Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

If You're Not The One (7)

21 Januari 2019   16:40 Diperbarui: 21 Januari 2019   16:55 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu pagi aku bangun tidur jam 9, semuanya terasa indah setelah kuingat kembali kejadian tadi malam. Aku harus berpikir untuk mengatur bagaimana cara membawa Fira ke dalam keluargaku, terutama membuat Ibu menerima kenyataan bahwa aku memilih Fira ketimbang Pipit. Kulirik jam dikamarku, Fira berangkat ke airport jam 11 karena pesawatnya berangkat jam dua siang. Aku sudah bilang akan mengantarkan dia ke airport. Setelah semalam, rasanya aku tak sabar ingin segera bertemu dengannya, rasanya aku kembali seperti remaja yang baru jatuh cinta. Aku bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi. Selesai mandi dan berpakaian, aku keluar dan kulihat Ibu sedang menonton TV bersama dengan Ayah. Aku menghampiri Ibu, tiba-tiba ada perasaan ingin memeluk Ibu. Aku duduk disebelahnya sambil merangkul bahunya andai semudah itu mengatakan kepada Ibu bahwa aku sudah tahu perasaanku yang sebenarnya. Aku takut kalau Ibu bereaksi tidak seperti yang kuharapkan.

"Mau kemana lagi Ran? Tadi malam kamu pulang jam berapa?" Ibu seperti menyelidikiku.

"Ngobrol di rumah teman Bu." Aku menjawab sekenanya. Instingku mengatakan tidak bijaksana untuk membicarakan masalah Fira saat ini, aku ingin semuanya berjalan mulus. Aku langsung pamit kepada Ibu.

Aku juga tidak ingin mengatakan rencanaku pagi ini, karena tidak ingin  Ibu menghubungkan Fira dengan putusnya aku dan Pipit. Jam 10.30 aku sampai di rumah Fira, aku bertemu dengan Mama dan Papanya, mereka sedang menonton tv. Seperti biasa mereka sangat ramah kepadaku, aku merasa sangat dekat dengan mereka. Kelihatannya Fira pun belum bercerita tentang kami kepada mereka, bagaimanapun orang tua Fira tahu kalau aku punya pacar Pipit makanya mereka percaya bahwa hubungan kami hanya sahabat. Dengan berubahnya status saat ini, memang kami perlu sedikit hati-hati supaya tidak ada diantara orang-orang yang kami sayangi itu menjadi berbalik menentang hubungan ini. Aku dan Fira sepakat untuk menyimpan hubungan kami untuk sementara waktu sampai kami yakin bisa membuat mereka mengerti.

"Maaf ya Randy, Fira jadi ngerepotin. Kelihatannya Fira sering sekali ngerepotin kamu ya." Mamanya Fira berkata.

"Tidak apa-apa tante, kasihan Fira kalau berangkat sendiri, kebetulan saya lagi sempat kok." Fira berdiri di belakang orang tuanya, menggodaku, bibirnya menirukan ucapan 'I love you'. Tentu saja aku tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat kearahnya, penuh debaran, cantik sekali dia pagi ini dengan jeans pudar dan blus putih. Seandainya saja aku bisa menemani dia ke Bali. Aku bahkan sudah punya niat akan membawa Fira ke sana pada waktu honey moon kami nanti. Akhirnya Fira siap untuk berangkat, dia hanya membawa satu tas pakaian kecil. Aku membantu dia membawakan tas itu ke dalam mobil lalu berpamitan dengan orang tuanya. Setelah keluar dari pekarangan rumahnya baru Fira menyapaku dengan manja,

"Hai...bisa tidur tadi malam?" Fira menyentuh tanganku, aku membalas meremas jemarinya yang halus. Aku menggeleng.

"Kenapa? Aku langsung tidur, mungkin saking senangnya ya, biasanya aku suka susah tidur." Aku melirik ke arahnya sambil tersenyum,

"Aku justru nggak bisa tidur."

"Kok begitu?"

"Justru ngebayangin kamu terus, sementara aku tahu supaya bisa cepat ketemu kamu, seharusnya aku cepat tidur. Itu teori Ibuku kalau menyuruh aku cepat tidur waktu aku kecil dulu." Fira tertawa mendengar teori Ibuku, dia bilang sepertinya teori itu sangat benar. Tidak ada esok kalau malam belum berakhir.

"Jadi, kamu mau berapa hari di sana? Waktu itu kamu bilang pengen seminggu, masih jadi?" Fira mengiyakan,

"Tapi kita jadi nggak bisa ketemu lama ya Ran, pasti aku bakal kangen sama kamu."

"Iya, masa baru pacaran satu hari udah mesti misah lama sih. Bisa-bisa aku nggak konsen kerja minggu ini. Aku pasti merasa kangen sama kamu tapi aku tahu kamu perlu istirahat.  Nggak apa-apa Fir, pergi deh satu minggu. Nikmati libur kamu nanti kalau kita ketemu lagi kamu sudah fresh. Paling-paling aku jadi tambah bingung ketemu kamu."

"Lho kenapa?" dia heran.

"Bingung nahan diri, karena kamu pasti makin cantik kalau fresh." Dia menyandarkan kepalanya kebahuku, aku cium rambutnya, harumnya membuatku semakin melambung.

Sesampainya di Bandara, aku memarkir mobil setelah sebelumnya menurunkan Fira di terminal keberangkatan. Dia menungguku di salah satu restoran yang ada di sana. Sebelum check in, kami menyempatkan mengobrol selama kurang lebih setengah jam. Aku sempat mencatat alamat dan nomor telepon vila Tante Wiwiek, adik Mamanya. Akhirnya dia mesti pergi, aku antar dia sampai ke pintu untuk check in dan meninggalkannya.

Senin, seperti biasa jalan macet di mana-mana. Aku merasakan kesepian, sempat terlintas bayangan Pipit dikepalaku, tetapi sekejap menghilang. Ternyata, Ibu mencoba menghubungi Pipit hari Minggu kemarin, dia meminta maaf kepada Ibu karena tidak mampu mempertahankan hubungan kami. Kelihatan sekali Ibu sangat terpukul setelah telepon itu, akhirnya Ibu menyadari memang kesalahan ada padaku, anaknya sendiri. Setelah telepon itu Ibu jadi semakin yakin bahwa Pipit memang tidak ada cacatnya. Duh, semakin rumit jadinya. aku jadi sedikit kuatir, akankah Ibu menerima Fira dan menyayangi dia seperti Ibu menyayangi Pipit. Apalagi kalau sampai dia beranggapan bahwa aku membiarkan Pipit memutuskan hubungan karena Fira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun