Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangsa yang Selamanya Tersandra

13 Juli 2020   19:24 Diperbarui: 13 Juli 2020   19:13 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik mengenai siapa yang mengendalikan pemerintah dan sekelas presiden ini sudah di ketahui secara umum, namun setiap usaha untuk menggali lebih detail siapa mereka sering kali gagal, ketika ada yang sanggup melihat nya sering kali di butakan bahkan di habisi nyawa nya.

Tulisan ini semoga bisa membangun kesadaran bersama dan menjadi solusi jangka panjang, kita awali dari tokoh yang satu ini.

1 . Munir

Pada tahun 2004 dia sedang melakukan perjalanan ke Belanda. Di tengah jalan di pesawat dia sudah makan mie goreng kemudian mulai mual, pusing, bolak - balik ke kamar mandi tak lama kemudian dia meninggal.

Di belanda jasad nya sempat di periksa, di temukan arsenik dalam tubuhnya dan menyimpulkan kematian nya ini karena di bunuh. Beliau adalah seorang aktivis luar biasa yang berusaha membongkar kasus besar dengan dugaan di lakukan oleh pihak dan pejabat tertentu tujuannya mencederai demokrasi dan menghancurkan masyarakat yang berani berbicara. Dan pada akhirnya ketika di tengah usaha nya mengungkap kasus ini diapun di lenyapkan.

Munir akhirnya menjadi simbol perlawanan, masalahnya sampai sekarang kita tidak tahu siapa otak pembunuhan munir ini. Pollycarpus yang di jadikan tersangka hanyalah tameng aktor sebenarnya, dia hanya seorang pilot mengaku membunuh munir untuk membela negara karena terlalu banyak bicara, sangat terlihat dibuat - buat.

Di jaman SBY dibuat team pencari fakta untuk mencari siapa sebenarnya dalang pembunuhan munir. Setelah ada penemuan dan fakta dibuatlah dokumen yang berisi 4 level pembunuh munir, dari mulai eksekutor sampai orang di belakangnya. Di depan media masa juga polisi, dokumen itu di serahkan kepada presiden tapi tak lama kemudian hilang.

Ini menimbulkan 2 kemungkinan pelaku penghilangan,

1. Orang dalam istana
2. Orang luar istana yang sangat kuat bisa menyeimbangi pemerintah bahkan diatasnya pemerintah.

Uniknya jokowi pun tidak mau menyentuh masalah ini dan pollycarpus setelah bebas pun masih bungkam.

Orang seperti apa yang sampai presiden tidak mau menyentuhnya dan ada orang yang rela di penjara karena tidak mau bercerita mengenai siapa orang ini.

Presiden takut, pembunuh nya takut, media pun juga takut terhadap orang / kelompok ini, maka kita harus tanya ulang apa fungsi pemilu. Ada trilliunan uang yang di gelontorkan untuk menyelenggarakan pemilu dengan tujuan menentukan siapa yang akan memimpin negara ini, dan yang terpilih harus mewakili rakyat.

Orang nya harus di kenal, dan orang itu harus mendapat kepercayaan dari rakyat, inilah demokrasi.

Tetapi kenyataan nya indonesia seperti di kuasai oleh orang - orang yang tidak di kenal. Kalau pihak - pihak yang di makaud ini menguasai negara, jadi kebijakan yang selama ini yang kita rasakan itu dari siapa, dari pemerintah yang kita ketahui kah atau dari pihak yang kita tidak ketahui.

Dan orang / kelompok yang dimaksud kita tidak tahu seperti apa, intervensinya sampai mana, demi uang kah atau politik saja, apakah sampai hal detail mereka ikut mengatur, dan ini bukan hal baru dan sudah banyak yang mengendusnya.

Maukah generasi sekarang capek - capek memikirkan siapa dia?

2. Situ Bondo

Untuk mencari praduga kita tarik peristiwanya ke tahun 1996, disitu ada peristiwa situ bondo sebuah kota kecil  damai, tentram, tidak pernah terdengar kasus kekerasan atas nama agama di sana, bahkan tidak pernah ada kasus kerusuhan sama sekali. Tetapi pada oktober 1996 ada kejadian unik.

Sebelum nya ada seorang laki - laki yang namanya soleh, kemudian dia ngobrol bersama seorang tokoh agama dan dalam perbincangan nya ada seperti kata - kata hujatan kepada tuhan, dan tokoh agama yang baru saja meninggal di sana. Soleh pun di laporkan dan di tangkap kemudian di adili.

Unik nya lagi semenjak kasus itu, ada 1000 orang yang datang entah dari mana, menggunakan truck dan berdemo di situ, tak lama pengadilan di sesaki oleh orang - orang yang rusuh, mereka bilang terdakwa ini akan di lepas karena hakim - hakimnya adalah kristen. Kenapa tiba - tiba ada kristen disini?, Kemudian ketika si soleh ini tidak di ketahui ada dimana, tiba - tiba muncul teriakan ada di gereja.

Tentu masa pun datang ke gereja yang di maksud dan melakukan pengrusakan. Karena orang yang di cari tidak ada, gereja yang ada di sana yang jumlahnya sampai 24 dibakar.

Uniknya di sini dokumen kasus yang melibatkan kopasus itu dibakar masa, setelah itu masa bubar dengan sangat tertib seperti terkoordinasi dengan sangat baik. Gusdur pada waktu itu langsung menudub ada pihak tertentu yang menyulut aksi ini dengan agenda tertentu dan di rencanakan.

Kita sandingkan ketika ahok bicara di pulau seribu itu mungkin ada yang tersinggung, tapi mereka tidak bergerak, mereka bergerak setelah ada komando.

Maksud nya dalam kasus situ bondo tidak mungkin kejadian ini akibat spontanitas, apalagi jumlahnya banyak. Kenapa harus 24 greja di bakar, dokumen - dokumen tertentu di bakar.

Di sini kita bisa melihat praduga, gusdur jelas mengatakan pelakunya adalah pemerintah, gereja yang di bakar di 5 kecamatan adalah yang memiliki basis NU yang sangat kuat. Dalam pemilu golkar disana selalu kalah, sehingga nama baik orang islam di hancurkan disana, dan menghancurkan kedamaian di sana agar orang - orang kembali memilih partai pemerintah.

Maukah generasi ini memikirkan siapa penggerak nya?

3. Tasik

Sayang nya motif seperti di atas dari tahun 1996 sampai sekarag motifnya berulang, dari mulai kerusuhan tasik pada ada seorang guru yang menghukum anak polisi, kemudian si guru agama ini di sakiti oleh bapaknya. Tak lama ada gerombolan orang yang menyerang etnis tiong hoa di sana, tidak nyambung bukan karena kasus seperti ini tidak pernah ada di tasik sebelum nya.

Ini selalu tiba - tiba ada sekelompok orang yang memprovokasi kadang di gambarkan oleh saksi berambut cepak dan berbadan kekar, ketika melakukan provokasi begitu systematis, begitu professional banyak saksi yang melihat itu, yang paling terlihat jelas ada di kasus berikutnya.

4. Ambon

Pada suatu hari di ambon yang tentram dan damai ada cek cok antara sopir angkot (kristen) dan preman pasar (muslim). Bukan hanya di ambon palak - palakan lumrah terjadi di indonesia, dan ambon juga sudah sangat terbiasa dengan perbedaan termasuk agama, satu keluarga beda agama itu sudah biasa di ambon. Sebelum nya masyatakat ambon damai berdampingan dan jika ada masalah tidak pernah membawa agama dalam penyelesaiannya.

Pada waktu itu satu jam setelah cek cok tiba - tiba ada masa sudah pakai syal, bawa molotov, batu, teriak - teriak, bawa senjata memyerang kampung muslim, kemudian terjadi lah bentrok antar warga ini.

Kemudian saksi masyarakat dari kristen dan islam melapor pada tni dan polisi tapi respon nya malah pasif, dilain sisi orang - orang yang menyerang itu tidak di kenal. Di ambon itu sangat lekat kekeluargaan nya makanya tidak mungkin mereka tidak kenal satu sama lain.

Ditambah orang - orang tak di kenal ini meneriakan yel - yel yang tidak di kenal di ambon sebelumnya,

"Hancurkan nasrani"

Padahal orang ambon tidak pernah berkata nasrani, tapi mereka menyebut serani.

Dan pada akhirnya tertangkap juga orang yang melakukan pembakaran gereja dan masjid dan orang nya ternyata sama, jelas apa yang dia lakukan adalah memprovokasi.

Dengan ini harus nya kita sadar jika ada kebencian atas nama agama jangan - jangan ada kepentingan lain yang menggerak kan nya. Masyarakat harus di latih untuk menganalisa satu masalah agar tidak termakan semua bentuk hoax dan provokasi. Dan intelektualitas masyarakat tidak akan terwujud jika sinetron C1 masih di support KPI.

Jika dalang ambon bukan kopassus karena mereka membantahnya, berarti ada yang lebih kuat dari kopassus.

5. Di ibukota

Pola - pola kerusuhan lain seperti di jakarta mei 1998 selalu sama, melakukan serangan secara seporadis terhadap polisi, minoritas, sangat terampil dan professional.

Apakah generasi saat ini mampu melakukan perubahan dalam cara berfikir bahwa sebenar nya ada orang yang mempermainkan nyawa masyarakat demi kepentingan pribadi nya?

Munir adalah orang di generasi sebelum nya yang mencoba mengungkap semua kasus ini dan dia di lenyapkan.

Atau mungkin presiden takut hilang nyawa nya sampai tidak mau berurusan dengan kasus - kasus seperti ini.

*Mohon curiga jika akun ini tidak lagi publish tulisan dalam waktu 1 minggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun