Masih Mau Kasih HandPhone Sama Anak?
Dulu ada teman yang curhat masalah anak nya selalu nangis jika dilarang main Gawai / Handphone. Masalah ini bukan hanya ada di indonesia tapi di seluruh dunia menurut saya mengalami hal yang sama, anak - anak usia 2 tahun pun sudah banyak yang keranjingan HP.
Sialnya lagi dimasa pandemi ini gadget menjadi pegangan yang di kategorikan wajib bagi anak - anak, tidak masalah selama di gunakan sebagai media pembelajaran.
Memang ini masalah serius dan bahkan para pelopor IT seperti Bill Gates dan yang lain nya mengatakan baik nya HP di berikan kepada anak pada usia 14 tahun. Saya tidak tahu persis kenapa para orang tua tetap memberikan akses terhadap anak nya untuk menggunakan HP padahal sudah banyak kajian dan berita tentang keburukan yang di timbulkan oleh gadget terhadap anak - anak, biasanya masalah yang timbul ketika dewasa adalah berontak kepada orang tua.
Bukan hanya masalah tontonan pornography, kekerasan dan mudah nya akses informasi, ini berpengaruh juga pada masalah sosial. Anak - anak adalah masa dimana sedang tumbuh kecerdasan sosial nya tapi karena keranjingan HP kecerdasan ini jadi terhambat yang harus nya main di luar bersama teman sebaya atau paling tidak beraktifitas di rumah secara fisik bersama keluarga.
Ini saran yang saya berikan kepada teman saya mudah - mudahan bisa bermanfaat juga bagi pembaca tulisan ini. Menghilangkan kecanduan yang saya maksud tidak seutuhnya mengharamkan HP pada anak, karena ada beberapa kegiatan yang mungkin bermanfaat dilakukan dengan HP.
1. Senangkan Sang Ibu / Istri
Pada kodrat nya atau jika tidak nyaman dengan bahasa tradisional dalam sains disebut secara naturalis / alamiah sejak awal sudah "rese", kenapa demikian? Karena dari awal sudah dihadap kan dengan jika dewasa kelak wanita akan mengasuh anak yang lebih rese.
Ini juga menjawab bagi para pria yang berfikiran kenapa sih wanita itu rese, karena dari awal mereka sudah tau di masa depan dia akan menghadapi makhluk yang lebih rese.
Banyak teman saya wanita karir dan tidak berkarir mengaku senang ketika berhasil mengasuh dan menyenangkan anak dan ketika anak nya sudah tumbuh besar mereka malah mau punya bayi lagi.
Masalah nya ketika wanita tidak bahagia, stress, dibuat BETE terus apakah itu masalah ekonomi, perlakuan dari suami, sudah di tekan fisik juga ditekan batin, dampak nya akan di lampiaskan kepada anak nya contohnya si anak mecahin piring saja di marahin habis - habisan, atau sedang jalan si anak di seret - seret sambil ngomel, atau sedang bergosip ria si anak ngajak ngobrol di cuekin. Ini gejala dari ibu - ibu yang kurang bahagia.
Gosip itu bukan fitrah nya ibu - ibu melainkan mereka yang suka bergosip itu kurang kasih sayang / dibahagiakan oleh suami nya. Secara psikologis laki - laki jika tertekan biasanya main game, olahraga dan semacam nya, sedangkan perempuan mereka akan mencari teman untuk diajak bicara. Jadi jika aktualisasi perempuan terakomodir dengan baik oleh suami, mertua mereka tidak akan mencari pelampiasan diluar atau melampiaskan kepada si anak.
Dan suami juga jangan bebankan seluruhnya masalah anak kepada istrinya, walaupun perempuan lebih tahan banting sama seperti manusia pada umum nya ada batas, jangan bersenang - senang menekan saja ya para suami harus simultan.
Kemudian jika sang ibu sudah bahagia dan senang mengurus anak, maka akan timbul dedikasi. Istri teman saya ada yang awal nya tidak suka baca dan pendidikan nya smp, tetapi setelah merasakan kasih sayang dan bahagia dia jadi lebih perduli terhadap anak dan banyak sekali buku yang dia baca.
2. Pelajari segala hal
Dilingkungan kita sangat di kenal dengan "kata orang" padahal banyak yang salah kaprah. Pelajari dari berbagai sumber karena karakter kita dan setiap anak itu berbeda.
3. Buat anak senang
Masalah ibu - ibu yang salah kaprah adalah setelah si bayi lahir itu harus bersih. Maksud nya begini, kita menganggap bayi di belikan mainan sebanyak banyak nya itu keliru yang ada bayi mau main semua nya dan apa adanya karena bayi itu harus berantakan. Kadang dia main piring, make up ibunya, main remote TV itu semua adalah permainan alamiah yang mengasah bakat juga kreatifitas di masa depan.
Anak kucing suka bermain dengan laser yang kita tembakan dan mengejar titik nya karena dimasa depan dia harus berburu, kenapa kuda saat masih kecil suka berlari karena dimasa depan dia harus menghindari predator.
Jangan terus - terusan di gendong anak nya, lepaskan biarkan mereka berlari, tembon kotor bisa di cuci, piring pecah bisa di beli tapi bakat manusia yang sejatinya berkembang di usia anak itu tidak bisa di perbaharui.
Jauhkan dari HP.
Daripada banyak bergosip perbanyak lah main dengan anak dan jika melakukan kesalahan jangan di marahi karena di usia anak jika di marahi mereka merasa di sakiti, jika anak mau main yang agak berbahaya seperti naik pohon, naik tangga, main barang pecah belah jangan dilarang tapi di dampingi biarkan dia bereksplorasi.
Dan ternyata ketika anak teman saya ini sudah merasa bahagia diluar dengan menggambar yang awal nya coret - coret tembok sekarang dia beralih ke media kanvas secara sendirinya ketergantungan terhadap HP Hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H