“Kamu udah makan Ken? Aku mau makan dulu ya,” Vei berjalan menuju ruang makan. Ken mengiringi langkah Vei. Vei membuka tudung saji yang menutupi lauk di atas meja makan. Ada ikan bakar dan sayur labu siam kesukaannya di situ. Aroma ikan bakar membuat perutnya semakin keroncongan.
“Makan yuk,” ajak Vei sambil menyendokkan nasi ke dalam piring. Ken menggangguk ia mengambil piring dan ikut makan bersama Vei. Sebelumnya tak lupa mereka membaca doa sebelum makan. Lahap sekali mereka.
Lalu Vei mencuci piring yang baru saja digunakannya, demikian juga Ken. Setelah itu mereka main kelereng di depan rumah. Sebentar saja mereka main, Ken dan Vei kembali teringat isi kertas tadi.
“Mungkin nggak ya, itu salah satu tulisan dari negara lain? Seperti Jepang dengan huruf kanjinya?” tebak Vei. Ia pernah juga melihat tulisan dengan huruf berbeda, yang digunakan masyarakat India. Tapi tulisan yang dibacanya tadi bukan seperti tulisan atau huruf dalam bahasa India.
“Bisa aja, kita cari di google aja yuk Vei,” saran Ken. Mereka penasaran sekali ingin mengetahui arti dari tulisan itu. Vei mengangguk. Ia segera mengemasi kelerengnya. Setelah itu mereka masuk ke rumah.
Hati-hati Vei menyalakan colokan komputer. Lalu memasang modem internet dan mulai mencari google. Di komputer muncul Tab Google. Vei mengklik Google Terjemahan. Beberapa saat kemudian mereka terlihat asyik mencocokkan tulisan di kertas itu dengan beberapa tulisan dari berbagai negara. Vei sudah mencoba menyamakan dengan huruf dari negara Turki, India dan Israel. Tapi hasilnya tidak satupun yang sesuai dengan tulisan di kertas itu.
“Kita scan aja tulisannya Vei.”
“Ya ampun! Kenapa gak kepikiran dari tadi ya?” Vei menepuk keningnya. Ia segera menyalakan mesin scanner. Lalu diletakkannya kertas itu. Setelah proses scan berhasil, mereka langsung mengcopy tulisan itu dan menyalinnya ke menu terjemahan Google. Begini bunyi tulisan itu: Ελευθερία ή Θάνατος.
Vei mengklik satu persatu pilihan negara yang menggunakan bahasa seperti di tulisan itu. Tapi terjemahan yang diinginkannya tidak muncul.
"Mungkin ini memang jimat Vei," Ken hampir menyerah.
"Nanti dulu, masih ada beberapa negara lagi yang belum diterjemahkan," sahut Vei, matanya tak lepas dari komputer.