapa manusia yang kelaparan di planet ini?

Sekitar 790 juta orang, jadi dengan mekanisme tertentu kita bisa alihkan makanan sisa itu bukannya dibuang tapi diberikan pada 790 juta orang, sayangnya distribusi pangan mekanismenya tidak terpikirkan dan kalah dengan ketakutan akan virus corona, mers, sapi gila, flu burung dan lain sebagainya.

Dampak kita menyia-nyiakan makanan ini kita membunuh 1,3 juta bayi di dunia karena kita terlalu banyak makan, Yaman 18 juta orang kelaparan 11 juta di antaranya tidak bisa makan tanpa bantuan dan Indonesia negara yang damai tanahnya subur gemah ripah loh jinawi 22 juta orang mengalami kelaparan dan gizi buruk, tanpa mengurangi simpati terhadap covid-19 kita bandingkan. Dari makanan yang kita buang ratusan juta orang kelaparan beberapa juta di antaranya meninggal, mana yang harusnya lebih kita khawatirkan?

Kembali lagi ini adalah hyper realitas di mana pengetahuan terbagi dan bergantung pada media masa dan kita begitu egois merasa kita mampu membeli makanan tapi virus tidak memandang kemampuan ekonomi seseorang untuk terjangkit.

Dalam masalah agama apapun itu agamanya saya yakin kita sangat berdosa

"Bukan termasuk orang beriman oranv yang kenyang sedangkan kita tahu saudara kita kelaparan." (HR. Bukhori)

Dalam konteks agama kita makan makanan haram.

Mari kita termasuk saya mengupayakan makanan yang efektif dan efisien yang tidak menghambur-hamburkan yang setiap suapan dari piring kita itu kita pikirkan banyak orang yang terancam mati karena kelaparan.

Bukan untuk menyalahkan siapa-siapa tapi kita coba introspeksi paling tidak kita melakukannya untuk diri kita sendiri dengan cara menghemat makanan dan jika memang harus di buang maka carilah cara agar tidak merusak lingkungan terlebih bisa bermanfaat seperti dibuat pupuk dan olahan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun