Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyongsong PSBB Jilid 2

14 September 2020   17:21 Diperbarui: 14 September 2020   17:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu satu ketika kebiasaan buruk gaya hidup kita merusak keseimbangan sistem metabolik tubuh. Dimulailah drama demi drama penyakit menghampiri kita. Puncaknya sebuah pandemi. Lalu dengan pongah kita bilang kali ini tidak ada obatnya.

Apakah kita mau bilang Allah berbohong dengan mendatangkan penyakit yang tidak ada obatnya? Tidakkah kita berpikir, jangan-jangan ilmu kita yang tidak mampu menjangkau obat yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.

Alat proteksi kita, sistem imun, masih ada di sana tapi aksesnya telah kita rusak atas nama gaya hidup. Kita sendiri yang merusak lalu kita bingung kenapa obatnya tidak juga ditemukan.

Jika kita akui pandemi ini karena virus maka solusi yang benar dan tepat adalah bangunkan sistem imun masing-masing. Kembalikan siskamling diri. Jika tidak bisa, cari apa yang menghalangi, pelajari dan atasi. Nah kita masuk ke dalam bahasan apa yang mempengaruhi kerja sistem imun.  

Pahamilah teman-teman, sistem imun kita lemah karena lifestyle yang merugikan. Contoh, gaya hidup sedentary (mager, rebahan), makan yang berlebihan, stress berlebihan, miras dan konsumsi gula dan karbo diluar batas kemampuan liver secara terus menerus. Hasilnya jutaan manusia mengidap sindrom metabolik atau penyakit degeneratif (kerusakan pada sel-sel).

Siapa di antara kita mengidap diabetes, ibu segala penyakit, siapa yang menderita kanker, sakit jantung, ginjal, alzheimer dan penyakit tidak menular lainnya? Siapa di antara kita tengah berada dalam kondisi obesitas? Semua penyakit itu termasuk dalam kategori sindrom metabolik.  Beranikah kita tanyakan secara jujur, siapakah yang membuat kita sakit? Jawaban jujurnya adalah hawa nafsu kita sendiri.

Setiap tindakan yang kita ambil selalu menimbulkan konsekuensi, itu sudah sunnatullah. Gaya hidup kita serampangan, abusive tentu akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Apa yang kita makan akan menentukan kesehatan kita.

Allah telah memerintahkan hambaNya untuk memperhatikan makanan mereka, bukan hanya halal tapi juga thoyyib. Nasi pasti halal kan, tapi bagi penderita diabetes dan sindrom metabolik tidak thayyib, terus masih mau terus disantap? Begitu juga jenis makanan lain untuk jenis penyakit lain.

Mereka terhalang makan makanan yang halal karena kondisi mereka sendiri. Ibaratnya halal itu ketentuan umum dalam makan dan minum bagi kaum muslimin dan thayyib adalah ketentuan khususnya. Konsekuensi pelanggaran prinsip halal akan ditanggung yang bersangkutan di akhirat sedangkan konsekuensi pelanggaran prinsip thayyib akan membawa yang bersangkutan ke tempat tidur (terkapar sakit), rumah sakit atau ke dalam kubur.

Sekarang Allah ijinkan mahluk super mini bernama covid19 hadir menguji kesehatan kita. Bukannya mikir bagaimana memperbaiki metabolic agar kembali ke fitrah, kita malah sibuk berpolemik di soal psbb atau tidak psbb. Persis sama dengan awal PSBB jilid satu dulu. Artinya tidak ada perubahan sikap yang dilakukan, tidak ada pelajaran yang dipetik.

Dulu kematian itu urusan masing-masing, kini tampaknya tidak lagi. Kini kebanyakan orang takut mati karena perbuatan orang lain padahal dia sendiri masih bergaya hidup tidak sesuai fitrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun