Cahaya matahari menembus titik kecil di atas loteng kamar kosku, seakan ingin memaksa masuk namun terhalang oleh beberapa tiang yang gagah berdiri di sana. Aku mulai melihat catatan kecilku, membuka lembaran demi lembaran yang pernah aku tuliskan. Aku tersadar bahwa telah melewati tahun-tahun ini dengan air mata yang tiada hentinya, seperti tiada hari tanpa menangis tersendu dan sendirian. Aku mulai mencari-cari apa ada hari di mana aku bahagia, ya jawabannya pasti ada namun sedikit saja. Bertemu dengan orang baru dan melepaskan orang lama, seakan-akan aku menerimanya. Apa yang aku cari? Sebenarnya, aku pun sungguh tidak mengerti diri sendiri.Â
Cerita yang kubuat dan khayalan yang selalu aku rangkai indah hingga sedemikian rupa membuat orang-orang percaya bahwa itu nyata. Bagaimana bisa mereka percaya? Apakah aku si pemimpi yang tidak pernah bangun? Apakah aku hanyalah ilusi? aah... aku mulai bertanya-tanya. Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H