Museum Perumusan Naskah Proklamasi adalah salah satu museum yang mengandung cerita perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di Jalan Imam Bonjol no. 1, Jakarta Pusat, dekat dengan taman Suropati. Tiket masuk ke museum hanya berharga Rp. 2000 untuk orang dewasa, Rp.1000 untuk anak-anak, dan parkir gratis.
Gedung ini merupakan kediaman Laksamana Maeda lalu digunakan sebagai tempat perumusan naskah proklamasi. Karena menjadi tempat dengan peristiwa yang penting mengenai kemerdekaan Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1984, Prof. Nugroho Notosusanto, merealisasikan gedung ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi memiliki 4 ruangan utama di lantai satu dan beberapa ruangan di lantai 2 yang menceritakan alur kemerdekaan Indonesia. Ruang pertama adalah ruang pertemuan. Ruangan ini berada di sebelah kiri pintu masuk setelah tempat pembelian tiket masuk.
Ruangan ini merupakan ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan naskah proklamasi pertama kali sejak kembalinya golongan tua, seperti Soekarno dan Hatta, dan golongan muda, seperti Sukarni, dari Rengasdengklok setelah golongan tua diculik oleh golongan muda untuk didorong agar memproklamasikan kemerdekaan.Â
Ruang kedua adalah ruang perumusan. Ruang ini lebih besar dari ruang yang pertama dan berisikan meja bundar besar dengan patung para perumus serta ada meja bundar dibelakangnya yang menceritakan kisah perjuangan kemerdekaan dengan menggunakan video dengan proyektor. Ruangan ini adalah ruangan dimana naskah proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Soebardjo.
Di ruangan ini juga terdapat di dinding naskah proklamasi yang diperbesar serta perbaikannya. Ruang ketiga adalah ruang pengetikan. Dalam ruangan ini terdapat patung Sayuti Melik sedang mengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Ruangan ini dilengkapi dengan speaker dan sensor, sehingga semua pengunjung yang ke ruangan ini mendapat penjelasan tentang kejadian masa itu.
Ruang keempat adalah ruang pengesahan. Pada ruangan ini terdapat banyak pajangan dinding mengenai kemerdekaan Indonesia dan meja tempat pengesahan naskah proklamasi. Pada subuh, 17 Agustus 1945, ada kurang lebih 40 sampai 50 orang menyaksikan pengesahan naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Di dinding terdapat gambar-gambar para tokoh yang berpartisipasi dan sejarah gedung itu sendiri. Di ujung ruangan terdapat naskah proklamasi yang diperbesar, yaitu naskah yang sudah disahkan dan diketik oleh Sayuti Melik.
Lantai kedua pada Museum Perumusan Naskah Proklamasi menceritakan alur kemerdekaan Indonesia yang dapat dilihat dan dibaca pada dinding. Tiap dinding memiliki speaker dan sensor yang dapat menceritakan mengenai tulisan atau cerita yang dipaparkan di dinding tersebut. Sesampainya di lantai kedua, akan ada prolog yang menceritakan secara sekilas mengenai alur kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu perjalanan dimulai dari kiri, pada ruangan pertama terdapat cerita mengenai BPUPKI, PPKI, dan cerita secara singkat mengenai proklamasi Indonesia. Ruangan kedua menceritakan mengenai kekalahan Jepang dan pengeboman di Jepang yang membuat para golongan muda jadi yakin untuk membujuk golongan tua agar memproklamasikan kemerdekaan. Lalu ruangan berikutnya ada peristiwa proklamasi oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dan ada cerita-cerita seperti Ismail Marzuki dan saat Soekarno dibawa ke Yogyakarta.
Ruangan berikutnya memiliki cerita mengenai pengakuan kemerdekaan Indonesia yang dirundingkan oleh berbagai negara. Disana terdapat cerita seperti KMB, pengakuan Belanda, dan Indonesia. Ruangan terakhir memiliki pajangan berupa pakaian yang digunakan para tokoh yang berbagian dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ada juga cerita singkat mengenai beberapa tokoh seperti Dr.Soepomo dan Ki Hadjar Dewantara.
Bukan hanya kejadian yang digambarkan di gedung ini, gedung ini juga digunakan untuk perundingan kemerdekaan Indonesia antara Indonesia dan Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan Belanda oleh Schermerhorn dengan Lord Killearn dari Inggris sebagai penengahnya.
Selain keempat ruangan utama pada lantai satu dan alur kemerdekaan pada lantai 2, museum ini memiliki beberapa ruang tambahan dan daerah belakang yang luas. Di lantai satu, ada 2 ruangan yang dapat digunakan untuk istirahat yang juga memiliki cerita di dindingnya. Ada sebuah ruangan dengan buku bacaan dimana para pengunjung dapat dengan santai membaca buku-buku yang ada.
Di lantai 2 ada beberapa ruangan seperti toilet yang sudah rusak ataupun kotor. Pada ruangan-ruangan seperti toilet tersebut tidak ditemukan pajangan pada dinding. Penulis menerka itu adalah toilet orisinil rumah Laksamana Maeda yang sudah tidak digunakan lagi.
Di bagian belakang museum terdapat daerah yang luas dengan beberapa meja dan kursi dimana para pengunjung, khususnya yang rombongan, beraktivitas ataupun berkumpul di sana.
Uniknya, museum ini mencatat banyak sekali tokoh yang ikut campur dalam peristiwa perumusan naskah proklamasi. Bukan hanya tokoh-tokoh yang terkenal seperti Soekarno dan Hatta, tetapi ada 26 tokoh lain seperti Ahmad Seobardjo, Mohammad Amir, Boentaran Martoatmodjo, I Goesti Ketut Poedja, A Abbas, Iwa Kusumasumantri, Johanes Latoeharhary, Samaun Bakry, Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hadjar Dewantara, R. Oto Iskandar Di Nata, K. R. T. Radjiman Wediodiningrat, Soetardjo Kartohadikusumo, Soepomo, Seokarjo Wirjopranoto, G. S. S. J. Ratulangi, Burhanuddin Moehammad Diah, Sukarni, Chaerul Saleh, Sayuti Melik, Anang Abdoel Hamidhan, Ki Bagoes Hadikusumo, Andi Pangerang, Abikoesno Tjokrosoejoso, Samsi Sastrowidagado, dan Soediro. Mengapa dicatat dan dipajang semua tokoh-tokoh proklamasi? Karena mereka berperan penting dengan kemampuan masing-masing demi terbentuknya Negara Republik Indonesia.
Museum ini memiliki letak yang strategis, sebagaimana halnya museum ini dekat dengan taman Suropati dan mall Grand Indonesia. Jalur akses ke museum ini juga banyak. Bisa dengan kendaraan pribadi, transjakarta yang memiliki halte pribadi di depan museum ini, ataupun kereta yang turun di stasiun Cikini yang hanya berjarak kurang lebih 1,5 km dari museum.
Museum ini juga dilengkapi denga teknologi sensor dan speaker otomatis untuk penjelasan dan layar touch-screen untuk interaksi pengunjung dan pembelajaran yang modern sehingga dapat dinikmati berbagai kalangan, khususnya kalangan pelajar.
Sebagai generasi muda, kita harus dapat mendalami sejarah, salah satunya melalui museum. Sejarah dari negara kita, merupakan jati diri negara kita, apa yang membentuk negara kita dan perjuangan dibaliknya. Kita harus dapat menghargai usaha para pejuang baik yang terkenal maupun yang bahkan tidak dikenal.
Bukan hanya mengenang masa itu, pada masa ini kita juga harus menunjukan semangat perjuangan sebagai bangsa yang terus bertumbuh. Selayaknya para pejuang memperjuangkan kemerdekaan, kita sekarang memiliki tugas untuk menjaga kemerdekaan. Jangan sampai negara ini hancur hanya karena kita tidak tahu apa yang awalnya membuat negara ini berdiri.
Kita generasi muda, juga adalah generasi penerus bangsa, kita yang akan membawa arah pertumbuhan bangsa ini kedepannya. Disaat kita dapat belajar dari sejarah, kita dapat tahu visi misi para pendiri bangsa dan membawanya kepada Indoesia yang lebih baik. Jangan mengulangi kesalahan pada masa lalu, simpan dan kobarkan terus api perjuangan. MERDEKA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H