Hari itu aku makan siang di Spice Garden Plaza Senayan. Tiba-tiba teleponku berdering, aku lirik, Fira. Berdebar-debar aku angkat telepon sambil bangkit dari kursiku, harus meninggalkan teman-teman daripada dikejar pertanyaan yang memusingkan,
"Halo sayang." Suaranya mesra menyapaku
"Hi..., apa kabar? Sudah puas tidurnya?"
"Sudah, sekarang lagi bengong. Ran, disini enak sekali, dingin, sepi, yang ada bunyi riak sungai jauh di bawah sana. Vilanya tante Wiwiek memang enak sekali buat istirahat. Tapi kayaknya aku nggak yakin deh aku bisa tahan lebih seminggu di tempat ini, sepi banget. Untung aku punya kamu yang bisa aku bayangin, kalau nggak rasanya depresi banget deh saking sepinya, hehehe..."
"Memangnya kamu ngebayangin aku gimana? Aku mulai menggoda dia.
"Ya bayangin semua, waktu jalan sama kamu, nonton, duduk di cafe, di mobil, di rumah, pokoknya semuanya. Ran, lucu ya kalau baru pacaran 1 hari terus pisah, memory yang kita bayangin itu lagi itu lagi, ha...ha..., abis nggak ada stok lain sih." Aku ikut tertawa membayangkan apa yang dia katakan itu, memang benar, kenangan kami berdua sebagai kekasih memang baru ada 24 jam, selebihnya masih sebagai teman.
"Aku kangen Fir. Kalau kamu cuma punya stok memory segitu, aku punya banyak lho."
"Kok bisa?"
"Iya yang lainnya khayalanku aja. Habis aku kangen, kok aku ngerasa seperti anak SMP baru pacaran ya. Fir. Aku semalam menghayal ke Bali berdua kamu untuk honey moon."
"Ih kamu kok menghayalnya begitu sih."
"Lho nggak apa-apa kan, emang aku pengen honey moon sama kamu. Memang kamu nggak mau?"