Kritisisme hilang lewat pernyataan tak akan impor Prabowo. Seperti apa yang pernah Rocky Gerung paparkan. Sang tokoh demagog akan mencari penonton demagogis, mereka yang siap menelan dengan angin, siap berjuang dengan modal angin.Â
Percaya begitu saja pada tokoh demagog. Sehingga mendangkalkan perspektif. Ketidakcukupan perspektif telah menjerumuskan orang ke dalam fanatisme politik, kepicikan dan pemujaan. Reaktif sebelum duduk perkara dipahami secara utuh. Tak ada lagi perdebatan. Sisanya hanyalah ejekan.
Bahkan ada contoh yang menarik saat saya melakukan kunjungan ke salah satu tokoh masyarakat di Sumatera Barat, yang sangat mempercayai Prabowo. Hingga tak ada lagi dialektika dalam dirinya. Baginya, tiap yang baik berasal dari Yang Maha Kuasa, tiap yang buruk datang dari Pemerintahan Jokowi-JK.
Negeri ini lahir dari tangan dingin orang-orang yang kritis dan berpikir logis. Tapi kini demokrasi kita mengalami kemunduran ketika pentas politik dipenuhi dengan para demagog. Rakyat akan terbuai dan tak lagi berpikir dengan akal sehat. Terkotak-kotak membentuk fanatisme sempit yang mengesampingkan logika. Bukankah demokrasi saling bertukar pikiran dalam kendali logika yang kuat?
Sumber:
1. Tribunnews [Prabowo: Kami Akan Bela Petani, Kami Akan Hentikan Impor, Hanya Kalau Ada Kekurangan Saja Kita Impor]
2. Kompas [Prabowo Janji, Indonesia Tak Impor Apa Pun jika Ia Jadi Presiden]
3. Tribunnews Jateng [Guru Besar IPB Sebut Jika Ada Capres Janji Setop Impor Pangan Adalah Bohong Besar]
4. Tempo [Demagogi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H