Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Welcoming Herd Immunity

10 Mei 2020   08:21 Diperbarui: 10 Mei 2020   22:51 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih tertarik bertanya apa yang sudah dilakukan oleh Kemenkes untuk memperbaiki metabolic syndrome masyarakat.

Kenapa tertarik?
Karena kita tidak mungkin selamanya bersembunyi di rumah. Berbeda pendapat boleh saja apalagi jika  disertai dengan alasan dan solusi yang konkrit.

PSBB semestinya menjadi upaya sementara dan dalam waktu sementara itu masyarakat diedukasi cara memperbaiki metabolisme yang semestinya. Kenapa begitu? karena selepas PSBB (cepat atau lambat), kita akan sampai pada KONDISI herd immunity (dengan atau tanpa diumumkan).

Bisa saja kita membohongi diri dengan berdalih sehat, metabolisme bagus, tapi jangan lupa seleksi alam akan terjadi.

Dalam kondisi herd immunity setiap individu berpotensi besar berhadapan langsung dengan virus Covid19 (dan semua potensi mutannya), the survival of the fittest (mereka yang bugar lah yang sanggup bertahan).

Pernyataan yang mengatakan satu generasi bakal terancam punah akibat diberlakukannya herd immunity justru pernyataan yang amat sangat tidak ilmiah menurut saya, apalagi kalau datangnya dari kalangan medis.

Solusi?
Ilmu kesehatan dan ilmu tentang metabolisme terbuka untuk setiap orang, bukan hanya mereka yang bertitel dokter.

Mari kita buka kembali bab tentang sistem kekebalan tubuh. Jika kita mau mencari tahu penyebab fatalitas pada pasien Covid19, kita akan paham bahwa respon sistem imun yang abnormal lah penyebabnya. Respon imun tergantung pada kesehatan sel imun (innate, adaptive & humoral immune systems). 

Kesehatan sel imun amat sangat dipengaruhi oleh kehadiran glukosa yang berlebih (metabolic syndrom). Yang perlu kita pahami adalah metabolic syndrome (antara lain: diabetes, ginjal, jantung, darah tinggi, stroke, dll) bisa diatasi, kalau kita mau berusaha (lihat tulisan saya Antara Karbo, Lemak dan Lambung atau Diabetes, Penyakit atau Nasib?)

Saya sungguh heran kenapa tabu bagi Kemenkes menyentuh masalah komorbiditas (penyakit yang memang sudah ada sebelum terpapar virus patogen) dari pasien-pasien yang dinyatakan meninggal akibat Covid19. Sementara adanya komorbiditas itu menjadi faktor kunci bagi kebijakan yang tepat dalam menanggulangi pandemi Covid19 ini.

Lalu apa yang harus dilakukan masyarakat? Mari kita kaji ulang lifestyle masing-masing, pola makan, waktu tidur, manajemen stres sudahkah dikelola dengan baik. Stres mencetuskan hormon kortisol dan hormon kortisol akan menyebabkan gluconeogenesis. Glukoneogenesis=peningkatan insulin. 

Masih panjang dan rumit penjelasan tentang hubungan lemahnya sistem imun manusia sebagai faktor penentu bertambahnya kekuatan virus patogen dalam hal ini Covid19, bukan pokok bahasan dalam tulisan ini tapi dipastikan semua ilmiah.

Jika awam bisa paham tentang prinsip akuntansi, tentang cara kerja kelistrikan mobil, dan semisalnya, sudah pasti kalangan awam pun akan mampu mencerna sistem imun manusia, tidak ada sulap atau sihir di sini. Kalau kita mau mencari referensi dan membaca pasti jadi paham.

Jika kita mau sama-sama terbuka, maka yang prioritas diamankan itu adalah mereka yang memiliki metabolic syndrome, obesitas dan kelompok masyarakat lansia, bukan yang sehat. 

Kenapa? Karena mereka dengan metabolic syndrome,  obesitas dan lansia yang paling tinggi risiko abnormalitas sistem imunnya. Kita pun harus ingat bahwa virus hanya bisa dilawan oleh sel imun manusia.

Jika sulit menyepakati parameter sehat, maka ambilah parameter metabolic syndrome, kan jelas. Dengan demikian, ekonomi tetap berjalan dan kasus Covid19 bisa dikendalikan. Memangnya ada yang mau terus menggaji kita selamanya jika perusahaan saja akhirnya tumbang karena tidak ada bisnis.

Sudah barang tentu tidak ada yang mau berdamai dengan Covid19, karenanya mari kita kuatkan sistem imun kita. Untuk itu akan ada pengorbanan di lifestyle. Berharap vaksin sah sah saja tapi kita tetap harus realistis, kapan? Sanggup tidak finansial kita menunggu.

Saya tidak sedang mengkritisi kebijakan pemerintah tentang PSBB akan dilanjutkan atau dihentikan. Saya juga tidak membahas tentang berapa jumlah kapasitas tempat tidur ventilator, masker, APD, dls. Saya mengajak berpikir di tatanan antisipasi, sebelum seseorang terjangkit virus.

Logika sederhananya, jika penularan bisa dicegah dengan maksimalnya respon imun individu, maka jumlah ODP berkurang. Jika ODP berkurang maka PDP pun berkurang, otomatis tidak perlu terjadi defisit ketersediaan tempat tidur, ventilator dan lain-lain.

Berbicara antisipasi herd immunity bukan berarti menyatakan herd immunity adalah sebuah solusi terbaik. Antisipasi sebagaimana halnya antisipasi tentang tsunami. Tsunami adalah risiko setiap negara yang berpantai. 

Kita tidak bisa mengendalikan pergerakan lempeng kerak bumi, tapi kita diberi kecerdasan untuk mengantisipasi fatalitas dalam bentuk penyusunan protokol siaga tsunami yang disosialisasikan ke masyarakat. 

Setiap keluarga di kota Padang misalnya, wajib mengetahui protokol tsunami. Kelalaian mereka untuk memahami protokol menjadi risiko yang akan mereka tanggung sendiri. 

Begitu pula halnya dengan tsunami wabah Covid19 ini, selayaknya Kemenkes membuat protokol metabolic improvement atau metabolic conditioning yang jadi panduan masyarakat. Mereka yang abai dengan panduan tersebut yang berpotensi terpapar virus.

Ketimbang menyibukkan diri memantau virus Corona yang kini mungkin sudah mutan ke jenis sekiannya, lebih baik kita mulai perbaiki metabolisme kita. Berikut beberapa tips yang dapat dipertimbangkan untuk menuju metabolisme yang lebih baik. Tips ini telah menjadi acuan mereka yang menjalani ketofastosis selama lebih dari 10 tahun:

1. Fasting (bisa dry fasting (puasa wajib ramadhan, puasa sunah Daud, senin kamis, ayyamul bidh, dll, intermittent fasting yaitu puasa min 16 jam dari pukul 20.00 s.d 12.00 keesokan harinya). Puasa bermanfaat untuk proses autophagy (silakan lihat artikel saya tentang autophagy Corona Virus, Vaksin dan Autophagy;

2. Selektif dalam memilih makanan. Hindari makanan yang dapat menaikkan insulin. Tinggi insulin menjadi indikator tingginya gkukosa dalam darah. Virus membutuhkan glukosa dalam replikasi RNA dan duplikasi sel dengan RNA mereka, sebaliknya glukosa berlebih akan menyebabkan inflamasi pada sel tubuh kita dan itu berdampak buruk bagi kesehatan sel imun kita. Lebih seksama menilai makro nutrisi, utamakan makro nutrisi esensial (lemak dan protein), banyak minum air putih 3 liter sehari;

3. Jaga waktu tidur dan kualitas tidur. Usahakan tidak begadang karena akan memicu hormon kortisol. Pada akhirnya hormon kortisol akam memicu glukoneogenesis;

4. Menjaga rutinitas olah raga atau banyak gerak. Ini tantangan tersendiri di saat PSBB ini;

5. Manajemen stres. Stress memicu hormon kortisol dengan segala implikasi negatifnya tersebut diatas. Manajemen stres menjadi tantangan terbesar kita di saat pandemi Covid19. Ketidakpastian kapan berakhirnya pandemi berdampak pada ketidakpastian bisnis. Bayangan resesi telah memicu stres. Belum lagj situasi rumah yang belum tentu kondusif. 

Di Amerika Serikat saat ini terjadi peningkatan jumlah kasus KDRT terhadap anak, perkosaan dan bunuh diri. Karena itu manajemen stres penting dilakukan, antara lain melalui pendekatan ibadah spiritual, berzikir, meditasi, dll, juga pendekatan psikologis, bisa berhubungan dengan konsultan psikologi untuk membantu menghadapi stres.

Apapun ikhtiar pilihan kita guna meningkatkan respon imun kita, silakan dilakukan. Semua dalam rangka antisipasi kondisi yang mungkin akan kita hadapi paska PSBB.  Tidak mungkin juga kita selamanya bersembunyi di rumah, kita kan tidak sedang hidup di Bikini Bottom ala Sponge Bob.
-nd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun