Filsafat dan tasawuf dalam dunia islam sangat kontroversial, sebagian pihak menyatakan orang yang mengikuti ajaran ini adalah sesat bahkan kafir. Beberapa kalangan menyatakan mempelajari tassawuf bisa membuat gila atau di tuduh gila begitupun jika mempelajari filsafat, apalagi filsafat dan tasawuf di satukan. Salah satu produk/gagasan dari penggabungan tasawuf dan filsafat ini adalah Manunggaling Kawula Gusti / ittihad / khulul / fana / wahdatul wujud dan seterusnya.
Saya awali kajian ini dengan kisah seorang tabi'in yaitu Hasan basri, dia orang basrah yang semasa kecil nya dia di besarkan oleh umar bin khatab. Ketika dewasa dia menjadi seorang ahli fiqih menjadi mufti dan banyak yang belajar pada beliau. Tapi lambat laun kecenderungan nya beralih dari ahli fiqih menjadi ahli zahid karena pada waktu itu belum ada tasawuf namanya masih zahid.
Ini di latar belakangi karena pada waktu itu terjadi kesenjangan di dunia islam. Disatu sisi masyarakan saling bertengkar ada sunni syiah murjia'h dan sebagai nya, bahkan kedepan nya karena ini semua muncul mu'tazillah dan seterusnya tapi di sisi lain pemerintah islam hidup foya - foya (terlalu kaya) hampir tidak ada dakwah pada waktu itu karena di pertengahan dinasti umayyah dakwah dilarang ( kacau ) bahkan melarang orang masuk islam agar dapat jizyah.
Hasan basri mengingat kehidupan nya di masa kecil ketika dia hidup dengan umar dimana khalifah ini mempunyai kekayaan yang luar biasa, kekaisaran persia kas nya itu sudah milik khalifah umar dan juga sebagian provinsi romawi, tapi umar hidupnya zahid. Bajunya dia penuh dengan tambalan bahkan untuk pergi ke satu tempat dia harus tunggu bajunya kering bajunya itu - itu saja. Coba kita bayangkan orang sekaya itu, dengan kekuatan sebesar itu, tapi dia hiduo semiskin miskinnya. Dan berbeda jauh dimasa hasan basri dewasa ini.
Peradaban islam pada waktu itu memang sangat jauh di depan mengalahkan bangsa lain tetapi ahlak nya tidak lagi baik. Akhirnya hasan basri merenung sampai menangis lambat laun fiqih nya dia tidak prioritaskan lagi dan akhirnya setiap fatwa dan apa yang setiap dia ucapkan mengarah pada hal yang spiritual.
Jika masih asing dengan hasan basri anda bisa buka Qur'an disana ada susunan asmaul husna / nama - nama allah dia adalah penyusun nya. Nama - nama allah ini sebelum nya memang sudah ada dalam quran (dari berbagai surat) tapi yang menyusun nya adalah beliau.
Setelah hasan basri wafat, gerakan tassawuf menjadi lebih radikal kearah yang lebih spiritual pembawaannya dimulai dari murid absensiah hasan basri yaitu rabiah al adawiyah. Seorang perempuan mantan budak dengan jiwa spiritual yang sangat pekat.Â
Dia bukan tokoh fiqih bukan ahli telogi dan seterusnya, tetapi syair - syairnya benar benar menggugah masyarakat seperti syair yang menjadi inspirasi musisi indonesia dalam lagunya "jika surga dan neraka tak pernah ada" yang bagi dia jika orang beribadah karena takut terhadap neraka dan hanya ingin surga itu adalah orang - orang yanh salah dalam ber aqidah. Dia memperkenalkan gagasan bahwa motif kita melakukan sesuatu adalah hanya karena tuhan bukan karena surga dan neraka.
Karena menurut dia jika motifnya sudah hanya pada satu titik yaitu tuhan maka tidak ada lagi kesempatan selain untuk berbuat kebaikan. Dia juga menyatakan.
"saya tidak lagi memiliki kebencian karena hati saya sudah di penuhi oleh cinta ilahi".
Gagasan ini memukul telak orang - orang legalis islam bahkan sampai sekarang mereka marah - marah terhadap syair rabiah ini. Kemudian selepas rabiah al adawiyah aliran tasawuf ini pecah pada waktu itu masih belum ada tassawuf tapi kita seragamkan saja agar lebih mudah. Ada tassawuf bijak yang di gagas oleh al muhasibi dan ada tasawuf gila/mabuk pelopornya adalah abu yazid al bustami / bayazid.
Jika al muhasibi masih terasa asing, cara berkenalan nya bisa melalui imam al ghazali. Dimana beliau pernah menulis buku auto biography sangat terkenal meskipun tipis yaitu munqid addalal yang merupakan jiplakan dari salah satu bukunya al muhasibi. Garis besar nya al muhasibi mengatakan sejauh manapun tasawuf berkembang tetapi jangan sampai lepas dari syari'at. Bedanya dengan bayazid adalah kadang syari'at itu "terlampaui" secara tidak sengaja oleh orang - orang tasawuf mabuk ini.
Contoh nya ketika bayazid ini selepas sholat dia jadi imam ketika selesai seperti biasa dia berdzikir tapi dengan lafad "SUBHANI" yang artinya maha suci aku yang secara harfiah bisa di artikan saya ini tuhan. Setelah di ketahui oleh makmum nya yang juga muridnya, dia kaget dan berpesan pada muridnya "jika saya ngomong itu lagi (berdzikir subhani) penggal saja kepala saya".Â
Jadi abu yazid ini juga tidak sadar mengucapkan itu tapi karena saking cinta dan rasa cinta yang sudah sangat terlalu besar kepada tuhan sehingga dia tidak sadar dan sulit membedakan mana kenyataan mana mistik mana virtual mana imajinasi sudah lebur diantara dirinya dengan tuhan.
Kondisi ini dikenal juga dengan syatahat dan ia pernah berbicara pada kondisi mabuk dihadapan murid - muridnya ini
" Saya pernah pergi ke langit ke tujuh kemudian naik lagi ke sidratul muntaha kemudian naik lagi sampai singgasana allah, kemudian saya buka tirai nya dan ternyata tidak terlihat allah di atas singgasananya" dalam kondisi itu dia mencari keberadaan allah kemudian dia duduk disingga sana tersebut dan berfikir "eh saya lah allah".
Sebagian orang menganggap ini penghujatan tapi ini adalah orang yang mengalami secara pribadi sama seperti halnya rabiah al adawiyah pengalaman "menyatu" dengan tuhan. Orang yang kelewatan rasa cintanya terhadap tuhan sehingga dalam satu kesempatan ia juga pernah berkata.
"Ya allah saya ber do'a masukan saya kedalam neraka, besarkan tubuh saya sehingga saya memenuhi seluruh neraka agar tidak ada orang lain yang bisa masuk kedalam neraka". Ini do'a yang di panjatkan abu yazid al bustami yang mau dikatakan sombong atau gila bagaimana lagi dia memang seperti itu. Dalam kondisi sadar juga dia minta kepala nya di penggal jika melakukan itu. Dan ini lah yang kedepan nya menjangkit syech siti jenar.
Setelah abu yazid al bustami muncul kembali tokoh Sufi yang namanya al junaidi al baghdadi yang sudah tidak asing lagi khususnya di kalangan NU dimana beliau adalah pemuka mu'tazillah dan NU menganggap Mu'tazillah ini sesat tapi menjadikan al junaidi imam (bisa gitu ya). Al junaidi ini tipe tasawuf bijak  beliau adalah orang kaya, sangat kaya dan pakaian nyapun bagus tapi dia tasawuf. Menurut al junaidi orang - orang bayazid ini bukan sesat bukan kafir, tapi mereka gagal mengendalikan diri saat sedang dekat dengan tuhan.Â
Jadi ketika orang terlalu dekat dengan tuhan, pancaran kekuatan tuhan akan menghancurkan kesadarannya. Junaidi disini menyarankan agar orang - orang seperti ini harus belajar bagaimana cara "kembali" menjadi manusia atau mengembalikan nilai - nilai ketuhanan ke dunia nyata. Untuk itu al junaidi adalah tokoh yang di hormati. Selain itu ada ibnu arabi yang level ke ilmuan nya sangat tinggi tapi dia mengaku bahwa salah satu buku tasawuf yang tidak dia mengerti adalah buku dari al junaidi dia tidak mengerti kalimat sufistik yang ada di bukunya.
Al junaidi hanya menulis beberapa buku ( 2 - 3 buku) tapi buku - buku ini sangat sulit untuk dipahami bahkan sekelas ibnu arabi. Sudah ada kamus istilah - istilah sufi juga dalam bahasa indonesia tapi istilah yang di gunakan al junaidi tidak di masukan dalam kamus itu, saking susah nya di mengerti. Bahkan al junaidi sendiri seperti ke colongan dimana muridnya yang bernama al halaj termasuk orang tasawuf yang menjadi gila seperti hal nya al bustomi. Bahkan lebih gila lagi dalam kisah nya dia di gambarkan seperti orang gila yang dimana saja dia teriak :
"Ana al haq" saya adalah kebenaran maksudnya dia adalah tuhan yang maha benar.
Meskipun demikian dia tidak bisa dikatakan melanggar syariat karena ibadah nya dilakukan dengan sangat baik. Sampai akhirnya dia di hukum mati dengan cara di mutilasi sedikit demi sedikit tapi terlihat dia seperti menikmatinya.
Dan di tambah dengan kemunculan al farabi, al farabi ini adalah seorang filosof yang penasaran dengan gagasan orang - orang sufi ini yang kemudian dia memunculkan gagasan yang namanya ihtisol.
Untuk menjelaskan ihtisol kita runut dari latar belakang filsafat yunani. aris toteles mengatakan bahwa dunia ini di sebabkan karena sang penyebab utama / supra kausa / kausa prima. Menurut dia si penyebab utama ini sudah selesai sampai terjadi dunia ini saja. Dan bagaimana dengan alam semesta yang menyebabkan kebingungan terhadap filosof setelahnya diantaranya protinus dan timbul pertanyaan seperti ini.
"Alam semesta itu abadi atau tidak?" Jika dia abadi maka dia penyebab bersama tuhan artinya sama - sama penyebab pertama dan itu tidak mungkin.
"Jika alam semesta di ciptakan oleh tuhan dimana bahan dasarnya?" Jadi menurut protipus jika sesuatu tidak ada prosesnya berarti itu tuhan, alam semesta bukan tuhan pasti ada proses nya dan dia mempertanyakan itu. Dan katakanlah memang ada proses nya tapi bagai mana bisa tuhan yang esa / tunggal menjadi penyebab alam semesta yang majemuk sampai meninggal dia tidak menemukan jawabannya.
Disini al farabi menjawab untuk menjelaskan pertanyaan diatas dengan EMANASI. Prinsipnya adalah tuhan membuat semesta menjadi banyak / majemuk dalam kondisi gradasi. Dalam fikiran al farabi tuhan itu adalah zat yang memikirkan dirinya sendiri, ketika tuhan sedang memikirkan dirinya sendiri maka akan terciptalah akal utama. Kemudian akal pertama ini terpecah menjadi esensial dan eksistensial terpecah lagi menjadi empat, delapan dan seterusnya. Yang akhirnya semesta ini tercipta dari tuhan menjadi banyak. Walaupun tuhan nya esa tapi menjelma menjadi banyak.
Jika gagasan al farabi ini di kaji oleh orang budha dan hindu mereka akan mudah mencerna EMANASI, tapi orang islam sendiri kemudian kristen dan juga yahudi itu benar - benar tidak mengerti atas gagasan al farabi ini.
Gagasan al farabi ini selain memberikan jawaban di dunia filsafat tapi juga di dunia tasawuf. Yang kemudian orang - orang seperti al halaj dan bayazid (murid - muridnya) Â menemukan sebuah pencerahan. Jadi apa yang di alami al halaj dan bayazid bisa di jelaskan karena gagasan bahwa alam semesta ini bahan dasar nya adalah tuhan.
" Saya ini tuhan, Semakin saya berkesadaran akan tuhan semakin saya tercerahkan semakin saya dekat dengan tuhan semakin dekat dengan identitasnya dan menjadi lebur". Dan ada hadits juga yang menyatakan bahwa "tuhan itu lebih dekat dari urat leher". Yang akhirnya tasawuf yang dulunya adalah mistik menjadi sebuah gagasan falsafi bisa di katakan ini adalah jasa al farabi.
Selepas al farabi muncul lah ibnu sina, ibnu sina berfikir dan banyak mengkritik gagasan - gagasan al farabi. Menurut ibnu sina manusia itu terbatas tidak bisa menjelaskan bagaimana itu tuhan sampai menggambarkan tuhan itu sedang berfikir kemudian muncul lah semesta dan seterusnya. Penjelasan yang paling mudah untuk menggambarkan tuhan itu dengan cara jangan menyebut tuhan itu MAHA, maha agung, maha mulia, maha besar dan seterusnya. Bahkan ibnu sina mengatakan bahwa tuhan itu tidak maha tau tujuan nya demi menyelamatkan zat tuhan kemudian ibnu sina banyak mendapat hujatan bahkan al ghazali menganggap ibnu sina sesat.
Tapi ada sedikit yang mau saya bela dari ibnu sina / menjelaskan, seperti ini : jika saya tahu kalau suatu benda itu berwarna putih ( contoh kertas) maka saya di jajah oleh benda tersebut. Yang namanya pengetahuan harusnya objective bukan (sesuai object nya). Tapi yang sebenar - benar nya pengetahuan benda tadi itu ( kertas) warnanya hitam dan itu terserah saya karena saya terbebas dari penjajahan.
Maksud ibnu sina ketika tuhan maha mengetahui bahwa itu putih, itu bulat itu bumi maka tuhan tergantung dengan apa yang di ketahuinya, makanya dia bilang tuhan tidak maha mengetahui untuk menjelaskan bahwa tuhan itu tidak tergantung dengan apa yang di ketahui. Maksud mengetahui oleh ibnu sina adalah tuhan itu mengetahui dirinya kemudian pengetahuan itu menjelma menjadi alam semesta. Jadi alam semesta ini wujud dari pengetahuan tuhan, tuhan tidak mengetahui semua ini karena ini semua berasal dari tuhan.
Tapi lambat laun ibnu sina pun menyerah dengan cara menemukan tuhan dengan metode filsafat itu berat, capek melelahkan dan tidak efektif. Kemudian dia menulis sebuah buku yang belum selesai di tulis sampai akhir hayat nya yaitu hikmah masyrikiyah yang menjadikan dirinya sebagai seorang teosofi yang menggagas pengetahuan sufistik secara rasional.
Dan semua pengetahuan itu di bantai oleh imam Al Ghazali. Pada waktu umur 9 tahun imam abdul hamid al ghazali menghajar semua pengetahuan - pengetahuan tentang filsafat. Dia menulis tahafut al falasifah 20 piont tiga di antaranya menyebabkan kekafiran. Menurut al ghazali dalam beberapa tema dia mengkafirkan al farabi dan ibnu sina.
Tapi memang dasarnya orang - orang pintar itu unik, pada akhir hayat nya al ghazali membuat buku yang mendukung teosofi, dia mendukung wahdatul wujud, ihtisol fana khulul semacam itu. Jika orang pesantren pasti pernah baca miskatul anwar memang terbatas, buku ini tipis sekali tapi benar - benar mind blowing untuk filsafat tasawuf buku ini pecah banget.Â
Diam - diam al ghazali mendukung gagasan al farabi dan ibnu sina cara nya ini seperti memisahkan karya nya untuk orang awam dan orang memang punya ilmunya dan bisa saja pendapat al ghazali bertentangan satu sama lain.
Dan pada akhirnya dalam bukunya munqid addalal al gazhali menyampaikan bahwa,
"Orang - orang yang masih sangat lemah imannya (awam) jangan pernah dikasih tahu tentang gagasan ini ( filsafat, kalam, tasawuf)". Makanya al ghazali membuat dua buku yang kedua - duanya bertentangan yaitu ihya ulumudin untuk kalangan awam sangat terkenal di indonesia dan sangat tebal. Dan untuk kalangan terbatas adalah miskat al anwar tafsir surat annur dan sangat tipis tapi pecah sekali bagi kalangan tasawuf falsafi.
Yang ini kemudian di kagumi oleh suhrawardi al maqdul (bukan suhrawardi syech sunni).
Kemudian tahafut al falasifah gagasan al ghazali ini di bantah oleh ibnu rusyd dimana dia membela ibnu sina dan alfarabi menurut dia al ghazali belum faham. Padahal bukan nya tidak paham tapi al ghazali memilah mana untuk umum mana untuk kalangan terbatas.
Ini bertentangan dengan fenomena di zaman sekarang khusus nya di indonesia. Ngaji saja belum betul sudah enteng benar bibir nya bilang ini kafir, itu kafir, yang imam ghazali dan ibnu rusyd melarang mengkafirkan seperti itu, perdebatan mereka hanya lewat buku yang di sebarkan secara terbatas. Jika santri yang pesantren nya kelewat senior pasti dikasih bacaan nya miskat al anwar, futuhatul makiyyah untuk level awan dibawahnya di kasih nya al hikam, ihya ulumuddin seperti itu.
Tokoh selanjutnya adalah ibnu arabi yang dikenal sebagai puncak nya wahdatul wujud. Pada umur 15 tahun sudah mengimbangi ibnu rusyd dalam berfilsafat. Saat dia pergi ke mekah karena dia orang eropa begitu dia mendapat pencerahan terbuka mata batin nya dan dia tulis dalam sebuah kitab yang sangat tebal yaitu futuhatul makiyyah disini lah pengertian tentang wahdatul wujud atau syech siti jenar mengartikan dengan manunggaling kawula gusti tersampaikan sedetail - detailnya.
Baru kita masuk manunggaling kawula gusti.
Jadi ibnu arabi ini membantah semua tentang wahdatul wujud  tentang manunggaling kawula gusti, dia menjelaskan tetapi dengan cara membantah. Dia membantah bahwa tuhan dan manusia itu bisa menyatu menurut dia itu tidak mungkin, yang terjadi adalah tuhan berfikir tentang dirinya sendiri maka terjadilah alam semesta. Jadi dalam pandangan ibnu arabi ketika menjelaskan "ashadu allaila ha illallah" itu bukan tiada tuhan selain allah melainkan tidak ada segala sesuatu pun selain allah. Jadi tidak ada saya, tidak ada anda tidak ada HP semuanya itu palsu maka ibnu arabi mengatakan,
" Hanya tuhan yang maha wujud"
Jadi segala sesuatu itu tidak memiliki wujud kecuali tuhan dan kita semua makhluk semesta hanyalah fenomena dari wujud tuhan dalam hal ini bukan tuhan dan manusia menyatu, kita tidak pernah ada, kita hanya meminjam eksistensi dan essensi kita ada karena tuhan menjadikan kita fenomena dirinya. Dan kedepan nya ada istilah tajalli yaitu tuhan merindukan dirinya bercermin. Sangat susah di jelaskan tapi mudah nya seperti ini,
"Tuhan bercermin maka cerminannya adalah kita semua"
Bukan kita adalah tuhan, tapi segala sesuatu selain tuhan itu tidak ada. Jika kita sudah tercerahkan maka kita akan menemukan realitas. Jadi tuhan bertajalli dan kita mengabstrakan diri lalu kita bertemu, pertemuan itu adalah pertemuan kenabian. Nabi muhammad adalag orang yang benar - benar bisa mencapai tuhan tapi semua orang apapun latar belakang, agama dan rasnya juga bisa bertemu walaupun tidak benar - benar mencapai nya. Dalam konteks ini ibnu arabi menjadi sangat plural. Kemudian ini semua masuk kedalam tarekat - tarekat.
Kita kembali ke al ghazali yang dia punya adik bernama ahmad al ghazali dan menjadi rektor nizamiyyah. Datang lah seorang murid namanya abdul qodir jaelani dan di tolak karena di nizamiyyah hanya boleh mazhab hanafi dan syafi'i karena abdul qodir jaelani bermazhab hambali. Kemudian abdul qodir jailani menjadi seorang sufi yang besar dan menjadi pendiri banyak tarekat yang gagasan tasawuf filsafat meresap ke dalam nya yang kemudian tarekat ini menyebar ke indonesia dan sampai kepada siti jenar.
Syech siti jenar mengatakan,
"Mau saya ruku mau saya sujud saya adalah allah"
Para wali yang lain bukan mengingkari pendapat siti jenar tapi gagasan ini jangan di ajarkan kepada orang awam, masalah nya siri jenar termasuk kepada orang yang tidak bisa mengendalikan seperi al halaj dan bayazid, tapu wali wali yang lain bisa memilah pengetahuan kepada siapa itu semua harus di ajarkan. Syech siti jenar bisa di bilang tidak sabar, dia menyampaikan nya pada siapa saja.
Pada akhirnya para wali memutuskan untuk memenggal syech siti jenar tapi bukan karena dia sesat melainkan dia menyebarkan kesesatan. Bukan karena inti ajaran nya kafir tetapi dia di takutkan menghasilkan orang orang kafir karena mengajarkan semua itu kepada orang yang belum mampu mencerna dari segi ke ilmuan dan ke imanan nya.
Sedikit untuk penggemar syech siti jenar :
Di indonesia catatan - catatan siti jenar bercampur antara mitos, legenda, tradisi lokal dan sebagainya bukan hanya siti jenar tapi banyak tokoh lain. Menurut saya catatan yang ada mengenai siti jenar sangat meragukan makanya kita perlu mengkaji manunggaling kawula gusti dari akarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H