Lanjutan...
Neiy Foenale akhirnya sampai di tempat dimana Pak SBY dan Demokrat akan melaksanakan orasinya kepada simpatisan demokrat yang bersal dari beragam daerah di Medan. Lama sampai di TKP di karenakan hujan yang memang hingga pukul dua belum juga berhenti. Perkiraan ini akan mempengaruhi volume massa yang hadir tapi ternyata, lapangan Merdeka sudah di penuhi banyak sekali simpatisan Demokrat dengan kostumnya yang saya perhatikan, ada yang mengenakan gambar pak SBY dan ada juga yang menggunakan kostum dari masing-masing caleg dari Demokrat.
Terdengar sudah ada aktivitas dari dalam lapangan, meski rombongan pak SBY belum berada di tempat. Orasi Demokrat di Medan ini, dibawakan oleh presenter kawakan Jodi dan rekannya yang pelontosnya sama (lupa namanya), dan juga diramaikan dengan artis-artis ibukota, seperti Rio Febrian, Wali, Cici Paramida.
Pada pukul 15.00 WIB (lebih kurang), terdengar sang presenter untuk mengajak simpatisan menyambut bapak SBY yang mau masuk ke panggung, saya pun ikut merapat ke lapangan, mencoba menerobos massa untuk mendapat tempat wenak, demi mendapat beberapa momment bagus yang bisa ditangkap kamera digital saya yang tidak seberapa itu.
Pak SBY dan rombongan caleg Demokrat tentunya didampingi Ibu Ani dan juga Anaknya Edi Baskoro, masuk ke panggung dan mengucapkan "assalamualaikun, syalom, horas, manjuah-juah, yahobu Medan). Beliau mengucapkan kata sapaan dari beberapa suku yang ada di Medan tentunya untuk tujuan agar semua simpatisan di sana merasa terangkul.
Tanpa banyak kata pembukaan, beliau langsung saja kepada orasinya untuk mengajak simpatisan yang hadir memilih caleg dari kader Demokrat pada tanggal 9 April nanti. Dari sejajaran caleg yang turut mendampingi beliau di panggung, saya mendapati Bapak Sutan Batugana, Pak Ruhut dan beberapa ketua DPC Demokrat dari beragam daerah di Medan dan juga caleg-caleg dari Demokrat.
Di sela orasinya untuk mengajak masyarakat yang hadir di lapangan, pak SBY menyakinkan mereka untuk tidak termakan isu yang saat ini gencar terdengar untuk menjatuhkan kadernya dan Demokrat umumnya.
"Saat ini, banyak kampaye yang juga berlangsung di Medan sekitarnya yang menjelek-jelekan Demokrat, saya berharap kita disini tidak seperti itu. Demokrat 5 tahun ke depan akan berupaya untuk memajukan Indonesia. Besarkan Demokrat, untuk kemajuan Indonesia, Demokrat rumah Kita", begitu lah kurang lebih perkataan beliau sebelum beliau dan lainnya larut dalam lagu yang dibawakan Rio Febrian "Rumah Kita", yang liriknya ada sedikit digubah untuk kepentingan Demokrat tentunya. Pak SBY juga turut bernyanyi saat itu.
Sebelum kepada avara simulasi untuk mencoblos Caleg Demokrat pada tanggal 9 April nanti, sekali lagi pak SBY menyumbangkan lagu yang berjudul "Tendangan dari langit" sambil melemparkan bolabola yang bertandatangankan tandatangan beliau ke setiap penjuru lapangan yang terjangkau. Aksi dorong-dorongan dari tengah lapangan pun tak terelakan, masyarakat di lapangan berebut ingin mendapatkan bola-bola itu. Demi menghindari dorongan, saya terpaksa mundur ke belakang lapangan.
Usai lagu tendangan dari langit, pak SBY pun melakukan simulasi pencoblosan untuk 9 April nanti.
Setelah itu, beliau, Ibu Negara, dan Edi Baskoro, mendekat ke Masyarakat untuk menyalami, masyarakat yang hadir pada saat itu. sekali lagi desakan terjadi, ternyata banyak orang yang ingin berjabat tangan dengan beliau. Aksi dorong ini juga memaksa saya untuk menjauh lebih ke belakang sisi lapangan.
Tak sampai satu jam beliau dan caleg demokrat melakukan orasi.Usai bersalaman dengan beberapa masyarakat, beliau pun berpamitan.
Namun acara tetap berlanjut, masyarakat masih dihibur oleh wali dan cici paramida.
Saya pun menjauh keluar dari lapangan, karena saya memang tidak begitu menikmati lagu bernuansa melayu. Hehhehheee..
Yang menarik dan yang tidak saya ketahui dari aksi-aksi kampanye di Indonesia selama ini (ini kali pertama saya datang ke acara kampanye), ternyata masyarakat yang hadir di sana adalah masyarakat yang memang digiring khusus dari setiap caleg darp Partai Demokrat. Sedikit mengajak simpatisan ngobrol, saya pun mengetahui, mereka hadir tentu tidak dengan tangan kosong, ada imbalan yang mereka terima. "Daripada di rumah ya mending ke sini ikut-ikut kampanye-kampanya partai gini,dapet makan, dapet uang", begitu penuturan salah satu dari mereka. "Nanti ada kampanye dari partai laen, kita datang lagi", tambah yang lainnya.
Terus nanti kalian pilih yang mana? tanyaku kepo.
"Belum tahu"
Loh tapi sudah terima uang begitu, gak takut dimarahi?, tanyaku lagi.
"Darimana mereka tahu kita gak milih", kata seorang pria bertubuh gempal.
ohhh, iyanya' jawabku seadanya.
"Mbak ni orang KPU ya?, tanya pria gempal tersebut.'
Bukan akh, sama sekali enggak, jawabku jujur.
"akh bohong", katanya lagi.
*Cuma bisa nyengir sambil geleng-geleng kepala.
Ternyata motivasi kebanyakan masyarakat bukan semata karena pendukung dari suatu partai, tapi karena adnya imbalan atas kehadiran mereka. Saat itu saya juga mendapati banyak anak-anak yang diperkirakan masih SMP, hadir di situ komplit dengan ornamen partai Demokrat.
JIka hanya sebatas ini arti kampanye bagi masyarakat kita, untuk apa ada kampanye??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H