Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

If You're Not The One (8)

21 Januari 2019   17:43 Diperbarui: 21 Januari 2019   17:44 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku minta maaf kalau Ibu kecewa aku tidak memilih Pipit, tapi perasaanku untuk Fira Bu, aku tidak bisa membohongi Pipit, apalagi diriku sendiri."

"Fira, sahabat kamu itu? Dia mau sama kamu?" aku menggangguk.

"Kapan kamu bilang sama dia?"

"Hari Sabtu kemarin. Mula-mula dia nggak mau bu, karena dia anggap aku menghianati Pipit. Terus aku berterus terang kalau aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan Pipit. Akhirnya dia mau menerimaku." Aku mengamati reaksi Ibu, tidak seperti yang aku takutkan, Ibu mendengarkan kata-kataku dengan tenang.

"Bu, aku mesti terus terang pada Ibu, usia Fira 3 tahun lebih tua dariku. Ibu tetap mau kan merestui hubungan kami? Fira juga belum bercerita kepada orang tuanya, mudah-mudahan soal usia tidak menjadi halangan bagi mereka untuk merestui hubungan kami."

"Ya sudah kalau memang Fira pilihanmu. Ibu memang sangat sedih melihat hubunganmu dengan Pipit berakhir, Ibu benar-benar sayang pada Pipit, perasaan Ibu bilang dia itu wanita yang sangat setia. Tapi, sekarang Ibu sadar bahwa hubungan kalian memang sudah tidak mungkin berlanjut." Ibu terdiam sejenak sebelum melanjutkan lagi

"Sebenarnya Ibu sudah menyangka akan begini jadinya. Ibu tahu kalau ada sesuatu di antara kamu dan Fira, cuma karena kamu selalu bilang kalian hanya sahabat ya Ibu menerima saja apalagi kamu masih terus mempertahankan hubungan dengan Pipit. Waktu kamu cerita kalian sudah putus, Ibu yakin pasti ada hubungannya dengan Fira."

"Ibu tidak menyalahkan Fira kan?" aku bertanya cemas.

Ibu menggelengkan kepalanya lalu sambil tersenyum Ibu berkata,

Tadinya Ibu memang berharap kamu menikahi Pipit, tapi kalau memang cintamu tidak cukup besar untuknya memang lebih baik begini daripada lebih menyakiti hatinya nanti setelah menikah. Semoga Pipit bisa bertemu laki-laki lain yang bisa menyayanginya lebih dari kamu." 

Aku merasa wajahku merah, aku pasrah saja menerima tegoran Ibu. Ibu melanjutkan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun